OLEH : HANAFI PRATOMO
BAGIAN ( I )
Berikut ini adalah rangkuman berita yang berasal dari AFP, ASN, CGTN,Gravitas, DW dan RT yang dilakukan antara tanggal 12-30 Oktober 2020 dan rangkuman dimulai dari South China Sea (Laut China Selatan).
1. South China Sea
Menurut data historis, laut Cina Selatan (South China Sea) sejak Dinasti Song, 1000-1300 M, namanya adalah Zang Hai, yang merupakan gugusan pulau-pulau dan karang, Shi Tang dan Chang Sa. Dan China bisa menunjukkan ratusan dokumen bahwa SCS (South China Sea) milik China, mulai dari Utara selat di Jepang sampai ke selatan, lautan Natuna di kepulauan Riau
Maka dengan percaya diri China membangun pulau karang yang direklamasi di gugusan Spratly Island, membangun pangkalan militer, peluncur roket jarak jauh, dan fasilitas militer lain.

Kapal Coast Guard Tiongkok yang menghalangi upaya penangkapan kapal pencuri ikan di perairan Natuna. (foto: fox/batamnews)
Klaim kepemilikan SCS oleh Cina, dianggap sebagai illegal, tapi justru China mendorong militernya PLA (People Liberation Army) untuk siap berperang Dalam pidatonya laksamana muda Luo Yuan wakil kepala Chinese Academy of Militery Science menyatakan bahwa kunci dominan China adalah penggunaan rudal balistic yang mampu menenggelamkan 2 kapal induk US dan kematian 10.000 dalam waktu singkat
Pada 16 Juli 2016, Pengadilan Arbitrase Internasional di DenHag sudah memutuskan bahwa kepemilikan SCS oleh Cina adalah tidak sah yang oleh Beijing ditandai dengan 9 garis putus putus. Presiden Xi malahan mengarahkan bangsanya untuk siap siap berperang
Kenekadan China tersebut mendorong beberapa negara membentuk aliansi di SCS yang terdiri dari Amerika serikat Australia, Jepang, Filipina, Vietnam, Inggris, Perancis, bahkan Polandia yang semuanya mengirim kapal induk dan kapal pendamping. Namun jumlah kapal perang China jumlahnya hampir 10 kali lipat dibandingkan jumlah seluruh kapal aliansi, apalagi ditambah personil militer yang ratusan ribu jumlahnya.
Dan yang terakhir terbentuk Quad, yaitu gabungan dari Amerika, Australia, Jepang dan India
Selama 2 hari, Selasa dan Rabu tanggal 20-21 Oktober 2020 China melakukan latihan besar-besaran di selat Hainan dan di SCS dan menurut Zhao Lijian jubir Kemenlu China bahwa latihan tersebut sah-sah saja karena 80 % SCS milik China. Sebenarnya kawasan SCS aman aman saja, karena China dan Asean sudah saling percaya. Adanya Amerika yang memicu ketidak stabilan ini.
2. Vladivostok
Dibawah kekuasaan Dinasti Qing, namanya Haisen Wei ‘the bay of the slug’, yang menurut CGTN, media milik China secara historisnya, sebagai the outer of Manchuria.Pada tahun 1840, kaisar Tsar Nicholas mengakuisisi Vladivostok yang saat itu China sangat direndahkan oleh Russia.
Menurut Russia masalah Vladivostok sudah selesai setelah dilakukan perjanjian tahun 1991,1994 dan 2004, tetapi China tetap ngotot bahwa Vladivostok sebagai tanah leluhur yang harus kembali ke China.
Memperhatikan kesungguhan presiden Xi, tentang Vladivostok tersebut, maka Putin memutuskan untuk menerjunkan puluhan ribu pasukan ke Vladivostok dan kendaraan tempur. Dan kapal perangnya dipersiapkan oleh Russia di pelabuhan Chinai India untuk mudah bergerak ke Vladivostok.
Disamping itu Putin minta bantuan India dan Korea Selatan untuk mengirim tenaga kerja dan pedagang, karena sebagian besar tenaga tersebut dikuasai orang orang China
3. Akuisisi Tibet
China mengakuisisi Tibet pada tahun 1950, karena 2 alasan, (1) bahwa tanah Tibet adalah tanah leluhur China (2) sebagai sumber air tawar yang sangat besar sehingga China will never free Tibet dan akuisisi sudah berjalan 70 tahun.
China sekarang menjadi negara raksasa, adi kuasa. Agresifitas China berkembang sehingga semua negara Jiran, negara tetangga sudah bisa merasakan, mulai dari Tajikistan, Azerbaijan, Russia (dengan masalah Vladivostok), INDIA ( lembah Galwan), Vietnam, Kamboja, Taiwan, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Indonesia (laut disekitar pulau Natuna di Riau)
Dengan India telah terjadi ketegangan yang tidak kecil.
Dilanjutkan ke bagian 2 halaman berikutnya
Related Posts
Kudeta militer Myanmar : Aung San Suu Kyi terlambat potong kekuasan militer
Muhammad Najib : Mengenal Pemikiran Syed Hussein Alatas
Muhamad Najib : Amerika Menanti 20 Januari 2021 Dengan Cemas
FTA : Extrajudicial Killing Yang Dilakukan Polisi, Puncak Kemunduran Demokrasi di Indonesia
Masyarakat Indonesia di Melbourne Minta Kriminalisasi Ulama Dan Tokoh Kritis Dihentikan
Breaking News : Pengemudi menabrakkan mobil ke gerbang Masjidil Haram Mekah
Perdana Menteri Kanada Soal Karikatur : Kebebasan berekspresi “bukannya tanpa batas”
Maîtresse-en-Titre : Kisah Perselingkuhan Abadi Para Pemimpin Prancis
Raja Faisal Skakmat Presiden Prancis Charles de Gaulle Soal Palestina
Gerakan Boikot Produk Akan Menghancurkan Ekonomi Perancis
No Responses
You must log in to post a comment.