Muhammad Taufiq: Kapolri Jangan Takut Copot Kapolda Metro Jaya

Muhammad Taufiq: Kapolri Jangan Takut Copot Kapolda Metro Jaya
Dr Muhammad Taufiq, SH, MH. dosen Fakultas Hukum Unissula Semarang



Ia meyakini Kapolda Fadil Imran tahu skenario atau rekayasa kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) dan melakukan pembiaran.

ZONASATUNEWS.COM, JAKARTA — Pakar hukum asal Kota Solo, Muhammad Taufiq mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran.

Ia meyakini Kapolda Fadil Imran tahu skenario atau rekayasa kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) dan melakukan pembiaran.

Menurut Taufiq, sebagai Kapolda Metro Jaya tidak mungkin Fadil Imran tidak mendapat laporan dari Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto terkait peristiwa di rumah dinas Ferdy Sambo.

Budhi Herdi sudah dicopot dari jabatannya dan diduga kuat menjadi salah satu dari empat perwira yang menjalani penempatan dalam tempat khusus (patsus) di Mako Brimob.

“Agar masyarakat tidak panik, saya ingin Kapolri tegas. Pak Kapolri ini kelihatannya seperti takut sama Kapolda Metro Jaya. Tidak mungkin dia (Kapolda) rangkul-rangkulan sampai cium kening kalau tidak diceritain atau dibisiki oleh Ferdy Sambo. Kenapa Fadil Imran ini masih bertahan, kenapa? Apa takut Pak Kapolri?” ujar Taufiq dalam kanal Youtube Muhammad Taufiq & Partners Law Firm yang dikirim kepada Solopos.com, Senin (8/8/2022) malam.

Sebagai orang nomor satu di Polri, lanjut Taufiq, tidak sepantasnya Jenderal Listyo Sigit Prabowo takut untuk mencopot polisi-polisi yang bermasalah.

Apalagi, dalam kasus Ferdy Sambo ini Kapolri mendapat dukungan langsung dari Presiden Joko Widodo.

“Sebagai sesama orang Jawa Tengah, dulu Pak Kapolri ini kan pernah berdinas di Solo, saya support beliau meskipun beliau orang Jogja, jarak Solo dan Jogja kan dekat. Saya dukung Bapak apalagi Bapak didukung Presiden. Pak Presiden bilang untuk diusut tuntas sampai sejernih-jernihnya,” tandasnya.

Dalam kasus Brigadir J, ulas dia, tidak mungkin pelakunya tunggal. Apalagi saat ini sudah ada 25 pejabat polisi yang dicopot dari jabatan mereka karena terlibat dalam kejanggalan kematian Brigadir J.

“Dalam peristiwa kejahatan seperti ini tidak mungkin pelakunya sendirian, pasti ada kaitan dengan yang lain. Kalau peristiwa peluk-pelukan itu tidak melanggar ya kasih reward buat Kapolda Metro Jaya. Tapi kalau memang melanggar dan bagian dari 25 polisi yang bermasalah itu, ya copot,” tegas doktor ilmu hukum ini.

Kesaksian Penting

Bharada Eliezer (E) memberikan kesaksian penting terkait kematian koleganya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) pada 8 Juli 2022 lalu.

Bharada E melihat atasannya, mantan Kepala Divisi Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo berdiri sembari memegang pistol di samping Brigadir J yang tergeletak bersimbah darah.

Pengakuan baru tersebut memberi celah tentang keterlibatan Ferdy Sambo dalam kematian Brigadir J di rumah dinasnya di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Pasalnya, keterangan resmi Polri selama ini menyebut Bharada E menembak Brigadir J dengan pistol jenis Glock 17.

Fakta ini terasa janggal sebab Glock 17 adalah pistol modern yang dipakai perwira sehingga aneh jika Bharada E memiliki senjata api tersebut.

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B. Ponto secara terbuka menyebut Glock adalah senjata “para raja”.

Soleman yang pernah menjadi kepala gudang senjata di TNI itu meyakini pihak kepolisian sudah mengetahui sosok siapa penembak yang sebenarnya.

“Pistol Glock bisa jadi kunci siapa pemilik pistol yang sebenarnya. Pistol Glock tersebut memiliki nomor dan ada pemiliknya. Nomor ini pemegangnya siapa, apakah pemegang pistol ini saudara E? atau siapa? Bisa dicek kok,” tandasnya seperti dikutip Solopos.com, Senin (8/8/2022), dari kanal YouTube Corry Official yang diunggah pada 21 Juli 2022.

“Kalau saya bilang ini pistol raja-raja, ya sudahlah. Kalau raja-raja ada ndak nama raja di dalam situ,” sambungnya.

Menurut purnawirawan jenderal bintang satu TNI AL itu, kasus Brigadir J sebenarnya sangat sederhana.

Namun penanganan kasus itu menjadi rumit karena terjadi di rumah jenderal sehingga ada kepentingan untuk menghindar dari hukum.

“Jadi kasus ini kalau mau selesai ya dirunut dari pemilik pistol Glock. Kalau kata saya itu pistolnya raja, ada gak di dalam situ rajanya?” katanya.

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=