Saatnya Muhammadiyah Hadir di Eropa (Bagian 1)

Saatnya Muhammadiyah Hadir di Eropa (Bagian 1)
Duta Besar Indonesia untuk Spanyol dan UNWTO, Dr Muhammad Najib



ZONASATUNEWS.COM, MADRID – Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyo dan UNWTO, Dr Muhammad Najib kembali menegaskan pentingnya beriman dan berilmu. Karena hanya orang yang beriman dan berilmu yang memenuhi syarat untuk diangkat derajatnya oleh Allah SWT.

Dalam kesempatan itu, Dubes Muhammad Najib juga kembali mengingatkan agar Muhammadiyah turut dalam melakukan dakwah Islam di Spanyol khususnya dan kawasan Eropa pada umumnya.

Hal itu disampaikan oleh Dubes Najib saat menjadi narasumber diskusi via zoom, dengan tema “Islam Hadhari: Islam di Andalusia” yang diadakan oleh AIK Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tanggal 17 Mei 2023.

Menurutnya Islam Hadari diperkenalkan oleh Perdana Menteri Malaysia saat itu yaitu Abdullah Ahmad Badawi, yang berkuasa antara tahun 2003 sampai 2009. Sementara Perdana Menteri Malaysia yang sekarang Anwar Ibrahim memperkenalkan istilah Madani yang mengacu kepada Negara Madinah.

Negara Madinah, katanya, merupakan negara modern yang demokratis. bahkan para pemikir Barat menyebut Negara Madinah sebagai negara konstitusi pertama didunia. Karena Rosulullah dalam pemerintahannya mengajak bermusyawarah berbagai kelompom masyarakat yang ada di madinah saat itu, yaitu kelompok yahudi, nasrani, bahkan kelompok pagan.

“Almarhum Nurcholish Madjid sangat bangga dengan model negara Madinah yang modern dizamannya, demokratis, dan memiliki konstitusi tertulis pertama di dunia. Meskipun Negara Madiah itu hanya bertahan dalam puluhan tahun. Karena setelah Khulafaur Rosyidn yang empat itu, pemerintahan kembali ke model kerajaan, yaitu saat dipimpin Bani Umayah dengan Khalifah pertama Muawiyah,” kata Dubes Najib.

Dalam kaitan mempelajari Islam di Andalusia, Dubes Najib menyatakan banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari sejarah Islam di Andalusia tersebut. Bukan saja karena kesuksesannya, tetapi juga kegagalannya, bisa menjadi bahan pelajaran.

“Kebanyakan buku-buku yang berbahasa Arab maupun berbahasa Inggris hanya menuliskan kisah kesuksesannya saja, sementara tidak mau atau tidak berani mengakui kegagalannya. Padahal keduanya memberikan pelajaran yang berharga bagi kita sekarang dan kedepan,” ujarnya.

Dalam soal kekagalannya, lanjutnya, kebanyakan hanya menuliskan faktor eksternalnya saja. Padahal faktor internal juga menjadi sebab kegagalan itu. Misalnya, Dubes Najib mencontohkan, pertikaian terus-menerus antar keluarga kerajaaan itu berakibat melemahkan kerajaan. Bahkan, tidak jarang diantara yang bertikai tersebut, mengundang pihak luar untuk membantu menghancurkan saudaranya. Mereka lupa dengan cara seperti itu, separuh kekuatannya telah hilang.

“Pepatah China mengatakan, untuk mengalahkan saudaranya mereka seringkali mengundang anjing untuk menggigit saudaranya itu. Mereka lupa setelah anjing berada didalam, mereka tidak bisa mengusirnya. Itu yang sekarang terjadi di Timur Tengah sampai sekarang,” ungkap Dubes Najib.

Karena itu Dubes Najib menjelaskan bahwa dalam kajian-kajinnya selalu mengedepankan semangat introspeksi diri itu.Agar tidak mengulangi kesalahan yang pernah terjadi. Bahkan seringkali menutupi, kalau tidak ada faktor eksternal kemudian mencari kambing hitam. Bahkan tidak jarang Allah dikmabing hitamkan, dengan mengatakan sesuatu sudah takdir, ini sudah nasib, sudah ketentuan yang diatas, dans seterusnya.

“Itu kan artinya mengkambing hitamkan Allah karena tidak mau introspeksi diri, kekurangan diri, kelemahan diri sendiri, sehingga mengakibatkan kecelakaan. Kalau kecelakaan itu menimpa diri sendiri tidak masalah, tetapi kalau kecelakaan itu menimpa umat, bangsa dan negara, ini akan fatal sekali. Tidak sedikit pemimpin Islam di Indoensia saat ini yang melakukan kecerobohan-kecorobohan yang luar biasa, yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.Karena itu harus hati-hati, jangan mudah mengatakan ini takdir,” pesannya.

Sebelum menjadi Dubes di Spanyol, banyak artikel ditulisnya, yang sudah dibukukan dan dijual di google bookstore. Dia melakukan pengkajian khusus antar ihtiar dan takdir. Banyak kesalahpahaman antara ihtiar dan takdir yang perlu dilakukan pengkajian secara serius. Termasuk di Muhammadiyah, pada lapisan tertentu masih ada kesalahpahaman itu.

Sementara itu cerita Andalusia yang positif berawal dari kisah sukses Bani Abasyiyah di Baghdad. Khalifah Harus Al Rasyid dikenal dan dicatat sejarah sebagai Khalifah yang sukses, arif, dan bijaksana. Kebiasaan Harun Al Rasyid itu adalah membaca dan mengoleksi buku dari berbagai negara, sehingga wawasannya luas sekali, kearifannya dalam memimpin luar biasa baik dalam pemerintahan maupun di medan perang. Sehingga praktis selama berkuasa tidak pernah kalah. Dan kemakmuran

Tradisi kecintaan terhadap ilmu itu diwariskan oleh Harun Al Roasyid kepada anaknya, Khalifah Al Makmun. Kemudian dia membentuk Baitul Hikmah (Rumah Kebijaksanaan). Banyak yang menjelaskan bahwa Baitul HIkmah itu hanya sebagai lembaga penjermahan.

