ZONASATUNEWS.COM, JAKARTA — Misi Aditya-L1 India resmi dimulai pada Senin, 2 September 2023, ketika dia sepenuhnya melepaskan diri dari lingkup pengaruh bumi. Pesawat antariksa itu akan memulai perjalanan empat bulan menuju pusat tata surya, membawa instrumen untuk mengamati lapisan terluar matahari kita.
“Pesawat antariksa itu telah lolos dari pengaruh Bumi,” kata Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 30 September, malam, dikutip antariksa .com
Aditya, yang dinamai berdasarkan dewa matahari Hindu, telah menempuh perjalanan sejauh 920.000 kilometer. Itu hanya separuh dari total jarak perjalanannya.
Pesawat ruang angkasa tersebut akan ditempatkan pada orbit halo di sekitar titik Lagrange 1 (L1) sistem Matahari-Bumi, yang berjarak sekitar 1,5 juta km dari Bumi. Itu adalah tempat dimana teleskop terkuat saat ini, James Webb Space Telescope milik NASA memetakan langit jauh.
Pada titik itu, gaya gravitasi Bumi dan Matahari hilang, sehingga misi tetap berada dalam orbit halo yang stabil di sekitar bintang terdekat kita. “Ini adalah kedua kalinya berturut-turut ISRO mengirim pesawat ruang angkasa ke luar lingkup pengaruh Bumi, yang pertama adalah Misi Pengorbit Mars,” kata badan tersebut.
Pesawat ruang angkasa Aditya-L1 membawa tujuh muatan untuk mengamati fotosfer, kromosfer dan lapisan terluar Matahari (korona). Dengan menggunakan titik pandang khusus L1, empat instrumennya akan langsung melihat Matahari, sementara tiga lainnya mempelajari partikel dan medan in-situ.
Untuk misi di pusat tata surya, Amerika Serikat dan Badan Antariksa Eropa telah beberapa kali mengirimkan wahananya. Misi ke Matahari dimulai dengan program Pioneer NASA pada tahun 1960an.
Jepang dan China sama-sama telah meluncurkan misi observatorium matahari. Namun, wahana mereka hanya ditempatkan di orbit Bumi
Jika misi terbaru ISRO itu berhasil, maka India akan menjadi negara Asia pertama yang menuju matahari. Kemudian, menempatkan wahana antariksanya di orbit mengelilingi matahari.
India di Bulan
Pada Agustus lalu, India juga menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat antariksa di dekat kutub selatan bulan yang sebagian besar belum dijelajahi. Misi itu sekaligus menjadikannya negara keempat yang mendarat di bulan.
Robot penjelajah Pragyan yang menyertai pesawat Vikram ke bulan, telah mengamati sekitar lokasi pendaratannya. Namun, ia terpaksa dimatikan sementara untuk menghadapi malam di bulan. Untuk diketahui, satu malam di bulan sama dengan dua pekan di Bumi, begitu pula sebaliknya siang.
India berharap memperpanjang misi Vikram dan Pragyan dengan mengaktifkannya kembali setelah matahari bulan terbit. Namun upaya itu sejauh ini tak berhasil. Keduanya tetap hening.
“Tidak apa-apa jika penjelajah tidak bangun karena penjelajah telah melakukan apa yang diharapkan,” kata kepala ISRO, S Somanath, Rabu lalu.
Pada tahun 2014, India menjadi negara Asia pertama yang menempatkan pesawat ke orbit di sekitar Mars. India juga dijadwalkan meluncurkan misi berawak selama tiga hari ke orbit Bumi pada tahun depan.
Sumber: Phys.org
EDITOR: REYNA
Related Posts
Qatar berikan draf akhir kesepakatan gencatan senjata Gaza kepada Israel dan Hamas setelah pembicaraan tengah malam menghasilkan ‘terobosan’,
Petugas pemadam kebakaran berlomba untuk mengendalikan kebakaran hutan di LA saat angin diperkirakan akan bertiup kencang
Apakah bencana alam lain terkait dengan perubahan iklim? Ilmuwan: Ya !!
Apakah perubahan iklim menjadi penyebab kebakaran hutan di California?
Meta, Facebook akan menghentikan pemeriksa fakta: Apa artinya ini bagi media sosial?
Denmark tawarkan Trump untuk meningkatkan kehadiran militer AS di Greenland
Presiden Komisi Uni Eropa von der Leyen tidak diundang ke pelantikan Trump
2024 dikonfirmasi sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat : WMO memperingatkan tentang meningkatnya krisis iklim
Mantan kepala ICC mengecam keputusan Polandia untuk melindungi Netanyahu dari surat perintah penangkapan Israel
DPR AS memberikan suara untuk menjatuhkan sanksi kepada Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas Israel
No Responses