Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Ketika peristiwa tersebut dilaporkan kepada nabi Muhammad, kemudian dikirim sekitar tiga ratus pasukan berkuda menyusul seratus orang pasukan sebelumnya. Setiap saat jalan disekitar benteng bani Quraidzah dilakukan patroli dengan mengumandangkan takbir. Patroli dibagi selama dua puluh empat jam sehingga yang nampak dari benteng sepertinya jumlah pasukan muslim di tempat tersebut sangat banyak. Rencana Huyay untuk memanfaatkan benteng Quraidzah gagal, sedang pasukan sekutu tidak mampu menembus parit.
Setiap saat mencoba menyeberangi selalu gagal. Beberapa pasukan Qurays telah terluka karena kena panah. Kaum muslim yang terluka karena panah adalah Sa’d ibn Muadz. Peperangan tinggal mengandalkan ketahanan fisik dalam musim dingin yang semakin menyengat sedang pasukan sekutu kaum Qurays harus memperhitungkan perbekalan makanan untuk mereka dan binatang binatang mereka. Kedua belah pihak sama-sama sedang diuji ketahanan mental perangnya.
Ibnu Ishaq berkisah, pada saat yang sulit dan buntu tersebut, tiba tiba, pada suatu malam datang menghadap Rasulullah SAW, orang dari suku Asyja’ yang merupakan bagian dari suku Ghatafan, yaitu Nu’aim bin Mas’ud bin Amir yang dahulu pernah mencoba menyebarkan informasi menakuti nakuti kaum muslim di Madinah untuk mendapatkan dua puluh unta dari kaum qurays Mekkah. Nu’aim dalam perang Khandaq ini berada dalam pasukan suku Ghatafan dan dapat mencari jalan untuk dapat bertemu Rasulullah. Ketika bertemu Rasulullah dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah masuk Islam sementara kaumku belum ada yang mengetahui keIslamanku. Oleh karena itu, aku siap dengan tugas darimu“. Rasulullah kemudian berkata: “ Sesusungguhnya engkau salah seorang dari kami. Karena itulah, kacaukanlah persatuan mereka apabila engkau mampu, karena perang adalah tipu daya “.
Ketika meninggalkan tempat Rasulullah SAW, Nu’aim langsung pergi ke benteng Quraydzah. Saat itu kaum yahudi yang melihat perkembangan perang tidak menentu membuat mereka sangat khawatir jika akhirnya kaum muslim memenangkan perangnya. Nu’aim mempunyai banyak kawan di bani Quraidzah. Oleh karena itu kedatangannya disambut dengan hangat, sehingga banyak disuguhkan makanan dan minuman. Namun Nu’aim mengatakan kedatangannya kali ini bukan untuk hal itu.
Kemudian Nu’aim mengatakan bahwa jika suku Qurays dan Ghatafan gagal dalam perangnya ini, mereka akan meninggalkan suku Quraydzah dalam kekuasaan kaum muslim. Oleh karena itu, dia menyarankan jika mereka datang untuk meminta dukungan, agar bani Quraidzah meminta tokoh masing-masing seorang dari Qurays dan Ghatafan untuk diserahkan kepada bani Quraydzah sebagai jaminan dan sandera. Tujuan dari jaminan berupa sandera itu agar mereka tidak mengundurkan diri dalam perang ini dan meninggalkan bani Quraidzah sendirian. Tentu saran yang masuk akal dari Nu’aim tersebut langsung mereka terima.
Setelah itu, Nu’aim menemui Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Qurays. Nu’aim berkata dengan menyatakan bahwa dirinya mempunyai informasi rahasia, yang oleh karena itu agar informasi tersebut agar kerahasiaannya jangan sampai bocor karena akan membahayakan jiwanya dan pertemanannya dengan kaum Yahudi. Informasinya adalah kaum Yahudi berkirim pesan kepada Muhammad bahwa mereka menyesali perbuatan mereka yang menyakiti Muhammad dan kaum muslim. Oleh karena itu mereka akan mengirim masing-masing seorang tokoh dari Qurays dan Ghatafan kepada Muhammad, dan setelah itu mereka akan bergabung dengan pasukan kaum muslim. Permohonan tersebut telah disetujui oleh Muhammad. Oleh karena itu, jika kaum Yahudi minta sandera, jangan diberikan. Setelah itu dia pulang kepada kaumnya yaitu suku Ghatafan, dan menggatakan hal yang sama dengan
yang dikatakannya pada kaum qurays.
