JAKARTA – IKA ITS dalam waktu dekat akan menggelar Konggres untuk memilih Ketua yang baru. Menariknya, semua calon Ketua tersebut adalah para pejabat BUMN atau “All BUMN Final”. Menguntungkan atau merugikan bagi organsasi IKA ITS?? Untuk mendapatkan gambaran, Pemimpin Redaksi zonasatunews.com, Budi Puryanto melakukan wawancara dengan Agus Lengky, alumni ITS yang sekarang berprofesi sebagai Pengacara.
Agus Lengky yang sudah mundur dari kepengurusan IKA ITS karena perbedaan tafsir masa kepengurusan IKA ITS, menilai Konggres yang hingar-bingar ini tidak terlepas adanya “motivasi lain”, apa itu?
“Kalau dulu IKA ITS adalah wadah untuk pengabdian, tapi sekarang mulai dipandang.., ternyata dapat juga digunakan, dimanfaatkan sebagai kendaraan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, demi berbagai keuntungan. Baik keuntungan ekonomi, politik, jabatan dan kekuasaan,” kata Legky.
Selengkapnya petikan wawancara disajikan dibawah ini:
Budi (B): Apa kabar cak.
Lengky (L) : Alhamdulilah apik cak . Berkat doa dulur2 semua.
B: Sejak berhenti jadi pengurus IKA ITS kok gak ada kabarnya.
L: Masih kok. Masih diskusi dengan senior2 yg masih peduli dengan IKA ITS, peduli dengan para alumni. Mereka ini luar biasa. Masih mengikuti perkembangan IKA.
B: Apa komentar cak L dengan kongres yang akan digelar nanti?
L: Meriah cak. All BUMN final. Hehehe. Dinamikanya patut dicermati. Jarang terjadi begitu banyak yang ingin jadi Ketum. Dan mereka ini bener2 serius ingin menjadi Ketum. Kalau kita lihat dari serangkain kampanye caketum selama ini, meriahnya ngalah2in Pilpres. hehehe
B: Maksudnya cak
L: Mereka bahkan punya timses, punya tim hore dll. Bener2 meriah. Sesuatu yang dulu tidak pernah terjadi. Kalau dilihat dari aspek motivasi para caketum untuk mengabdi pada IKA, tentu hal ini patut disyukuri.
Tapi saya juga menduga, bisa jadi ada “motivasi lain”, terutama setelah gonjang-ganjing IKA ITS beberapa waktu yang lalu, terkait upaya perpanjangan masa jabatan ketum yang didasarkan pada penafsiran ngawur akta BH IKA ITS. Belum lagi dukungan terbuka pada salah satu capres. Makin ambyar.
B: Sebentar cak. Maksudnya motivasi lain itu seperti apa?
L: Gini cak. Saya suka analogi yang digunakan para senior2 kita yang angkatan 60, 70an. Mereka bilang, IKA ITS itu diibaratkan seperti sepeda onthel. Sepeda kebo ala jadul cak. Bisa dinaiki, bisa jadi alat transportasi jadi kendaraan dari satu titik ke lain titik. Saat ini, orang lebih senang pakai motor atau mobil jadi kendaraan.
Tapi rupanya sepeda onthel amoh tersebut, saat ini dipandang bisa juga dimanfaatkan jadi kendaraan yang menguntungkan, maka mulai diperebutkan. Kalau dulu IKA ITS adalah wadah untuk pengabdian, tapi sekarang mulai dipandang.., ternyata dapat juga digunakan, dimanfaatkan sebagai kendaraan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, demi berbagai keuntungan. Baik keuntungan ekonomi, politik, jabatan dan kekuasaan.
Dugaan saya bukan timbul dari ruang hampa cak. Gonjang-ganjing IKA ITS yang lalu adalah salah satu indikasi. Saya bersyukur capres yang didukung kalah. Kalau menang, bisa2 IKA ITS ditransformasikan jadi underbow parpol, atau relawan militan capres pemenang. Kan lumayan kalau gak dikasih jabatan mentri, ya komisaris, atau paitnya masih dikasih proyek. Urip makmur dengan memanfaatkan IKA ITS.
Tapi sekali lagi, untungnya kalah. Jadi kita masih diberi kesempatan untuk berbenah kembali sebelum IKA ITS ini makin ambyar gak karuan karena kelakuan segelintir orang.
B: Masih untung ya cak.
L: Iyo hahahaha. Wong jowo selalu untung cak.
B: Tentang caketum2 yang sampeyan sebut All BUMN final, apa pendapat sampeyan cak.
L: Saya coba gunakan analisa seperti youtuber yang mereview gadget yo cak. Yaitu dengan pendekatan Pro dan Cons, istilah lain dari Plus dan Minus. Tapi istilah minus dianggap ofensif, jadi banyak ditinggalkan. Saya mulai dengan yang Pro dulu ya cak.
B: Monggo
L: Patut disyukuri, alumni ITS yang sukses berkarir di BUMN, bersedia untuk kembali mengabdi kepada Ibu yang Luhur ITS, melalui IKA ITS.
