Oleh: Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi, Dewan Penasehat Perhimpunan Bumi Putera Jawa Timur, Tinggal di Surabaya
Di tengah krisis demokrasi yang semakin mendalam, di mana pemimpin-pemimpin yang terpilih tidak lagi mencerminkan kehendak rakyat melainkan hasil kompromi politik, langkah-langkah strategis perlu diambil untuk merebut kembali kendali atas sistem demokrasi kita. Krisis ini bukan hanya sekedar ancaman—ia adalah realitas yang mencemaskan..
Selama satu dekade masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), banyak pengamat dan warga negara yang menyaksikan secara langsung bagaimana demokrasi di Indonesia mengalami berbagai tantangan serius. Keberhasilan dalam pembangunan infrastruktur dan kebijakan ekonomi sering kali disorot, namun di baliknya, ada sebuah narasi yang lebih gelap: pembusukan demokrasi yang perlahan-lahan menggerogoti fondasi demokrasi kita. Untuk merebut kembali demokrasi yang mulai rapuh, langkah-langkah strategis harus diambil.
Dalam 10 tahun terakhir, terdapat penurunan signifikan dalam pemahaman politik masyarakat, seiring dengan maraknya berita palsu dan propaganda politik. Data dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan bahwa tingkat literasi politik masyarakat Indonesia berada di angka 40%, sebagian besar disebabkan oleh pengaruh politik yang tidak transparan dan pembatasan informasi yang objektif. Selama era Jokowi, kendali informasi oleh pemerintah semakin ketat, membatasi akses masyarakat terhadap fakta dan perdebatan yang sehat. Pendidikan politik harus menjadi prioritas utama untuk membangun masyarakat yang kritis dan sadar akan hak-haknya, serta untuk melawan apati yang sengaja dibangun oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Anies adalah sebuah ironi, dia lahir dari Rahim reformasi, cucu dari seoarng pahlawan nasional yang bercita – cita membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan, dalam beberapa statemen yang dia sampaikan bahwa kepemimpinan itu hadir dalam rangka menghadirkan kembali amanat konstitusi, menghadirkan keadilan, ketertiban, persatuan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun sayangnya, ditengah niat mulya yang sudah dia hadirkan di Jakarta selama memimpin, kekuasaan rakus didukung oleh partai politik transaksional, kepemimpinan yang lahir dari Rahim rakyat dimanipulasi. Lembaga survey bayaran, intelektual tukang dan politisi rakus dan culas bahu membahu memberangusnya. Akibatnya Anies pemimpin yang dikehendaki rakyat, harus terjungkal dalam kriteria partai politik culas dan transaksional.
Akankah berakhir perjuangan Anies menghadirkan kembali amanah konstitusi ? Jawabnya bisa ya dan bisa tidak. Ini tergantung dari niat baik bangsa Indonesia. Semangat menghadirkan perubahan adalah sebuah keniscayaan dan tentu semangat ini akan selalu ada disetiap jiwa anak bangsa yang bercita – cita bangsanya menjadi bangsa yang hebat dan bermartabat. Disinilah saya meyakini akan ada titik temu antara harapan rakyat dan semangat perubahan yang dibawa Anies, sehingga semangat perubahan ini akan menemukan jalannya merebut kembali demokrasi yang mengalami pembusukan.
Anies saat ini adalah simbol sebagaimana tokoh tokoh dunia yang lain yang pernah menjadi simbol perubahan . dan kebanyakan mereka menemukan jalannya kembali merebut demokrasi dan kepemiminan yang mensejahterakan. Anies suka atau tidak suka adalah simbol perubahan dan simbol perlwanan terhadap politik dinasti dan anti reformasi. Dan saat ini adalah masa Anies dimana sejarah menuliskan dengan tinta emasnya bahwa Anies adalah tokoh dan simbol yang menjadi pelaku perubahan di Indonesia.
Dalam konteks perubahan politik dan tantangan demokrasi di Indonesia, setiap era memiliki pemimpinnya masing-masing, dan setiap pemimpin berperan dalam membentuk arah bangsa. Sepuluh tahun di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menunjukkan dinamika yang kompleks dalam sistem demokrasi kita—termasuk pengendalian informasi dan penurunan literasi politik, demokrasi mengalami pembusukan. Di tengah situasi ini, kemunculan Anies Baswedan sebagai calon pemimpin memberikan harapan baru untuk merawat dan memulihkan perubahan yang diperlukan.
Sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan telah menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan dan peningkatan literasi politik. Program-program yang diluncurkan selama masa kepemimpinannya di Jakarta, seperti reformasi sistem pendidikan dan penguatan peran media lokal, menunjukkan upaya untuk meningkatkan pemahaman politik masyarakat. Dalam konteks nasional, Anies diharapkan dapat melanjutkan dan memperluas upaya ini dengan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pendidikan politik yang lebih inklusif dan menyeluruh. Ini termasuk memperbaiki akses masyarakat terhadap informasi yang akurat dan memfasilitasi diskusi publik yang sehat.
Salah satu kritik terbesar terhadap kepemimpinan Jokowi adalah pengendalian ketat terhadap media dan informasi. Selama 10 tahun terakhir, terdapat pembatasan signifikan terhadap kebebasan pers dan pengelolaan informasi yang cenderung tidak transparan. Dalam menghadapi tantangan ini, Anies Baswedan diharapkan dapat mengedepankan prinsip keterbukaan dan transparansi. Dengan meningkatkan kebebasan pers dan memperkuat institusi media, Anies memiliki kesempatan untuk memulihkan kepercayaan publik dan memastikan bahwa informasi yang sampai ke masyarakat adalah akurat dan objektif.