Keesokannya, tokoh Qurays dan Ghatafan bertemu. Mereka sepakat menguji informasi dari Nu’aim dan mengutus Ikrimah untuk bertemu dengan bani Quraidzah untuk menyampaikan pesan bahwa besok agar bani Quraidzah siap berperang bersama-sama menyingkirkan Muhammad. Malam harinya Ikrimah pergi ke benteng bani Quraidzah untuk menyampaikan pesan tersebut.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-235)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-236)
Ketika Ikrimah mengajak mereka mendukung perang, hal itu dipandang oleh bani quraidzah sebagai kebenaran informasi dari Nu’aim. Oleh karena itu, Ikrimah diberikan jawaban persis seperti yang disampaikan oleh Nu’aim, bahwa mereka minta sandera masing-masing seorang tokoh dari kaum Qurays dan Ghatafan, sebagai jaminan mereka tidak pergi meninggalkan peperangan karena bani Quraidzah berada di wilayah musuh.
Ketika Ikrimah tidak memberikan kesanggupannya untuk memberikan sandera untuk jaminan, maka bani Quraidzah menganggap pasukan sekutu Qurays tidak akan bertanggung jawab terhadap mereka dan akan pergi meninggalkan mereka sendirian dalam kekuasaan Muhammad. Hal itu membuat bani Quraydzah menjadi gelisah memikirkan keadaan selanjutnya.
Ikrimah kemudian melaporkan permintaan bani Quraydzah yang ternyata persis seperti yang disampaikan oleh Nu’aim. Abu Sufyan kemudian dengan nada marah menemui Huyay dan menganggapnya telah berkhianat. Huyay tentu membantahnya, namun Abu Sufyan dan para tokoh Ghatafan sudah tidak mempercayainya. Dengan demikian, Nu’aim telah berhasil memisahkan kaum Yahudi Quraidzah dari sekutu Qurays. Bahaya dari bani quraidzah telah berlalu.
Pasukan sekutu Qurays tidak mempunyai harapan lagi untuk menerobos parit, dan tidak ada lagi pintu yang dapat dimanfaatkan untuk menerobos. Sedang situasi cuaca dingin semakin menusuk tulang dan kondisi lapangan tidak mendukung mereka. Suku ghatafan tidak lagi mempunyai harapan untuk mendapakan rampasan perang. Pasukan sekutu sedang goyah.
Pada hari berikutnya, tiba-tiba angin topan berhembus keras dari arah timur disertai hujan lebat menyapu wilayah yang luas menerpa area perkemahan kaum muslim maupun suku Qurays dan suku Ghatafan. Akibat hembusan angin tersebut, tidak ada perkemahan pasukan sekutu Qurays yang berdiri lagi, semuanya roboh. Sedang angin dari timur yang membawa udara sangat dingin tersebut tidak sampai merobohkan perkemahan kaum muslim.
Nabi Muhammad kemudian berkata: “siapa yang dapat berangkat untuk melihat keadaan musuh lalu kembali kemari, lalu kumohonkan kepada Allah agar ia menjadi sahabatku di surga“. Tidak ada seorangpun yang menaggapi permintaan nabi Muhammad. Kesulitan pada saat itu dikisahkan oleh perkataan Hudzaifah yaitu: “Kami begitu ketakutan, begitu kedinginan dan kelaparan sehingga tak seorangpun diantara kami yang dapat berdiri tegak“. Ibnu Ishaq mengkisahkan, “tiba-tiba nabi Muhammad memanggil Hudzaifah bin Al-Yaman (Hudzaifah dari Yaman). Hudzaifah kemudian berdiri dengan susah payah menemui nabi Muhammad yang kemudian nabi memerintahkannya untuk menyusup ke wilayah musuh melihat situasi di perkemahan musuh “.
Hudzaifah mendadak dapat berjalan dengan baik meskipun terasa agak berat padahal sebelumnya semua sendi-sendinya terasa telah keras kaku membeku. Akhirnya dia sampai di perkemahan kaum Qurays, dilihatnya semua kemah telah roboh. Dia melewati banyak orang Qurays yang menelungkup dengan membungkuskan badannya dengan selimutnya tidak bisa menggerakkan badannya sehingga tidak mengetahui jika ada orang yang melangkahinya. Hudzaifah meskipun dapat berjalan dengan sangat berat akhirnya mendekati para pemimpin Qurays yang duduk berlutut sambil membungkus badannya dengan selimut sehingga tidak bisa bergerak. Badan mereka semua kaku.
(bersambung …………..)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-269)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-268)
No Responses
You must log in to post a comment.