
', layer: '
NAJIB SUJUD COVER
Cover Novel \"Bersujud di Atas Bara\" karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
'} ];
Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-30
Badan Intelijen Amerika, CIA, melaporkan bahwa Ustaz Za’far merupakan tokoh spiritual di balik peristiwa Bom Bali. Laporan ini dibuat berdasarkan pengakuan Hanafi yang ditangkap di Thailand karena melakukan beberapa kegiatan teror di beberapa negara di Asia Tenggara. Hanafi adalah orang Indonesia yang pernah berjuang di Afghanistan yang ditahan oleh Pemerintah Amerika. Ia beristrikan wanita Malaysia. Sejak meninggalkan Tanah Air, Ia tidak pernah kembali ke Indonesia.
Sementara itu seorang petinggi negara tetanggamenuduh Ustaz Za’far teroris di Asia Tenggara yang memiliki hubungan dengan Al-Qaidah. Sebelum munculnya tuduhan ini, MI sama sekali tidak pernah dikenal di kalangan umat Islam Indonesia. Karena itu, tokoh-tokoh Islam banyak yang meragukan kebenaran tuduhan itu. Sampai-sampai Majelis Ulama Indonesia membentuk Tim Independen untuk melakukan penyelidikan atas Bom Bali. Kesimpulan tim ini, mustahil anak-anak muda sekelas Imam Segoro bisa membuat bom sedahsyat yang meledak di Bali itu. Muncul kontroversi dan polemik selama berhari-hari di media massa antara Pemerintah Indonesia, Amerika, Australia serta Singapura di satu sisi dan sikap tokoh-tokoh dan mayoritas umat Islam di sisi lain.
Sementara itu, Ustaz Za’far sedang berbaring lemah di salah satu kamar Rumah Sakit Hizbul Wathan (RS HW), Solo. Santri-santrinya dan sejumlah pemuda Islam setempat mengambil inisiatif untuk menjaganya, sejak berkembang isu bahwa sang Ustaz akan ditangkap. Anak-anak muda ini mengerahkan massanya yang berjumlah ratusan orang. Bahkan sebagian dari mereka mempersenjatai diri dengan potongan besi dan kayu. Dengan berpegang pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Antiterorisme, Pemerintah merasa dibenarkan untuk menangkap Ustaz Za’far. Sementara di mata anak-anak muda yang menjaganya, apa yang akan dilakukan pemerintah lebih karena tekanan negara-negara tertentu.
Ratusan polisi yang dilengkapi dengan peralatan tameng dan pentungan di tangan, mobil water canon, gas air mata, dan senjata laras panjang mengepung RS HW. Untuk menghindari bentrokan fisik, Ustaz Za’far meminta dua orang ustaz muda asistennya untuk bernegosiasi dengan komandan polisi. Mereka berdua bergerak cepat menemui komandan yang berada dalam mobil dinasnya di belakang barisan polisi yang siap menjalankan perintah. Sang komandan yang didampingi satu orang ajudannya lalu menerobos barisan polisi yang sudah berhadaphadapan dengan para santri dan pemuda Islam. Mereka berempat lalu masuk ke kamar RS HW dimana sang Ustaz berbaring.

Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
“Assalamu’alaikum”, kata sang komandan saat memasuki kamar.
“Wa’alaikum salam”, jawab Ustaz Za’far dengan suara lemah.
“Maafkan saya, Ustaz! Saya hanya menjalankan tugas”, kata sang komandan sambil memegang tangan Ustaz Za’far penuh hormat.
“Saya paham. Saya hanya mengharapkan jangan sampai jatuh korban. Hindarilah cara kekerasan”, jawab sang Ustaz.
“Saya akan berusaha semampu saya”, timpal sang komandan sambil mengeluarkan telepon genggamnya.
Ia lalu keluar ruangan. Sang komandan menelepon seseorang dari luar kamar dan menjauh dari kerumunan.
“Sampaikan kepada beliau, Saya akan datang sendiri ke Jakarta. Karena itu, mintalah agar pasukan segera ditarik”, kata sang Ustaz kepada kedua asistennya.