Ini suatu kondisi yang langka. Karena biasanya, alumni yang sukses di BUMN, baik sebagai direksi atau dirut, lebih banyak totalitas mengabdi pada BUMN. Tentu hal tersebut patut diapresiasi karena memang harus begitulah sikap sebagai profesional. Mereka tentu tidak melupakan almamater, tapi karena super sibuk saja. Sehingga tidak punya waktu untuk kegiatan alumni.
Kalau kita cermati, para alumni ITS yang sukses meniti tangga karir di BUMN, umumnya memang disebabkan oleh kinerja dan profesionalitasnya, bukan drop2an penguasa, bukan titipan parpol, bukan ketua relawan, bukan titipan bapaknya atau menggunakan cara mafia2an yang sering kita dengar.
Mereka berjuang sendirian dengan caranya sendiri, sebagai profesional yang mumpuni. Terkadang, hal tersebut juga membuat mereka enggan untuk kembali mengurusi atau aktif di kegiatan alumni. Itulah kenapa, kali ini, ada kejadian langka. Para alumni yang sukses di BUMN, mau kembali dan bahkan berebut untuk mengurusi sepeda onthel yang namanya IKA ITS.
B: Lalu apa konsekuensi dari All BUMN Final?
L: Sudah bisa dipastikan, Ketum hasil kongres nanti adalah petinggi BUMN. Dengan demikian, dia adalah sosok keempat petinggi BUMN yang jadi ketua umum IKA ITS. Hal ini sekaligus menjadi kekhawatiran sebagian alumni senior, jika kita melihat histori bagaimana kondisi dan situasi dahulu, saat ketiga petinggi BUMN saat menjadi ketum.
Tentu kita sudah tahu sama tahu historinya, bagaimana situasi dan kondisinya, saat para ketum yang juga petinggi BUMN sudah tidak menjabat lagi di BUMN. Yang dulu ada para pihak yang mendorong, mendukung, semangat jadi timses, hilang satu persatu dan tidak nampak batang hidungnya untuk ngurusi IKA. Ketua ditinggalkan sendirian, paling ya tinggal sama sekjen, yang pada akhirnya berdampak pada IKA ITS yang jadi letih lesu lemah tak bergairah seperti kekurangan darah. Tentu dukungan logistik akan sangat terpengaruh jika sudah tidak punya jabatan. Namanya saja kaum profesional, jabatan bisa datang dan pergi tanpa bisa diprediksi. Kan bukan perusahaan mbahnya cak. Hahahaha.
B: Sudah tiga kali terjadi ya? Masak mau diulang keempat kali. Keledai saja tidak jatuh di lobang yang sama untuk kedua kalinya.
L: Nah itu. Saya sendiri tadinya mengharap ada caketum yang dari latar belakang pengusaha sukses, sugih, konglomerat, yang sudah sangat berhasil pol. Sudah selesai dengan dirinya, tidak nguber2 jabatan, kekuasaan dan harta. Dan hanya mau mengabdikan diri pada almamater dan alumni tanpa pamrih. Hehehe
B: Apa ada alumni ITS yg seperti itu cak?
L: Hla mbuh cak. Hahaha.
B: Terus gimana menghadapi situasi yang seperti itu cak?
L: Sebenarnya visi misi caketum no 1 cak Faizal Rohmad D (cak FRD) yang disampaikan dalam rangkaian kampanye, sedikit banyak bisa menjawab kekhawatiran tersebut. Idenya adalah kolektif kolegial ketua IKA ITS, atau Kolegium ketua. Jadi, tidak perlu memilih hanya satu dan membuang yang empat. Kenapa tidak lima-limanya jadi ketua IKA ITS?
B: Bukannya selama ini yang kalah, juga diajak dalam kepengurusan oleh yang menang cak. Tidak dibuang.
L: Betul, namun selama ini faktanya , walaupun yang kalah diberikan jabatan dalam kepengurusan, namun lebih sebagai upaya apresiasi dan penghormatan saja. Yang diajak kerja ya hanya orang2 kepercayaan ketum terpilih.
Ya bisa dimaklumi sih. Ngapain yang kalah ikut2an aktif kerja, tapi yang dapat nama hanya ketua. Tapi gimana lagi, sistemnya memang menjadikan Ketum IKA ITS sebagai penanggung jawab tunggal atas IKA ITS. Pengurus bisa banyak ide, pendapat dan masukan, namun pengambil keputusan tetap hanya pada Ketum. Artinya, ketum tidak perlu meminta persetujuan pihak lain, termasuk senat IKA ITS. Karena senat fungsinya hanya pengawas. Di era kali ini aja senat bisa2 punya kewenangan macam2.
Ini yang membedakan dengan konsep Kolegium Ketua IKA ITS, di mana tanggung jawab ada pada para ketua secara kolektif kolegial. Dalam contoh saat ini, kelima caketum semuanya akan menjadi ketua, dan satu ketua umum, analog dengan jajaran direksi dan direktur utama. Ketumnya silahkan dipilih oleh peserta kongres, atau peserta kongres menyerahkan kepada kelima caketum utk musyawarah memilih ketum.
