Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Cukup banyak dari kaum muslim yang juga ikut mendengarkan cerita nabi Muhammad yang dianggapnya tidak masuk akal tersebut kemudian berbalik mengingkari nabi Muhammad dan menjadi murtad. Namun bagi yang mempunyai keimanan yang teguh, cerita nabi Muhammad tersebut diterima dengan penuh keimanan. Peristiwa tersebut diterima kaum mukmin yang teguh sebagai mukjizat nabi Muhammad seperti halnya nabi Muhammad menerima mukjizat wahyu wahyu Al – Qur’an yang melalui proses ghaib pula, serta mukjizat lainnya yang pernah diperlihatkan oleh nabi Muhammad.
Tidak lama kemudian datang kabilah yang diceritakan nabi Muhammad. Kabilah tersebut bercerita bahwa mereka lari kocar kacir karena mendengar suara hewan yang cukup keras seperti angin ribut. Ada pula kabilah yang bercerita yang terheran heran dengan air di bejana mereka yang habis, padahal dalam keadaan masih seperti ketika mereka letakkan sebelumnya dan dalam keadaan tertutup. Semuanya cocok dengan yang diceritakan Nabi Muhammad. Namun bagi yang tidak beriman, hal itu tidak menjadi perhatian.
Ibnu Ishaq berkisah nabi Muhammad pernah berkata dalam suatu kesempatan : “ Mataku tidur, namun hatiku tidaklah tidur “. Perkataan ini menggambarkan bahwa hati atau ruh nabi Muhammad setiap saat selalu terhubung dengan Allah, meskipun raganya dalam keadaan tidur. Namun firman Rasulullah tersebut bukan berarti menggambarkan setiap saat nabi Muhammad melakukan mikraj, karena peristiwa mikraj secara spesifik adalah merupakan rangkaian peristiwa isra’ mikraj. Namun sabda Nabi Muhammad tersebut bisa menjadi rujukan bagi tafsir mikraj sebagai suatu perjalanan ruhaniyah yang rumit.
Oleh karena itu, peristiwa Isra’ Mikraj menjadi peristiwa misterius yang hanya bisa diterima oleh orang orang yang beriman, yang tidak meragukan sama sekali sifat Maha Kuasa Allah SWT, yang menciptakan segala sesuatu, menciptakan semua mahluk dan alam semesta serta akhirat. Peristiwa ini bagi keimanan merupakan sebagian dari iman, yaitu iman pada yang bersifat gaib. Manusia hanya sedikit mengetahui tentang sesuatu yang disebut gaib. Atas murtadnya beberapa pengikut nabi Muhammad, kemudian turun wahyu sebagaimana Qs al – Isra’ 60.

indicropcircles.files.wordpress.com Bongkahan batu batu besar terletak di bawah kubah masjid dome of rock atau masjid kubah batu atau masjid As-Shakrah di komplek masjidil Aqsha atau haram Asy-Syarif. Dari atas bongkahan batu tersebut diyakini nabi Muhammad melakukan perjalanan mikraj hingga langit ke tujuh dan menghadap Allah di Arsy. Bongkahan batu tersebut adalah reruntuhan bangunan di atas platform Haekal Sulaiman (masjidil Aqsha) yang dihancurkan Titus. Saat nabi Muhammad melakukan mikraj, hanya ada reruntuhan tersebut karena belum ada bangunan dome of rock.
19. Tahun kesedihan, meniggalnya Abu Thalib dan Khadijah.
Ibnu Ishaq berkisah, pada tahun kesembilan masa Rasul SAW berdakwah, tidak lama setelah peristiwa Isra’ Mikraj, istri nabi Muhammad, Khadijah mengalami sakit keras. Nabi Muhammad telah mengarungi biduk rumah tangga selama dua puluh lima tahun bersama Khadijah. Ketika nabi diangkat menjadi rasul, tidak lagi ada waktu untuk aktif melakukan perdagangan, Khadijah membelanjakan hampir semua hartanya untuk membantu aktifitas dakwah suaminya. Saat sakit keras tersebut umur Khadijah telah mencapai 65 tahun. Khadijah bagi nabi Muhammad bukan hanya bernilai sebagai istri dan ibu anak anaknya termasuk Ali dan Zaid, namun juga sebagai tempat menampung keluh kesah nabi Muhammad, tempat menguatkan semangat, penyokong yang kuat dalam berbagai kesulitan, juga menjadi penasihat yang menenangkan.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-199)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-200)
Tidak lama kemudian, Khadijah meninggal yang tentunya membuat seisi rumah dilanda kesedihan dan bahkan para sahabat nabi juga merasakan kesedihan nabi Muhammad dan keluarganya. Namun Nabi Muhammad menjadi terhibur hatinya dan kegembiraannya tersebut disampaikan kepada anak anaknya, bahwa dirinya baru saja di datangi oleh Malaikat Jibril yang mengabarkan bahwa Allah telah menyiapkan tempat tinggal bagi Khadijah di Surga. Ada tempat yang istimewa bagi istri dan ibu anak anaknya, yang hal itu menunjukkan Khadijah adalah wanita yang dimuliakan oleh Allah. Kesedihan itupun segera mendapatkan obat penawar gundah.