Dua orang ini bergegas mendekati sang komandan, lalu menyampaikan
pesan sang Ustaz. Sang Komandan tidak merespon pesan yang diterimanya itu. Ia lalu bergerak menjauhi RS HW kembali ke posisi semula di belakang bariaan anak buahnya. Tiba-tiba terdengar komando. “Majuuu…!”.
Barisan polisi itu bergerak maju serempak merangsek mendekati RS HW. Para santri dan pemuda yang ada di depan rumah sakit mempererat gandengan tangan mereka satu sama lain sehingga membentuk pagar betis yang kokoh. Teriakan “Allahu Akbar” terdengar bersahutsahutan memberi semangat. Barisan polisi terus memaksa maju sementara para santri dan pemuda berusaha bertahan sekuat tenaga. Dorong-mendorong di antara keduanya tak terhindarkan.
Sang komandan lalu memberikan perintah baru, diikuti dengan semprotan air ke arah barisan pemuda dan santri dari kanon-kanon yang berada di belakang barisan polisi. Para santri dan pemuda yang tadinya tampak kokoh terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang, tapi pegangan tangan mereka tetap bertahan. Barisan polisi maju tiga langkah ke depan, tapi tetap tidak bisa memutus rantai manusia di hadapannya.
Perintah baru dikeluarkan sang komandan. Tiba-tiba muncul ledakan-ledakan di tengah-tengah barisan santri dan pemuda disertai munculnya asap yang menimbulkan rasa perih di mata mereka. Rantai manusia tidak bisa bertahan lagi. Mereka berhamburan ke segala penjuru.
Semprotan air muncul kembali membuka jalan bagi barisan polisi. Lalu mereka maju dengan leluasa. Tibatiba batu-batu sebesar kepalan tangan dan benda-benda tumpul beterbangan menghujani para polisi. Mereka terkejut, beberapa memegang punggung dan kepalanya yang meneteskan darah segar.
Tanpa menunggu komando lagi, beberapa orang polisi lalu melepaskan tembakan dari senjata laras panjang yang dipegangnya. Sementara yang membawa pentungan mengayun-ayunkannya sambil mengejar siapa saja yang tampak di hadapannya. Jerit kesakitan terdengar berbaur dengan teriakan-teriakan takbir.
Beberapa pemuda roboh bersimbah darah. Secepat kilat mereka ditarik atau dipanggul oleh teman-temannya menjauhi arena huru-hara. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Sementara di bagian lain, beberapa orang polisi terus mendekati pintu di mana Ustaz Za’far berada. Sang komandan lalu memerintahkan empat orang anak buahnya untuk membawa sang Ustaz yang tetap berbaring lemah.
Dua orang ustaz yang berada di dalam kamar berusaha menghalangi, tetapi Ustaz Za’far melarangnya. “Biarkan mereka membawa Saya. Insya Allah, Zat Yang Mahatinggi akan melindungi”, katanya dengan suara tenang berwibawa. Anak perempuan sang Ustaz dan istrinya hanya meneteskan air mata sambil berangkulan menyaksikan orang yang dicintainya dibawa pergi dengan paksa.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-28): Pengakuan Imam Segoro
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-29): Menjadi Saksi
Dengan tandu rumah sakit, Ustaz Za’far dimasukkan ke mobil ambulans yang dikawal empat orang polisi. Ambulans ini bergerak cepat meninggalkan RS HW dari pintu belakang mengikuti mobil jip sang komandan yang bergerak cepat. Di belakangnya ikut pula mobil pengawal dengan sejumlah polisi yang menggenggam senjata laras panjang. Iring-iringan ini bergerak ke Bandara Adi Sumarno. Dengan pesawat Garuda Ustaz Za’far lalu dibawa ke Jakarta malam itu juga.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Peran Ulama dan MUI
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-55): Punya Anak Dokter
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-54): Amil Jadi Insinyur
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-53): Berdakwah Di Penjara
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-52): Dunia Filsafat
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-51): Belajar Dari Buku
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-50): Menjadi Guru Ngaji
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-49): Hukuman Mati Untuk Imam
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-48): Bom Bali Dua
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-47): Testimoni
No Responses
You must log in to post a comment.