Jika merujuk pada Al Qur’an secara benar, maka kita tidak saja menemukan betapa kitab suci ini memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap akal manusia. Logika dan berfikir menjadi proses untuk memahami ciptaanNya yang akan bermuara pada mengimani keberadaanNya. Dengan kata lain antara hati dan otak atau antara keyakinan dan fikiran bukan saja seharusnya berjalan seiring, lebih dari itu seharusnya saling menopang dan saling melengkapi. Jika muncul ketidak serasian atau ketidak sinkronan diantara keduanya, maka kita harus introspeksi diri, mungkin saja ilmu yang terakumulasi di kepala belum cukup atau perkembangan sain dan teknologi belum menjangkau atau pemahaman kita terhadap ayat-ayat Al Qur’an keliru.
Novel ini berkisah seputar masalah ini.
Karya: Dr Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism
========================================================
SERI-4: Wisata Berwawasan Lingkungan
Mallorca merupakan pulau di kawasan Laut Mediterania yang menjadi bagian dari wilayah Spanyol. Pulau ini dijadikan wilayah wisata yang mengandalkan keramahan dan kepedulian terhadap lingkungan alamnya. Laut yang biru, pantai berpasir putihnya landai, daratan yang hijau, serta udara yang segar dan bersih. Sementara sebagian besar wilayah Spanyol yang menjadi destinasi wisata mengandalkan warisan sejarah, mulai dari warisan Romawi, Visigoth, maupun Islam, serta tentunya berbagai warisan Katholik baik berupa gereja yang disucikan maupun istana-istananya.
Kebijakan terkait bahan berbagai kemasan yang bisa didaur ulang dipromosikan dan disosialisasikan secara konsisten dan terus-menerus sehingga menjadi bagian dari bukan saja kesadaran masyarakan tetapi sampai menjadi kebiasaan dan gaya hidup di kawasan ini. Berbagai industri yang berada di wilayah ini semuanya harus berwawasan lingkungan dan mendapatkan berbagai bentuk insentif dari Pemerintah bagi yang sungguh-sungguh mengimplementasikannya, karena itu ia menjadi tempat yang dipilih oleh UN Tourism untuk mengadakan conference yang bertema wisata berwawasan lingkungan.
Aku diminta berangkat lebih awal bersama panitia pelaksana yang mempersiapkan acara ini, termasuk bagaimana sekenario conference harus dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pertamaku di luar kota Madrid. Setelah menyelesaikan tugas Aku manfaatkan waktu yang tersisa untuk sightseeing. Karena sedang musim panas maka siang terasa panjang, dan Aku menunggu sunset di pinggir pantai yang dipenuhi oleh para turis yang sebagian besar berasal dari Eropa Barat dan Eropa Utara.
Keesokan harinya conference dimulai dengan serimonial yang singkat dan sederhana, hanya menampilkan video berbagai inisiatif masyarakat dan pemerintah sejumlah negara terkait wisata berwawasan lingkungan, setelah itu diikuti dengan pidato Mr.Zarif dalam kapasitasnya sebagai Sekjen UN Tourism. Sebelum turun dari panggung, beliau diminta memberikan penghargaan kepada sejumlah tokoh dari berbagai negara yang sengaja diundang pada acara ini.
Setelah jeda sesaat dan peserta dipersilahkan untuk menikmati teh atau kopi dengan kue-kue kecil di ruang sebelah, acara dilanjutkan dengan presentasi dari berbagai tokoh dan pegiat wisata berwawasan lingkungan yang silih-berganti menyampaikan gagasan dan pengalaman masing-masing. Bagiku ada sejumlah paparan yang menarik:
Pertama, seorang laki-laki berambut panjang dari Kanada yang berasal dari suku Indian. Ia menjelaskan pengalaman keluarganya yang membina sukunya yang berada di desanya yang jauh dari kota untuk hidup secara alami sesuai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhurnya. Makanan jagung dan sayuran ditanam sendiri, begitu juga daging dari hewan yang diternakkan sendiri, serta ikan yang diambil dari sungai di dekatnya. Kini desanya menjadi makmur setelah adanya inisiatif untuk dijadikan sebagai destinasi wisata. Bagi pengunjung yang ingin merasakan kehidupan mereka dapat bermalam di home stay yang mereka sediakan, juga bagi mereka yang ingin merasakan masakan setempat ada rumah yang siap menyajikannya. Usai presentasi yang dilengkapi dengan video, ia memberikan cindramata kepada Sekjen berupa bulu dari sejenis burung serupa dengan merak yang hidup di situ.
Kedua, paparan tentang carbon trade sebagai bagian dari kesepakatan seluruh anggota PBB sebagai bagian dari kebijakan untuk mengatasi masalah Climate Change. Masyarakat dan berbagai perusahan yang berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan khususnya laut dan udara di negara Uni Eropa sudah harus membayar kontribusi untuk melindungi hutan di negara-negara tropis yang menjadi paru-paru dunia. Upaya ini diharapkan bukan hanya untuk menghentikan deforestasi tetapi juga memberikan insentif bagi masyarakat dan negara yang merawat hutan-hutannya.
