', layer: '
PLTS TERAPUNG CIRATA
PLTS Terapung Cirata akan menjadi PLTS Terapung pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara yang ditargetkan untuk beroperasi secara komersial pada tahun 2023. Proyek ini merupakan realisasi komitmen PT PJBI untuk mendukung utilisasi energi baru dan terbarukan serta merupakan kerja sama antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab.
'} ];
JAKARTA – Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, sesuai komitmen dalam Perjanjian Paris. Pemerintah telah menyusun peta jalan (roadmap) transisi energi yang mencakup dekarbonisasi sektor energi, transportasi, industri, serta pengelolaan lahan dan kehutanan. Namun, realisasi target ini menghadapi sejumlah tantangan, termasuk lambatnya laju produksi energi bersih.
Roadmap Menuju Emisi Nol 2060
Peningkatan Energi Terbarukan
Target kapasitas energi terbarukan mencapai 23% dari total bauran energi pada 2025 dan terus meningkat hingga 85% pada 2060.
Fokus pada pengembangan sumber energi seperti:Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), Pembangkit listrik tenaga air (PLTA), Energi panas bumi (geothermal), Energi angin dan biomassa, Penghentian PLTU Batu Bara
Moratorium pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru sejak 2021, kecuali yang sudah dalam tahap konstruksi. Penonaktifan bertahap PLTU eksisting mulai 2030 hingga 2050.
Transportasi Rendah Emisi
Elektrifikasi sektor transportasi dengan target 2 juta kendaraan listrik roda empat dan 13 juta roda dua pada 2030.
Pembangunan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik di seluruh wilayah Indonesia.
Dekarbonisasi Industri
Penggunaan teknologi rendah karbon seperti Carbon Capture and Storage (CCS) di industri berat. Pengalihan dari bahan bakar fosil ke hidrogen hijau dan biomassa.
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pengendalian deforestasi dan peningkatan reforestasi untuk memperkuat kapasitas penyerapan karbon alami.
Tantangan Utama
Laju Produksi Energi Bersih yang Lambat
Saat ini, kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional baru sekitar 14% (2023), jauh dari target 23% pada 2025.
Keterbatasan investasi dan pengembangan infrastruktur memperlambat pengembangan energi terbarukan.
Ketergantungan pada Batu Bara
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batu bara terbesar dunia, dengan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Ini membuat transisi energi menghadapi resistensi dari sektor tertentu.
Keterbatasan Teknologi dan Infrastruktur
Biaya teknologi energi terbarukan masih tinggi, seperti PLTS dan PLTA. Kurangnya infrastruktur pendukung seperti jaringan transmisi untuk energi terbarukan.
Permintaan Energi yang Terus Tumbuh
Sebagai negara berkembang, kebutuhan energi Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi, menambah tekanan pada sistem energi nasional.
Kendala Regulasi dan Pendanaan
Kebijakan terkait transisi energi belum sepenuhnya terintegrasi. Pendanaan untuk proyek energi bersih masih terbatas, dengan ketergantungan pada dana internasional.
Alternatif Solusi untuk Percepatan Transisi Energi
Diversifikasi Energi Terbarukan
Mempercepat pengembangan proyek skala besar seperti PLTS terapung (floating solar), PLTA berbasis bendungan baru, dan energi angin di kawasan pesisir.
Mendorong pemanfaatan hidrogen hijau sebagai sumber energi masa depan, terutama untuk sektor industri dan transportasi.
Insentif dan Pendanaan
Menyediakan insentif fiskal seperti pembebasan pajak dan subsidi untuk pengembangan energi terbarukan. Mengakses pendanaan global, termasuk Green Climate Fund dan investasi dari lembaga keuangan internasional, untuk mempercepat proyek energi hijau.
Elektrifikasi Sektor Rumah Tangga dan Industri
Meningkatkan akses energi terbarukan bagi masyarakat, khususnya di wilayah terpencil, melalui pembangunan microgrid berbasis energi terbarukan.
Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil di industri melalui skema insentif konversi ke energi bersih.
Inovasi Teknologi
Mengembangkan dan mengadopsi teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik dan industri berbasis fosil.
Meningkatkan efisiensi energi melalui smart grid dan digitalisasi sistem energi.
Kolaborasi Internasional
Bermitra dengan negara maju untuk transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja. Menjalin kerjasama regional untuk pengembangan energi terbarukan, seperti pembangunan jaringan energi lintas negara di ASEAN.
Reformasi Kebijakan
Penyederhanaan regulasi untuk mempercepat izin proyek energi terbarukan. Menerapkan kebijakan harga karbon yang lebih kuat, seperti pajak karbon dan pasar karbon domestik.
Kesimpulan
Target Indonesia untuk mencapai emisi nol pada 2060 adalah langkah yang ambisius namun realistis jika didukung dengan strategi yang tepat. Meskipun saat ini produksi energi bersih masih berjalan lambat, berbagai solusi seperti peningkatan investasi, inovasi teknologi, dan insentif kebijakan dapat mempercepat transisi energi.
Percepatan pengembangan energi terbarukan, pengurangan ketergantungan pada batu bara, dan penguatan kerjasama internasional menjadi kunci utama untuk mewujudkan roadmap ini. Dengan komitmen yang kuat dan implementasi yang terarah, Indonesia dapat menjadi model transisi energi berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Baru Kali Ini….
Joget Gemoy Dalam Irama Gendang Oposisi (bagian 3)
Milad Madrasah Diniyah Al Hidayah Ngrambe-Ngawi
Pesan Pak Mudrick Sangidu – Demo Bambu Runcing
Negara Dharurat Oligarki
Joget Gemoy Dalam Irama Gendang Oposisi (bagian 2)
Iqbal Shoffan Shofwan, Kader Muhammadiyah dan Kontribusi Untuk Bangsa
Pagar laut adalah skandal ribuan trilyun. Ini uji nyali 100 hari Presiden Prabowo
Tokoh Mega Bintang Mudrick SM Sangidu Wafat Hari Ini
Kedaulatan Itu Bukan Sekadar Garis
No Responses