Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 35)

Cindelaras Nekad Ikut Adu Jago, Meskipun Raja “Cawe-Cawe” Menjegalnya – (Bagian 35)
Ilustrasi: Cindelaras dan ayam jagonya



Oleh: Budi Puryanto

Cuplikan seri sebelumnya (seri-34)

“Ceritanya panjang Niken. Lain kali akan aku jelaskan. Tetapi pada intinya cerita itu tidak benar. Permaisuri lama diusir dari istana dan dijatuhi hukuman mati, akibat fitnah yang ditebarkan oleh pemaisuri baru yang sekarang ada di istana. Aku yang menerima perintah dari raja untuk mengusir dan membunuh permaisuri. Tetapi aku tidak menjalankannya. Karena aku tahu permaisuri lama itu tidak salah sama sekali. Lagipula dia sedang hamil. Saat lahir anaknya diberi nama Cindelaras,” Ki Patih secara singkat menjelaskan kepada kedua anak muda itu.

“Oh begitu rupanya. Jadi, Kanjeng Patih selama ini membawa beban rahasia sebesar itu. Dan raja juga baru saja mengetahuinya,” kata Kamandaka.

“Bagaimana dengan Pangeran Anom, Kanjeng Patih,” kata Niken.

“Menurut raja, dia anak muda yang lemah. Tidak cocok untuk menjadi raja Jenggala. Ditangannya Jenggala akan hancur,” jawab Ki Patih.

“Raja benar, dia akan dikendalikan oleh ibunya, permaisuri yang sekarang,” jawab Niken

“Ya benar. Tetapi ingat, apa yang aku katakan ini, tidak boleh didengar orang lain, hingga saatnya tiba. Dalam perhitunganku, saat itu tidak akan lama lagi,” ujar Ki Patih.

“Menyangkut kedudukanku, lihatlah perkembangan dalam waktu dekat ini. Raja akan melakukan hal-hal diluar perhitungan banyak orang,” kata Ki Patih.

“Apakah raja akan memulihkan kedudukan Kanjeng Patih seperti semula,” tanya Kamandaka.

“Aku tidak mau mendahului kehendak raja. Tetapi akan sulit bagiku membantu raja bila kedudukanku tidak dipulihkan dulu,” jawab Ki Patih.

“Benar Kanjeng Patih,” kata Kamandaka.

“Dan kalian berdua pasti tahu, siapa kira-kira yang aka menjadi penghalang keinginan raja itu?” tanya Ki Patih sambil tersenyum.

Keduanya tersenyum tanda memahami pertanyaan Ki Patih itu.
********************************************
SER-35

Adu Jago diijinkan lagi

Nyi Tunjung berhasil meningkatkan ilmunya pada tingkat lebih tinggi lagi. Dengan ilmunya itu dia berhasil memenuhi permintaan Permaisuri membuat ayam pilih tanding. Ayam jago jadi-jadian. Bila Si Bledeg Merah dulu berasal dari anjing hutan liar, sekarang ayam jago itu berasal dari ular besar dan berbisa.

Wujudnya memang ayam jago, tetapi bagi orang yang berilmu tinggi dia bisa melihat wujud aslinya adalah seekor ular ganas dan berbisa. Ayam jago biasa pasti akan mudah dikalahkan. Apalagi kalau dia mematuk dan mengeluarkan racun, lawannya akan lemas dan sebentar kemudian pasti akan mati.

Pangeran Anom senang sekali melihat ayam jago yang sakti ini. Dia langsung mencobanya mengadu dengan beberapa ayam jago. Benar, lawannya tidak lama keok dan mati.

Seketika semangatnya bangkit lagi. Dia cepat-cepat ingin membawa ayamnya ke berbagai arena adu jago. Permaisuri senang sekali melihat anaknya kembali bergairah dan mau keluar istana. Seiring dengan itu larangan adu jago dicabut.

Dari arena adu jago satu ke lainnya, Pangeran Anom terus menuai kemenangan. Uangnya jadi banyak. Percaya dirinya pulih kembali. Tetapi dia belum puas, kalau belum bisa mengalahkan ayam jago milik Cindelaras. Tetapi Cindelaras sekarang masih meringkuk dalam penjara. Sehingga belum mungkin untuk bertarung.

Suatu ketika dia mengadu kepada ibundanya.

“Untuk apa anakku, Cindelaras tidak bisa lagi bertanding. Dia akan meringkuk dan membusuk dalam penjara selamanya. Ayam jago milikmu saat ini yang terbaik di Jenggala. Tak ada yang menandingi lagi,” kata Permaisuri.

“Aku belum puas Kanjeng Ibu. Aku masih dendam. Kekalahan dulu masih menyisakan rasa sakit di hatiku. Aku ingin ayam jago Cindelaras diremukkan oleh ayamku ini, dan mati di arena disaksikan oleh banyak orang. Itu yang kuinginkan,” jawab Pangeran Anom.

