Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-40): Berdamai Dengan Masa Lalu (TAMAT)

Novel Terbaru Dr Muhammad Najib: “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” (Seri-40): Berdamai Dengan Masa Lalu (TAMAT)
Dr Muhammad Najib, Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

', layer: '

IKLAN BUKU PAK DUBES

'} ];




Novel “Jalur Rempah Sebagai Jembatan Timur dan Barat” karya Masterpiece Dr Muhammad Najib ini terinspirasi dari kisah Jalur Sutra atau Tiongkok Silk Road, yang kini muncul kembali dalam bentuk baru: One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI).

Penulis yang saat ini menjabat sebagai Duta Besar RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO ini meyakini, Indonesia sebagai Jamrud Katulistiwa ini sebenarnya juga memiliki warisan sejarah yang bernilai. Sayangnya, kita belum mampu mengapitalisasi warisan leluhur yang dimiliki, seperti yang dilakukan Tiongkok, meski peluang Indonesia sama besarnya.

Novel ini sendiri merupakan fiksi murni. Di sini, penulis mencoba mengangkat fakta-fakta sejarah, diramu dengan pemahaman subjektif penulis sendiri terhadap situasi terkait.

Ada berbagai peristiwa sejarah di masa lalu, yang seakan terjadi sendiri-sendiri dan tidak saling berkaitan. Maka dalam novel ini, penulis berupaya merangkai semua dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Sehingga Novel ini menjadi sangat menarik. Ceritanya mengalir, kaya informasi, dan enak dibaca. Selamat membaca dan menikmati.



Foto Ilustrasi: Jalur Sutra (garis merah), jalur Rempah (garis biru)

**********************************************************

SERI-40

Berdamai Dengan Masa Lalu

 

“Sebelumnya Saya juga berfikir seperti itu, karena Bangsa Spanyol juga mengalami penjajahan dalam rentang waktu yang panjang dan terakhir dijajah oleh Bangsa Arab, pada saat bersamaan hampir separuh wilayah Eropa dijajah oleh Bangsa Turki selama ratusan tahun !”, katanya halus tapi tajam seperti menyindirku.

“Tapi kan Orang Arab di Iberia juga orang Turki di Eropa Timur dan Balkan membangun peradaban dan mengajarkan orang Eropa sehingga kemudian berjaya sampai sekarang !”, kataku mengingatkan.

“Hal ini baru belakangan disadari setelah sekian generasi dimana Kami bisa berdamai dengan masa lalu dan bisa berfikir dengan lebih rasional, jernih, dan objektif”, katanya seperti menasehatiku.

“Bagaimana pendapat Usted terkait dengan perang dengan alasan agama ?”, kataku memanfaatkan kesempatan yang lama Aku nanti.

“Saya yakin pertanyaan ini dilatarbelakangi oleh Perang Salib !”, katanya.

Aku hanya mengangguk pelan, antara setuju dan ragu. Di Dunia Islam serangan Pasukan Salib dianggap sebagai sebuah kriminal atau kejahatan.

“Perang Salib memang telah menimbulkan korban besar baik terkait harta maupun nyawa manusia, akan tetapi bagi Kami yang tinggal di Eropa, sesungguhnya perang dengan alasan agama diantara para penganut Kristen sendiri jauh lebih parah. Ada pertentangan antara Takhta Suci Roma dengan Gereja Ortodoks, dan ada pertentangan antara penganut Katolik dengan Protestan yang lukanya sampai sekarang masih terasa”, katanya seperti mengingatkanku bahwa perang dengan alasan agama bukan hanya diderita oleh Umat Islam.

“Apa yang dimaksud luka sampai sekarang ?”, tanyaku benar-benar tidak mengerti maksudnya.

“Munculnya faham Sekularisme, kemudian Komunisme, serta Atheisme, dan Aghnostikme, merupakan buah langsung dari mereka yang serius memikirkan bagaimana melindungi manusia dan kemanusiaan, dan bagaimana menciptakan bumi yang kita huni bersama lebih damai”, katanya dengan nada kuat meski suaranya tetap pelan.

“Saya fikir agama tidak bisa disalahkan, bagi Saya yang salah adalah para pemimpin agama yang menggunakan isu akhirat untuk mengejar dunia”, kataku yakin.

“Masalahnya masyarakat kita tidak mudah membedakan tokoh agama yang sejati memikirkan akhirat dan mencintai umatnya dengan mereka yang menggunakan agama untuk kepentingan pribadi atau kelompok dalam mengejar dunia”.

“Aku terdiam dan tidak punya argumen ataupun pertanyaan tambahan”.

TERKAIT :

“Bawalah hasil risetmu dan gelar doktormu agar Kamu punya legitimasi ilmiah saat berbicara, akan tetapi yang lebih penting adalah pembicaraan Kita hari ini untuk dijadikan ruhnya, karena ia jauh lebih berharga dari disertasimu secara keseluruhan”, katanya sambil mempersilahkan teh yang disediakan istrinya yang mulai dingin.

Saat meninggalkan rumahnya, dinginnya udara di luar sudah tidak terasa lagi, fikiranku terus kemana-mana menerawang jauh membayangkan pesan Usted yang terus mendominasi relung hatiku yang paling dalam, untuk membawa cahaya yang bisa menerangi rakyat yang memerlukan panduan agar bisa bergerak maju kearah yang benar menyongsong masa depan yang Gemah Ripah Lohjinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo atau Baldatun Tayyibatun Warabbun Gafur.

 

T A M A T

 

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shopee melalui link: https://shopee/ks65np4

 

 




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=