Hanya saja menurut Prof.Frederich yang berasal dari Jerman yang tampil memukau, masih ada kendala di dalam penyalurannya. Kendala pertama dari kebijakan yang dikenal dengan istilah Carbon Credit ini bersifat objektif, berupa belum sepenuhnya disepakati mekanisme dan cara pengukuran yang objektif yang bisa diterima baik oleh pembeli maupun penjualnya. Kedua yang sifatnya subjektif, berupa adanya upaya untuk mempersulit implementasinya sehingga negara-negara yang sudah memulai mengumpulkan dana masyarakat bisa memanfaatkan dana yang sudah terkumpul tersebut.
Karena itu, kini sejumlah anggota parlemen di sejumlah negara Eropa sudah mulai menyuarakannya dan mempertanyakaannya. Jika kebijakan ini berjalan Aku berfikir Indonesia akan mendapatkan dua keuntungan, pertama kita akan mendapatkan sumber devisa baru karena memiliki hutan yang masih cukup luas. Keuntungan kedua, hutan-hutan Indonesia akan dirawat oleh masyarakat dan negara, hanya saja agar masalah ini bisa berjalan semua pihak terkait harus bisa menikmati dana yang diterima secara proporsonal dan merata, disinilah letak tantangannya.
Ketiga, presentasi yang paling menarik bagiku yang disampaikan oleh mantan Astronot Spanyol bernama Alberto Caballero. Ia menceritakan saat dirinya berada di Bulan kemudian mengarahkan pandangannya ke Bumi yang terlihat sangat kecil, kemudian berkata kepada temannya sembari mengarahkan telunjuknya: “Disitulah rumah kita dan kesanalah kita akan kembali”.
Kemudian ia mengakhiri ceramahnya dengan mengatakan: “Karena ia milik kita bersama maka mari kita jaga bersama-sama!”.
Setelah itu acara sesi itu diakhiri oleh moderator, dan Alberto buru-buru meninggalkan ruangan.
Aku langsung bergerak kedepan menghampiri Moderator dan menanyakan : “Kemana beliau ?”.
”Karena ada acara lain di Madrid, maka beliau harus bergegas menuju Bandara, akan tetapi asistennya masih berada di tempat itu”, sembari mengarahkan telunjuknya ke seseorang yang masih merapikan laptop yang ditinggal oleh Alberto bersama beberapa peralatan presentasi lainnya.
Aku kemudian menghampirinya, menyapa, kemudian menyanjung dan mengapresiasi presentasi Alberto.
“Gracias”, katanya berterimakasih.
Aku kemudian mengenalkan diri.
“Ada yang bisa dibantu ?”, katanya ramah.
“Aku cuma ingin bertanya bagaimana perasaannya saat berada di Bulan, sayang beliau sudah pergi”, kataku dengan nada sedih.
“Beliau sering mengatakan bahwa ada kekuatan besar yang mengendalikan alam semesta ini”.
“Apakah beliau percaya adanya Tuhan ?”, tanyaku mengejar.
“Ilmuwan di Eropa pada umumnya tidak tertarik berbicara tentang agama, bahkan yang ekstrim sering mengaku dirinya Atheis”, katanya datar.
“Apa penyebabnya ?”, tanyaku ingin tahu.
“Ceritanya panjang, tetapi jika disederhanakan inilah salah satu buah dari Renaisance di Barat”.
“Maksudnya ?”, kataku tak faham.
“Bagi Kami Renaisance merupakan kemenangan kaum berilmu atas agamawan, atau bisa juga dikatakan kemenangan kampus atas gereja”.
Penjelasannya ini tidak sepenuhnya dapat Aku fahami, akan tetapi Aku juga seperti kehabisan pertanyaan untuk menggalinya lebih jauh. Aku mencoba mengait-ngaitkan dengan pengalaman selama menjadi mahasiswa dan hidup di Eropa yang melihat masyarakatnya dan para pemimpinnya sangat rasional dan menggunakan paradigma ilmiah dalam menyikapi berbagai masalah kehidupan, disamping sangat akrab menggunakan berbagai berbagai produk sain dan teknologi mutakhir. Akan tetapi di saat yang bersamaan Aku heran karena sering kali Barat tidak konsisten dan menggunakan standar ganda dalam memandang dan menyikapi banyak masalah termasuk dalam masalah HAM, demokrasi, kebebasan pers, dan perlindungan terhadap Lingkungan Hidup.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Baca Juga seri sebelumnya:
Seri-1 : Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri 1: Syukur)
Seri-2 : Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri 2): Tertunda Pulang
Seri-3 : Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri 3): Kompromi
Baca juga novel Dr Muhammad Najib yang lain:
2.Klik: Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-1): Meraih Mimpi
3.Klik: Novel Muhammad Najib, “Bersujud di Atas Bara” (Seri-1): Dunia Dalam Berita
4.Klik: Di Beranda Istana Alhambra (1-Mendapat Beasiswa)
Related Posts
Cerpen: Piye kabare? Enak jamanku to?.. Nggih mbah
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-14): Kota Samarkand
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-13): Antara Ataturk dan Erdogan
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-12): Antara Dua Masjid
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-11): Ziarah ke Makam Alfatih
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur”(Seri-10): Islam Agama Sejak Adam
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Ser-9): Usaha dan Do’a
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Ser-8): Wisata Islami
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-7): Kolaborasi Untuk Negeri
Novel Terbaru Karya Dr Muhammad Najib “Mencari Nur” (Seri-6): Harta Karun Yang Belum Digali
No Responses
You must log in to post a comment.