Namun tidak lama kemudian datang kesedihan yang tak kalah besarnya ketika Abu Thalib sakit keras. Mendengar kabar itu, para tokoh Qurays datang menjenguknya. Mereka antara lain adalah Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahl bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf dan Abu Sufyan. Mereka berkata pada Abu Thalib, agar mengundang keponakannya itu untuk mendengarkan permintaan mereka dihadapan Abu Thalib. Ketika nabi Muhammad datang, mereka berkata pada nabi Muhammad agar membiarkan mereka pada agamanya dan mereka membiarkan agama Muhammad. Mereka minta Muhammad menahan diri dan mereka menahan diri pula. Kemudian Abu Thalib berkata pada keponakannya bagaimana tawarannya terhadap permintaan para tokoh kaumnya tersebut.
Nabi Muhammad berkata pada pamannya bahwa dirinya hanya minta satu kalimat yang bila mereka memberikannya maka mereka akan menguasai orang orang arab dan orang orang non arab akan tunduk pada mereka. Abu Jahl menyahut, jangankan satu kalimat, sepuluh kalimatpun boleh. Nabi Muhammad kemudian minta agar mereka mengucapkan “ Katakanlah La Ilaaha illa Allah dan tinggalkan apa saja yang kalian sembah “. Mendengar permintaan itu mereka kemudian berpamitan pulang. Abu Thalib kemudian berkata : “ Demi Allah, wahai ponakanku, permintaanmu itu sebenarnya sangatlah ringan “. Mendengar ucapan pamannya itu, nabi Muhammad bergembira dan berharap pamannya masuk Islam. Nabi Muhammad kemudian berkata : “ Wahai pamanda, ucapkanlah satu kalimat, maka dengan kalimat tersebut engkau akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.
Abu Thalib yang melihat keseriusan permintaan keponakannya itu kemudian menjawab : “ Wahai keponakanku, kalaulah bukan karena aku khawatir mendapatkan kecaman terhadapmu dari anak anak kakekmu sepeninggalku dan kalaulah tidak khawatir orang orang Qurays menuduh dengan mengatakan karena aku takut mati, pastilah aku mengucapkannya. Aku juga tidak mau mengucapkannya hanya untuk menyenangkanmu “. Nabi Muhammad sangat sedih mendengar jawaban pamannya tersebut.
Usai peristiwa pertemuan ini, tidak lama kemudian turun wahyu kepada nabi Muhammad sebagaimana Qs Shaad 1 – 7. Ayat ayat ini menjelaskan bahwa orang orang kafir itu selalu dalam kesombongan dan menujukkan permusuhan yang sengit, padahal sebelumnya sudah banyak yang Allah binasakan kemudian mereka minta pertolongan. Ketika datang pada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, mereka menyebutnya ahli sihir yang banyak dusta, meng-Esa-kan Allah disebutnya sebagai dusta dan diada adakan.
Akhirnya, Abu Thalib menunjukkan tanda tanda kematiannya. Mulutnya bergerak menunjukkan berbicara namun tidak terdengar suaranya. Al-Abas segera menundukkan kepalanya mendekatkan telinganya pada mulut Abu Thalib. Bagi suku suku Makkah, permintaan orang yang akan meninggal adalah hukum yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu Al-Abas mendekatkan telinganya ke mulut Abu Thalib yang mungkin akan mengatakan sesuatu. Ketika mulut telah berhenti bergerak, Al-Abas kemudian berbicara kepada Rasulullah SAW : “ Wahai keponakanku, demi Allah, sungguh saudaraku telah mengucapkan kalimat tersebut”. Namun Rasulullah menjawab “ Aku tidak mendengar “. Abu Thalib bin Abdul Muthalib kemudian di kuburkan di kompleks pekuburan Ma’la Makkah.
(bersambung ………………)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-245)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-244)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-243)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-242)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-241)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-240)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-239)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-238)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-237)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-236)
No Responses
You must log in to post a comment.