Selama era Jokowi, penunjukan kandidat politik sering kali dipengaruhi oleh kompromi politik internal partai, bukan berdasarkan meritokrasi. Anies Baswedan harus memperjuangkan reformasi di dalam partai politiknya dan mendukung proses pencalonan yang lebih transparan dan adil. Dengan mengutamakan calon yang berbasis pada kompetensi dan rekam jejak yang solid, Anies dapat membantu mengurangi praktik kompromi yang merugikan dan memastikan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar memenuhi kriteria untuk memimpin dengan baik dan menjadi harapan rakyat.
Di bawah kepemimpinan Jokowi, partisipasi publik dalam politik mengalami penurunan, dengan banyak warga merasa terasing dari proses politik. Anies Baswedan memiliki peluang untuk mengatasi masalah ini dengan mendorong keterlibatan rakyat yang lebih aktif. Inisiatif untuk memperkuat sistem demokrasi lokal, meningkatkan aksesibilitas pada proses politik, dan mendukung forum-forum diskusi publik dapat membantu mengembalikan rasa percaya dan keterlibatan masyarakat dalam politik. Ini termasuk menciptakan platform di mana suara rakyat dapat didengar dan diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
Anies Baswedan dihadapkan pada tantangan untuk menawarkan alternatif kepemimpinan yang benar-benar mewakili kepentingan rakyat. Data dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menunjukkan bahwa calon independen dan alternatif sering kali menghadapi hambatan. Anies harus dapat memberikan dukungan bagi calon-calon yang potensial dan memastikan bahwa sistem politik terbuka untuk berbagai pilihan kepemimpinan yang mewakili kepentingan masyarakat luas, bukan hanya kepentingan segelintir elite politik.
Gerakan rakyat yang terdiri dari mahasiswa, buruh, professional dan pelajar yang terjadi pada tanggal 22 Agustus 2024 lalu dihampir seluruh kota kota di Indonesia, menunjukkan ada kemuakan terhadap praktek politik dinasti dan transaksional yang terjadi. Disinilah momentum tersingkirnya Anies dari proses politik menemukan jalannya. Anies akan punya kesempatan membangun basis – basis kesadaran dan perlawanan rakyat.
Sejarah pernah membuktikan bagaimana mereka yang diasingkan dengan cara – cara kotor dan jahat akan menemukan jalannya kembali memerdekakan bangsa dan rakyatnya. Anies ibarat bunga yang gugur dimusim semi, dia akan diterpa angin, kita tidak akan tahu, kemana angin itu akan membawa daun itu jatuh. Kalau dia jatuh ke tanah yang subur maka benih perubahan akan tersemaikan secara baik. Dan hamparan perubahan terbentang luas di jiwa jiwa merdeka anak bangsa.
Hal yang sama takdir itu tak bisa ditunggu, takdir itu harus dijemput, maka kehadiran Anies dengan semangat perubahan tak bisa hanya kita tunggu tapi harus kita jemput, kita rawat dan kita hidupkan bersama – sama. Lawan politik kotor dan jahat Jokowi, Lawan pratek culas partai politik yang transaksional. Hadirkan kembali parpol yang bersih parpol yang bisa melahirkan pemimpin yang bermartabat, pemimpin yang bersih, pemimpin yang bisa mensejahterakan rakyatnya.
“ Tidaklah mereka yang berjuang di jalan Allah itu mati, sekali kali tidak, mereka itu hidup, dan selamanya akan hidup, namun ada sebagaian yang tidak memahaminya “
Dan Kepada Mas Anies, percayalah kami yang bercita cita menghadirkan kembali kmerdekaan Indonesia dan amanah konstitusi UUD 1945 akan berada didalam jalur perjuanganmu, membebaskan Indonesia dari politik dinasti Jokowi dan oligarki dan siapapun yang akan meneruskannya.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Lumajang Punya Pemimpin Baru, Gus Adim: Tidak Usah Mengkotak-kotakan NU dan Muhammadiyah
Sadis, di lereng Gunung Kelud Kediri, seorang guru bersama isteri dan 2 anaknya dibantai. Apa motifnya??
Rusia mengatakan kapal perangnya tiba di Qingdao, Tiongkok
Kemendagri evaluasi kinerja Penjabat Walikota se-Indonesia, Moetaqqien Hasrimi Pj Walikota Tebingtinggi masuk top 5 penjabat walikota terbaik
Kumpulkan Stakeholder, Pendamping Desa Kab Malang Fasilitasi & Dukung Branding “Kopi Lereng Kawi”
Roadmap Indonesia Menuju Emisi Nol 2060: Tantangan dan Solusi untuk Meningkatkan Produksi Energi Bersih
KA Matarmaja Seruduk Mobil RSUD Gambiran Kediri
Harmonisasi Zakat dan Wakaf Menyelesaikan Persoalan Umat
dr. Raja Faisal Apresiasi Tanggung Jawab Kapolrestabes Semarang dan Evaluasi SOP Penggunaan Senjata Api
Mobil Tangki Milik PT Sean Bumi Indo Bermuatan Solar Subsidi Parkir di Polsek Ngasem, Ada Apa??
No Responses