Inspirasi Alquran (6): Relativitas Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an

Inspirasi Alquran (6): Relativitas Waktu dalam Perspektif Al-Qur’an
Ilustrasi waktu



Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi

Waktu adalah salah satu konsep yang paling mendalam dan misterius dalam kehidupan manusia. Dalam Al-Qur’an, waktu tidak hanya digambarkan sebagai sesuatu yang linier dan absolut, tetapi juga memiliki sifat relatif yang bergantung pada konteks tertentu. Hal ini mencerminkan keagungan dan kekuasaan Allah dalam mengatur segala sesuatu, termasuk dimensi waktu.

Artikel ini akan mengupas relativitas waktu dalam tiga konteks utama: perbandingan waktu di dunia dan akhirat, waktu saat malaikat menghadap Allah, dan waktu saat pemuda Ashabul Kahfi ditidurkan oleh Allah.

1. Waktu di Dunia dan Akhirat

Dalam Al-Qur’an, waktu di dunia dan di akhirat digambarkan memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Allah berfirman:

Surah As-Sajdah (32:5):

“Dia (Allah) mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Surah Al-Hajj (22:47):

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya satu hari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Ayat ini menunjukkan bahwa waktu di akhirat berjalan jauh lebih lambat dibandingkan dengan waktu di dunia. Perbedaan ini menegaskan bahwa dimensi waktu di dunia tidak dapat disamakan dengan dimensi waktu di akhirat.

Konsep ini memberikan pelajaran mendalam tentang keterbatasan manusia dalam memahami alam semesta dan keabadian akhirat. Kehidupan dunia yang terasa lama bagi manusia hanya seperti sekejap mata dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang abadi.

2. Waktu Saat Malaikat Menghadap Allah

Malaikat adalah makhluk Allah yang memiliki tugas khusus, termasuk membawa wahyu dan mencatat amal manusia. Perjalanan mereka menuju Allah juga menggambarkan relativitas waktu. Allah berfirman:

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij: 4)

Ayat ini menggambarkan bahwa perjalanan malaikat, yang bagi manusia tampak seperti waktu yang sangat lama, sebenarnya hanya sehari dalam perspektif ilahi. Hal ini menegaskan bahwa dimensi waktu bagi malaikat berbeda dengan manusia. Dalam konteks ini, Allah menunjukkan betapa luas dan kompleksnya alam semesta yang Dia ciptakan.

3. Waktu Saat Pemuda Ashabul Kahfi Ditidurkan oleh Allah

Kisah Ashabul Kahfi merupakan salah satu bukti konkret tentang relativitas waktu. Dalam QS. Al-Kahfi: 25, Allah berfirman:

“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.”

Pemuda-pemuda Ashabul Kahfi ditidurkan oleh Allah selama 309 tahun, tetapi bagi mereka, waktu tersebut terasa seperti hanya beberapa saat. Ketika mereka terbangun, mereka bahkan bertanya-tanya berapa lama mereka telah tidur. Yang dijawab oleh temannya hanya sebentar, sehari atau setengah hari.

QS Al-Kahfi (19): “….Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini)….”

Kisah ini menggambarkan bagaimana Allah membuat hukum tentang waktu, dan dapat mengatur waktu sesuai kehendak-Nya, melampaui logika manusia.

Makna dan Hikmah Relativitas Waktu

Relativitas waktu dalam Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk memahami bahwa waktu adalah ciptaan Allah yang tidak dapat dibatasi oleh akal manusia. Ini memberikan pelajaran penting tentang ketergantungan manusia kepada Allah dan keterbatasan pemahaman manusia terhadap hakikat kehidupan.

Konsep ini juga mengingatkan manusia untuk tidak terperangkap dalam kesibukan duniawi, karena kehidupan dunia hanyalah sementara. Sebaliknya, manusia diajak untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan akhirat yang abadi.

Penutup

Relativitas waktu dalam Al-Qur’an menunjukkan keagungan Allah dalam mengatur dimensi waktu. Waktu di dunia, akhirat, perjalanan malaikat, dan kisah Ashabul Kahfi menjadi bukti bahwa waktu tidak bersifat mutlak, tetapi relatif sesuai kehendak Allah. Dengan memahami hal ini, manusia diharapkan dapat lebih bijaksana dalam memanfaatkan waktu untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya, karena setiap detik adalah anugerah yang harus dipertanggungjawabkan.

EDITOR: REYNA

Baca juga terkait:

Inspirasi Al Quran (4): Multi Semesta, Multi Dimensi

Inspirasi Al Quran (5): Multi semesta, pandangan para ilmuwan




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=