“Tetapi dari kajian saya yang serius, bukan hanya lembaga penjermahan. Itu kalau sekarang istilahnya pusat riset. Bahkan kemudian menjadi pusat pendidikan. Semacam universitas merangkap pusat riset. Kira-kira seperti itu. Apa prestasinya? Ilmu pengetahun yang semula berjalan sendiri-sendiri, di Yunani berkembng disana saja, ilmu pengetahuan di China berkembang disekitar daratan China saja, ilmu pengetahuan Persi, India, nah ini kemudian diterjemahkan oleh Baitul Hikmah kedalam bahasa Arab, dengan mendatangkan para penterjemah dari seluruh dunia. Ini kehebatan Al Makmun,” jelasnya.

Setelah menjadi berbahasa Arab, orang-orang Arab mempelajarinya, kemudian berbagai ilmu itu diintegrasikan. Disitulah cerita bagaimana angka Arab dari 1-9, yang sebelumnya angka Romawi yang diapakai, yang tidak praktis dan rumit.

Begitu juga angka nol (0) atau titik, lanjutnya, sejatinya berasal dari India. Sebelum Islam matematika sudah berkembang di India. Prestasi umat Islam mengintegrasikan semua sehingga melahirkan ilmu-ilmu baru, seperti ilmu fisika, kimia, astronomi, kedokteran modern dan seterusnya.

Karena semua buku sudah ditulis dalam bahasa Arab, sementara di Andalusia sudah berkuasa keturunan Bani Umayah, maka buku-buku itu dikirim ke Andalusia. Karena secara geografis dekat, maka orang-orang dari Perancis, Italia, belajar ke Andalusia. Belakangan disusul orang Inggris , Jerman juga belajar ke Andalusia.

“Nah, itulah kenapa Renaissance itu berawal dari Italia dan Perancis. Belakangan juga Inggris. Karena orang-orang itu belajar dari umat Islam di Andalusia. Hampir 800 tahun atau 8 abad umat Islam berkuasa di Andalusia. Nah, dalam rentang itu orang-orang Eropa belajar disini. kalau kita baca dalam sejarah, renaissance berkembang pada sekitar abad 15 saat umat Islam setelah umat Islam terusir dari Andalusia,” jelasnya.

Kemudian ilmu-ilmu yang diwariskan umat Islam itu berkembang di Inggris, Jerman, dan kawasan Eropa lainnya. Dubes Najib juga meyakini bahwa gerakan protestan di Jerman yang dipelopori oleh Martin Luther, itu ada hubungannya dengan ilmu yang diajarkan oleh umat Islam. Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyh, dan yang lainnya, itu terkenal sekali di Eropa.

Sekularisme, liberalisme, itu semua berasal dari tokoh-tokoh ini. Tetapi karena kebablasan dan kehilangan ruhnya, sehingga sekularisme dan liberasme menjadi seperti yang sekarang kita kenal. Tetapi awalnya dari Islam.

Indikasi Renaissance, dimulai dari revolusi industri di Inggris dan revolusi sosial di Perancis dimulai sekitar akhir abad 17 atau awal abad 18, puncak-puncaknya. Artinya, kalau merujuk bagaimana Islam mewariskan pencerahan itu sehingga membuat bangsa Eropa itu bangkit, membutuhkan waktu sekitar 3 abad, kalau dihitung sejak Islam tidak lagi di Andalusia. Tetapi kalau dihitung sejak puncak kejayaan Bani Umayah pada tahun 1000, itu berarti 7-8 abad kemudian baru Eropa Bangkit.

“Hal-hal ini perlu kita pahami dan kita mengerti, lebih dari itu perguruan tinggi Muhammadiyah perlu mendalami karena warisan Islam di Andalusia ini tidak banyak dikaji didunia Islam. Termasuk di Timur Tengah. Saya tidak tahu penyebabnya,” paparnya.

Dia yang sudah sekiar 7 kali ke Mesir mengakui bahwa Al Azhar itu sebagai salahs atu mercusuar lembaga pendidikan didunia Islam. Tetapi ilmu yang diajarkan top down. Ilmu yang terkait tafsir, fiqih, dan hadis.Sedangkan ilmu yang dibangun di Andalusia seperti ilmu ekonomi dan ilmu sosial warisan Ibnu Khaldun, ilmu filasafat warisan Ibnu Rusyh, tidak mendapatkan perhatian di Al Azhar.

Saya justru melihat ilmu-ilmu yang dikembangkan umat Islam Andalusia tersebut banyak diajarkan di American University di Kairo. Karena faktor politik, ketidakstabilan di Mesir sehingga American University tidak berkembang. Tetapi, sekarang perkembangannya sudah sangat bagus.

Peluang Muhammadiyah

Bagaimana peluang Muhammadiyah untuk mengembangkan Islam di Spanyol dan kawasan Eropa?

Ada 2 lembaga dakwah yang pengaruhnya sangat kuat di Eropa ini. Kalau Muhammadiyah akan mengembangkan dakwah di Eropa, bisa dipilh negara atau wilayah yang paling kondusif. Spanyol merupakan salah satu pilihan. Saudi Arabia, mengembangkan dakwah di Spanyol ini dengan menggunakan bendera Rabitah Alam Islamy, atau sering disebut OKI/OIC.

BERSAMBUNG

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=