Hla kelima caketum kan direksi BUMN, pasti sangat paham bagaimana mekanisme kolektif kolegial digunakan untuk menjalankan roda IKA ITS.
B: Jadi IKA ITS dipimpin oleh presidium ya cak?
L: Ya mirip seperti itu. Ketuanya ada banyak, dan setiap keputusan penting harus diputuskan bersama, tidak hanya oleh satu orang.
Hanya saja istilah presidium selama ini dipahami oleh sebagian alumni ITS sebagai hal yang sifatnya darurat dan temporer, dan hanya punya sedikit kewenangan. Beberapa kali kita pernah dipimpin presidium, yang dibentuk dan diberi tugas yang sangat spesifik saja, misalnya menyelenggarakan kongres.
B: Tapi format seperti itu kan tidak ada dalam AD dan ART kita cak?
L: Betul. Tapi tidak ada dalam AD & ART tidak berarti melanggar AD ART. Contohnya PO (Peraturan Organisasi) kan isi dan muatannya juga tidak ada dalam AD. Tapi dianggap sah karena sifatnya melengkapi aturan yg sudah ada, dan hanya mengatur secara terbatas.
Jika kelima caketum sepakat untuk membentuk Kolegium ketua, ya mereka bisa membuat kesepakatan antar mereka, dan kesepakatan tersebut akan menjadi aturan yang hanya mengikat mereka. Dengan demikian, kedudukan kesepakatan tersebut adalah pelengkap aturan yg sudah ada, seperti PO.
B: Apa mungkin mereka mau jadi satu cak?
L: Ya mungkin saja cak. Hla sekarang saja mereka katanya sudah ada koalisi2an seperti Pilpres hehehe. Hla daripada koalisinya dua orang, tiga orang, empat orang, kenapa tidak koalisi lima orang sekalian.
Kan katanya mau mengabdi, kan lebih mudah dan ringan jika gotong royong toh? Urusan logistik bukannya lebih mudah dan ringan dijinjing kalau ditangani keroyokan toh? Gak usah sungkan2 utk mengakui bahwa urusan logistik ini sangat penting dan strategis. Seperti yang tadi saya bilang cak. Kalau urusan logistik hanya mengandalkan satu orang yang lagi menjabat, maka kita hanya akan mengulang tiga kejadian2 sebelumnya.
Dengan konsep Kolegium ketua, para caketum akan saling menguatkan bukan menyingkirkan. Wabil khusus di bidan logistik, hehehehe.
B: Jadi hanya karena logistik to? Hahaha.
L: Sebenarnya ada satu lagi yang menurut saya pribadi sangat penting, terutama setelah gonjang-ganjing IKA ITS kemarin. Dengan model Kolegium Ketua IKA ITS, akan sulit bagi seorang Ketum IKS ITS melakukan tindakan politik praktis dukung mendukung capres, bahkan cagub atau cabup, dengan memanfaatkan dan menjual IKA ITS. Ketum IKA ITS sudah tidak bisa one man show lagi. Harus diputuskan bersama oleh ketua lainnya. Dan itu kan tidak mudah mencapai kata sepakat, apalagi jika sudah menyangkut politik praktis
B: Memang kalau cara2 politisi busuk digunakan dalam organisasi, biasanya bikin gaduh dan perpecahan.
L: Akurat cak.
B: Ok cak matur suwun waktunya, sukses dan sehat selalu.
L: Sama2 cak.
EDITOR: REYNA
Related Posts
CERI: Aturan KLHK Soal Perizinan Berusaha Pengelolaan Limbah B3 Dikeluhkan Banyak Pengusaha
Lagi, ICEPERIENCE.ID melalui EMPC membawa produser TMPD RCRDS”Indonesia merelease karyanya di label Belanda “STMPD RCRDS”
Pengacara Dua Terdakwa Mantan Petinggi BUMD Migas Riau Heran Atas Tuduhan Penyidik Bareskrim Polri
Pertamina Geotermal Malah Mau Investasi di Luar Negeri, Karena Ribet Negosiasi Harga dengan PLN?
Film jejak Sang Timur
DLH Kabupaten Katingan Kunjungi Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo untuk Tingkatkan Pengelolaan Sampah di Kalimantan Tengah
SKK Migas : KKKS Bisa Kena Sanksi Bila Melanggar Komitmen TKDN
Anthony Budiawan: Proyek Swasta Jadi PSN, Inkonstitusional !!
Mantan Menkeu sebut kelompok menengah jatuh miskin, karena konsumsi air minum galon, Anthony Budiawan: Tidak masuk akal sama sekali, absurd
Geruduk Inspektorat Kementerian Agama, Forsak Desak Penindakan Tegas Penyimpangan Di Wilayah Kerja Kementerian Agama Jawa Timur
No Responses
You must log in to post a comment.