“Kanjeng Ibu, hidupku tidak berarti kalau akau belum bisa mengalahkan Cindelaras dalam arena adu jago. Aku bahkan ingin adu jago itu, disaksikan oleh sebanyak mungkin orang. Biar orang-orang di Jenggala tahu, akulah yang terbaik,” kata Pangeran Anom.

Permaisuri diam sejenak mendengar permintaan anaknya itu. Tapi bagaimanapun permintaan itu harus dipenuhi. Cuma, bagaimana caranya, itu yang sedang dipikirkannya.

“Ya baiklah nanti ibunda pikirkan caranya agar kamu bisa bertanding dengan Cindelaras. Tapi apakah kamu sudah yakin akan bisa mengalahkannya,” jawab permaisuri asal saja, yang penting bisa menenangkan anaknya.

Dia tidak bisa menolak keinginan anaknya yang sudah bergairah kembali menjalani hidup. Dia khawatir kalau permintaannya ditolak, jiwanya terpukul seperti sebelumnya. Tapi sebenarnya dia juga bingung, bagaimana caranya bertanding, bukannya Cindelaras sekarang dalam penjara.

“Setidaknya Pangeran Anom sudah senang. Bagaimana caranya dipikirkan sambil jalan saja,” pikir permaisuri yang buntu, belum ada jalan keluar. Dibenaknya masalah makin bertumpuk-tumpuk.

Baca juga:

***************************

Setelah bertemu dengan Ki Patih, beberapa hari Kamandaka dan Niken nampak gelisah. Seperti menanggung beban masalah yang sangat berat. Mengetahui perihal besar yang harus dirahasiakan, memang bisa menggoncang jiwa. Karena menyimpan rahasia itu sendiri membutuhkan kekuatan. Yaitu kekuatan untuk tidak bercerita kepada orang lain. Padahal selayaknya manusia, membagi pengetahuan baru, apalagi sesuatu yang rahasia, merupakan kebanggaan.

“Ada apa Niken, kamu mengajakku ketempat ini,” tanya Kamandaka.

“Aku butuh teman berbagi cerita. Berat bagiku mendengar penjelasan Kanjeng Patih beberapa hari lalu. Aku menjadi susah tidur. Aku masih belum hilang rasa kagetku, bahwa Cindelaras adalah putra raja. Bahkan putra permaisuri yang lama. Otomatis dia akan menjadi raja nantinya,” kata Niken.

“Aku sebenarnya sudah lama memendam pertanyaan itu kepada Kanjeng Patih. Karena sejak kemunculan Cindelaras, Kanjeng Patih seperti tidak merasa tenang. Aku diminta terus mengikuti kemana saja Cindelaras pergi,” jawab Kamandaka.

“Jadi kamu sudah lama menaruh curiga siapa sebenarnya Cindelaras itu,”tanya Niken.

“Aku curiga, karena Kanjeng Patih menaruh perhatian besar kepada anak itu. Kemana saja, aku disuruh mengikuti. Bahkan minta dipertemukan langsung, tapi tidak jadi,” jawab Kamandaka.

“Nah, sekarang aku baru tahu mengapa Kanjeng Patih berbuat begitu. Karena rahasia Cindelaras ada padanya. Kalau orang lain tahu, jiwa Kanjeng Patih terancam,” kata Kamandaka.

“Tapi Kanjeng Patih itu hebat sekali ya, bisa menyimpan rahasia begitu lamanya. Dia juga berani mengambil keputusan melawan perintah raja, demi kemanusiaan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau perintah itu dijalankan. Dua jiwa akan melayang ditangan Kanjeng Patih. Orang macam apa yang sanggup melaksanakan perbuatan biadab seperti itu,” kata Niken.

“Ya dia memang tokoh yang pantas diteladani oleh kita yang muda-muda ini. Jasanya pada negeri Jengggala besar sekali,” kata Kamandaka.

“Niken, pekerjaan kita akan menjadi makin berat. Apalagi Kanjeng Patih sudah membuka rahasia besar Jenggala kepada kita. Kita harus melakukan pengawasan lebih besar lagi kepada Cindelaras. Jangan sampai ada orang yang mencelakai dia, meskipun dia berada dalam penjara,” kata Kamandaka.

“Oh ya, Kamandaka. Aku hampir lupa. Aku mau cerita kepadamu kejadian di penjara. Menurut para penjaga di penjara, akhir-akhir ini sering terjadi keanehan disana. Setidaknya dua atau tiga kali kejadian aneh,” kata Niken.

“Aneh bagaimana maksudmu,” kejar Kamandaka.

“Para penjaga melihat orang lari dengan cepat, dari dalam penjara menuju keluar. Tetapi setelah dikejar tiba-tiba menghilang,” Niken menjelaskan.

