
', layer: '
NAJIB SUJUD COVER
Cover Novel \"Bersujud di Atas Bara\" karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
'} ];
Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-29
Pengadilan Negeri Denpasar pagi itu tidak seperti biasanya. Puluhan mobil parkir di sepanjang jalan di luar gedung Pengadilan, karena tempat parkir di dalam tidak boleh dipakai. Puluhan polisi lalu-lalang di sepanjang jalan. Penjagaan ketat terasa sejak memasuki gerbang gedung itu. Semua tas yang dibawa harus dibuka di depan polisi yang bertugas. Dua mobil panser nongkrong di halaman pengadilan. Sejumlah polisi dengan senjata laras panjang mengawasi setiap orang yang lewat dengan
siaga penuh. Hanya orang tertentu yang boleh masuk ke ruang pengadilan. Yang lainnya harus mengikuti jalannya pengadilan dari luar lewat pengeras suara. Para pengunjung yang diijinkan masuk harus melalui metal detector.
Sebuah mobil tahanan berbentuk boks yang berjendela jeruji di bagian samping dan belakangnya masuk ke halaman, dikawal oleh sebuah mobil kijang bak terbuka. Di bagian belakang kijang itu duduk delapan orang polisi saling membelakangi dengan senjata laras panjang di tangan. Setelah mobil berhenti, polisi-polisi itu melompat dengan sigap menyongsong mobil di depannya. Suara sang komandan terdengar memberikan aba-aba, dua orang kemudian maju membuka kunci pintu mobil tahanan, sementara yang lainnya tetap sigap dengan sikap sempurna. Dua orang polisi yang lainnya menyongsong seseorang yang berada di dalam mobil itu. Seseorang berperawakan sedang, berkulit bersih, dan berambut lurus berjalan tenang diapit polisi. Ia tersenyum melihat banyak kamera yang diarahkan pada dirinya. Ia memasuki ruangan tempat Hakim, Jaksa, dan Pembela sudah menunggu. Setelah duduk di kursi yang telah disediakan, dua orang polisi yang mengawalnya kembali ke luar ruang sidang.
Terdakwa kemudian dipersilakan duduk di kursi yang berada di tengah-tengah ruangan, tepat di depan Hakim. Sebelum duduk, Imam tiba-tiba memutar tubuhnya ke arah pengunjung dan para wartawan. “Allahu Akbar…! Allahu Akbar…!”, teriaknya dengan suara keras sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas. Puluhan kamera diarahkan ke wajahnya diikuti dengan lampu-lampu blitz kamera para wartawan yang menyilaukan pandangan. Dengan senyum puas, kemudian Ia duduk di kursi terdakwa menghadap pada Hakim di depannya.
Hakim kemudian mengecek identitas terdakwa dan menanyakan kondisi kesehatannya untuk mengikuti sidang. Imam Segoro menjawab tenang, kondisi kesehatannya baik untuk mengikuti persidangan. Bagi Imam proses pengadilan kali ini adalah pengadilan yang kesekian kalinya. Ia yang dituntut hukuman mati oleh Jaksa, harus mendengarkan saksi-saksi yang diajukan, baik saksi yang meringankan maupun saksi yang memberatkan.Hakim memanggil saksi pertama masuk ke ruang sidang. Seorang pemuda dengan kulit putih bersih, rambut hitam
ikal dikawal petugas memasuki ruang sidang kemudian diantar ke kursi saksi. Wajahnya tenang, selalu merunduk menghindari sorotan kamera.

Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
“Alhamdulillah, Anakku ternyata masih sehat”, seru Bu Bisri bergumam sambil menoleh ke arah sang menantu yang duduk gelisah di sebelah Kirinya.
“Kasihan, badannya lebih kurus”, lanjutnya dengan nada haru sambil mengeratkan pelukannya pada sang menantu yang hari itu mengenak pakaian dan kerudung hitam.
“Ternyata kuku dan giginya masih utuh”, katanya lagi.
Sang Ayah yang duduk di sebelah Kanannya menyenggol pelan dengan menggunakan siku Kirinya, mengingatkan agar sang Istri tenang
“Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum”, kata Hakim yang duduk di tengah, kemudian mengetukka palu sebanyak satu kali. Setelah menyampaikan beberapa pertanyaan yang dijawab dengan tegas oleh Mujahid yang berstatus sebagai saksi, Ia mempersilahkan Jaksa Penuntut untuk mengutarakan pertanyaan-pertanyaannya.
“Saudara kenal dengan terdakwa?”, tanya Jaksa memulai.
“Kenal”, kata Mujahid singkat.
“Dimana Saudara pertama kali mengenalnya?”
“Di rumah Saya”.
“Dengan siapa Ia datang?”
“Sendiri”.
“Kenapa Saudara begitu mudah akrab?”
“Karena Ia mengaku teman sahabat Saya”.
“Apakah yang bersangkutan menceritakan maksud kedatangannya ke Bali?”
“Katanya untuk rekreasi”.
“Apakah yang bersangkutan menyinggung rencana lain atau merundingkan sesuatu?”
“Tidak! Tidak sama sekali”.
Sidang berjalan lancar. Tidak ada perdebatan yang berarti antara Jaksa Penuntut dan tim Pembela terdakwa. Setelah proses mendengarkan saksi dianggap selesai, dengan mengetukkan palu Hakim menutup sidang siang itu.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-27): Menjenguk Suami
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-28): Pengakuan Imam Segoro
Imam yang dituntut hukuman mati tidak sedikit pun menampakkan wajah sedih atau jera. Bahkan saat Jaksa menuntutnya dengan hukuman mati dalam sidang sebelumnya, Ia mengacungkan kedua jempolnya kepada sang Jaksa, sambil menyunggingkan senyum lebar. Wajahnya ceria. Sedikit pun tidak tampak rasa penyesalan. Bahkan seperti ada kelegaan di wajahnya, karena Ia sudah menunaikan tugas sucinya. Ia kemudian memutar kursi yang didudukinya ke arah pengunjung yang selama persidangan hanya melihat punggungnya. Di sana hadir
puluhan wartawan dalam dan luar negri lengkap dengan kamera dan alat perekamnya. Sambil mengepalkan tangan Kanannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia berteriak,“Allahu Akbar…! Allahu Akbar…! Allahu Akbar…!”.
Dua orang polisi berseragam lengkap mengapitnya dan membawanya ke luar ruang sidang, la diantar kembali memasuki mobil tahanan.
“Bagaimana komentar Anda tentang hukuman mati yang dituntut Jaksa?”, tanya seorang wartawan yang berusaha mengejarnya.
“Sekarang pun Saya siap menjalaninya”, jawab Imam dari atas mobil yang mulai bergerak.
“Apakah hukuman itu cukup fair?”, kejar wartawan.
“Hehehe… Anda pura-pura tidak tahu. Pengadilan di Indonesia, mana ada sih yang fair? Apalagi kasus sebesar yang Saya hadapi. Amerika, Australia, dan negara-negara sekutunya pasti bermain di belakang”.
Dengan tersenyum sinis Imam melambaikan tangannya bersamaan dengan mobil yang bergerak makin kencang meninggalkan para wartawan.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Peran Ulama dan MUI
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-55): Punya Anak Dokter
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-54): Amil Jadi Insinyur
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-53): Berdakwah Di Penjara
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-52): Dunia Filsafat
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-51): Belajar Dari Buku
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-50): Menjadi Guru Ngaji
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-49): Hukuman Mati Untuk Imam
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-48): Bom Bali Dua
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-47): Testimoni
No Responses
You must log in to post a comment.