Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Publik melihat video yang viral ketika cawapres Gibran memberikan sambutan didepan para santri dan ibu-ibu disalah satu pesantren di Jawa Barat hari Senin tanggal 4 Desember 2023 lalu. Dalam pidatonya itu mas Gibran memberikan nasehat pada ibu-ibu kiat untuk mencegah stunting dengan cara mengecek asupan asam sulfat.
Video itu lalu menjadikan bahan pembicaraan bahkan olok-olok dari masyarakat karena seorang cawapres menganjurkan ibu-ibu hamil mengkonsumsi asam sulfat yang bisa menyebabkan kematian.
Diantara publik di media sosial mengatakan bahwa mas Gibran itu bukan “slip of the tongue” atau silap lidah tapi “slip of mind” alias silap pikiran. Harusnya ibu-ibu hamil itu mengkonsumsi asam folat. Meskipun Mas Gibran sudah minta maaf (dengan santai) atas kekeliruan itu, tapi masalah ini masih menjadid pembicaraan luas.
Sepertinya mas Gibran tidak ada yang membisiki sebelum pidato bahwa ada perbedaan besar antara asam sulfat dan asam folat. Menurut berbagai sumber ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 400 mikrogram (mcg) per hari, mulai dari sebelum kehamilan hingga trimester pertama kehamilan.
Ibu hamil yang memiliki riwayat keluarga dengan cacat tabung saraf dianjurkan untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 4.000 mcg per hari.Asam folat dapat diperoleh dari suplemen yang dijual bebas di apotek atau toko obat. Suplemen asam folat biasanya tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul.
Sementara itu, asam sulfat adalah senyawa kimia berupa asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfat digunakan untuk pemrosesan bijih mineral, sintetis kimia, pemrosesan air limbah, dan pengilangan minyak.
Saya pribadi memiliki pengalaman bekerja di kantor perwakilan diplomatik negara adidaya cukup lama, dan saya banyak tahu tentang protokol diplomatik sampai bagaimana para Dubes situ di brief oleh bawahannya tentang isu-isu penting bila akan berbicara disuatu event.
Dalam tingkatan yang lebih atas yaitu menteri dan presiden ada tim khusus yang memberikan “talking points” sebelum sang menteri atau presiden berbicara di publik. Untuk pembuatan pidato ada orang khusus yang disebut Ghost Writter yang menyiapkan bahan pidato, sementara untuk talking points ada para menteri atau penasihat khusus presiden yang memberikan bahan-bahan bicara.
Ini dilakukan karena sebagai seorang Dubes, Menteri atau Presiden adalah wakil dari negaranya sehingga pembicaraannya harus detail dengan data, sesuai dengan situasi terkni dsb – yang penting tidak sekadar bicara atau bahasa Suroboyonya “pating keprocot”.
Mas Gibran sekarang bukanlah anak muda biasa yang bicara ngalor ngidul seenaknya, karena dia sekrang menjabat sebagai calon wakil presiden, sebuah jabatan paling tinggi di suatu negara setelah presiden. Dia tidak boleh merasa “mentang-mentang” sebagai anak presiden lalu bebas berbicara dimanapun tanpa ada masukan dari kiri-kanan, apakah itu tim kampanye atau tim dari sebuah think tank.
Seorang calon wakil presiden itu nantinya kalau terpilih akan “acting as a president” bila presiden berhalangan, sehingga dia harus diatur cara dan isi bicaranya. Misalnya kalau ingin bicara tentang stunting, mas Gibran harus dikasih informasi ap aitu stunting, apa bahayanya stunting bagi ibu-ibu, masyarakat dan negara, data tentang jumlah stunting dsb.
Masyarakat tentu sudah mengetahui tim pemenangannasionalnya Prabowo – Gibran itu jumlahnya lebih dari 200 orang, dan sebagian besar adalah orang – orang top di negeri ini, misalnya ketua timnya seorang pengusaha mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat di Washington DC, ada banyak pengusaha level konglomerat, ada jendral-jendral TNI dan Polri dsb. Mereka itu memiliki pengetahuan luas tentang negara ini dan dunia internasional baik dunia bisnis maupun politik.
Lalu, apakah orang-orang pintar itu tidak satupun yang membisiki mas Gibran kalau mau bicara masalah tertentu harus bicara ini itu. Apakah diantara mereka tidak membuatkan talking points untuk mas Gibran, atau tadi mas Gibran merasa mentang-mentang anak presiden semaunya bicara.
Kalau meminjam bahasa mahasiswa yang bikin skripsi di bab kesimpulan menyebut “Tidak ada korelasi positif antara keberadaan tim kampanye nasinoal dengan kapasitas seorang cawapres”
Saya lalu membayangkan, kalau mas Gibran terpilih menjadi wakil presiden dan mewakili presiden berbicara di forum internasional di PBB New York atau Geneva yang dihadiri ratusan pejabat tinggi negara-negara dunia termasuk para ahli terkemuka – membicarakan perlunya perempuan mencegah stunting dengan menasihati ibu-ibu di dunia ini untuk mengkonsumsi Asam Sulfat, saya tidak bisa membayangkan akan munculnya protes dari dunia internasional.
EDITOR: REYNA
Artikel sama dimuat di Optika.id
Related Posts
Lumajang Punya Pemimpin Baru, Gus Adim: Tidak Usah Mengkotak-kotakan NU dan Muhammadiyah
Sadis, di lereng Gunung Kelud Kediri, seorang guru bersama isteri dan 2 anaknya dibantai. Apa motifnya??
Rusia mengatakan kapal perangnya tiba di Qingdao, Tiongkok
Kemendagri evaluasi kinerja Penjabat Walikota se-Indonesia, Moetaqqien Hasrimi Pj Walikota Tebingtinggi masuk top 5 penjabat walikota terbaik
Kumpulkan Stakeholder, Pendamping Desa Kab Malang Fasilitasi & Dukung Branding “Kopi Lereng Kawi”
Roadmap Indonesia Menuju Emisi Nol 2060: Tantangan dan Solusi untuk Meningkatkan Produksi Energi Bersih
KA Matarmaja Seruduk Mobil RSUD Gambiran Kediri
Harmonisasi Zakat dan Wakaf Menyelesaikan Persoalan Umat
dr. Raja Faisal Apresiasi Tanggung Jawab Kapolrestabes Semarang dan Evaluasi SOP Penggunaan Senjata Api
Mobil Tangki Milik PT Sean Bumi Indo Bermuatan Solar Subsidi Parkir di Polsek Ngasem, Ada Apa??
No Responses