“Pernah lagi, katanya, mereka melihat orang menuju ruang penjara Cindelaras, tetapi setelah dikejar tiba-tiba menghilang,” tambah Niken.

“Oh kalau begitu kita hati-hati. Pasukan sandi dalam istana harus lebih waspada. Bagaimana keadaan Cindelaras, apakah orang itu berusaha menyakitinya,” kata Kamandaka.

“Cindelaras tidak apa-apa,” jelas Niken.

“Apakah kejadian seperti ini sering dialami para penjaga?” tanya Kamandaka.

“Tidak, katanya, baru setelah Cindelaras ada dalam penjara ini, kejadian aneh itu muncul. Sebelumnya tidak pernah,” Niken meyakinkan.

“Aneh, ini hanya mungkin dilakukan oleh orang berilmu tinggi. Tapi apa tujuannya. Siapa yang punya kepentingan dengan malam-malam ke penjara,” kata Kamandaka pelan, seperti berkata kepada dirinya sendiri.

“Oh, aku bisa menduga sekarang. Orang yang berilmu tinggi dan mempunyai kepentingan ke penjara, malam hari,” kata Niken tiba-tiba dengan wajah sumringah.

Baca cerita berikutnya:

“Jangan bergurau kau Niken. Kita sedang bicara serius,” Kamandaka menggerutu.

“Tidak! Aku serius. Aku punya dugaan kuat, siapa orang dengan ciri-ciri yang kau sebut tadi itu,” jelas Niken.

“Siapa?”.

“Raja.”

“Untuk apa?”.

“Menemui Cindelaras.”

“Mengapa malam-malam?”

“Agar tidak diketahui orang, terutama Permaisuri.”

“Ohhh…..rupanya kau benar. Baru ingat aku. Raja baru tahu kalau Cindelaras anaknya. Raja pasti ingin sekali menemui anaknya itu. Cerdas kamu Niken,” puji Kamandaka.

“Siapa dulu gurunya,” goda Niken.

“Siapa?”

“Kanjeng Patih”

“Haa..haa..haa…haa..” mereka berdua tertawa.

Perhatian Ki Patih kepada anak-anak muda memang luar biasa. Dia mendidiknya sesuai bakat dan minatnya. Puluhan anak-anak muda dia didik secara langsung. Dia sendiri yang membiayai pendidikan itu. Setelah cukup, anak-anak muda itu disalurkan sesuai kebutuhan kerajaan.

Kamandaka dan Niken, adalah dua anak muda yang berbakat sebagai prajurit sandi. Mereka murid-murid Ki Patih.

“Ini bukan dugaan lagi Niken. Aku yakin yang melakukan itu adalah raja sendiri,” kata Kamandaka.

“Anehnya, permaisuri sendiri seperti tidak menaruh curiga apapun dengan kejadian itu. Bahkan akhir-akhir ini justru makin sering keluar malam sendiri. Bahkan tidak pulang dalam beberapa hari,” kata Niken.

“Terus terang, semula aku hanya curiga tak berdasar. Tetapi setelah dijelaskan Kanjeng Patih, aku seperti memahami benar apa yang dilakukan Permaisuri, apa rencana yang disusunnya, dan apa tujuan akhirnya. Di pikiranku gambarana itu begitu gamblang sekarang,” jelas Kamandaka.

“Aku akui kamu memang pintar, Kamandaka. Kanjeng Patih sendiri juga sering memujimu. Tetapi bolehkah aku bertanya, apa tujuan Permaisuri melakukan itu,” tanya Niken.

“Merebut kekuasaan Jenggala dengan atau tanpa kekuatan senjata. Secara damai atau dengan perang,” jawab Kamandaka singkat.

“Ingat Niken, Permaisuri ingin anaknya Pangeran Anom jadi raja Jenggala. Dia rupanya tidak sabar, atau dia membaca gelagat raja tidak mau memberikan kekuasaan kepada Pangeran Anom. Buktinya sampai sekarang raja belum mau turun,” sambung Kamandaka.

“Dengan munculnya Cindelaras, raja tidak mungkin memberikan kekuasaan kepada orang lain. Ini bisa terjadi benturan keras, Kamandaka,” kata Niken.

“Ya, benturan antara raja dengan permaisuri,” jelas Kamandaka singkat.

“Dan itu berarti perang bisa pecah sewaktu-waktu,” kata Niken.

“Ya, Niken. Tetapi bisa saja keadaan berubah sewaktu-waktu, apalagi kalau kedudukan Kanjeng Patih dipulihkan dalam waktu singkat ini,” kata Kamandaka.

“Ya, benar. Kekuatan Raja akan ditopang oleh kecerdasan dan kebijaksanaan Kanjeng Patih,” kata Niken menimpali.

“Kanjeng Patih itu terkenal ahli dalam menyusun strategi dan taktik. Aku yakin keadaan Jenggala bisa terkendali bila keududukannya segera dipulihkan,” terang Kamandaka.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=