ZONASATUNEWS.COM, JAKARTA — Galaksi awal AzTECC71 terletak sangat jauh sehingga sering menghilang dari pengamatan teleskop. Sebuah penelitian baru yang dilakukan Teleskop Luar Angkasa James Webb atau JWST akhirnya menemukan jawabannya.
Gambar galaksi dari alam semesta awal ini bukanlah sesuatu yang bisa disebut mempesona. Ia adalah penghuni kosmos yang sangat buram dan tertutup debu, yang namanya hanya berupa rangkaian angka dan huruf. Ia bahkan berada pada jarak yang sangat jauh dari Bumi sehingga luput dari pengawasan berbagai teleskop.
Gambar tersebut diambil Teleskop Luar Angkasa James Webb yang canggih. Yang mengejutkan, ia melihat AzTECC71 seperti yang terjadi 900 juta tahun setelah Big Bang. Saat itulah alam semesta menghasilkan bintang-bintang pertamanya, ribuan tahun sebelum tata surya kita lahir.
Dari mata James Webb, AzTECC71 muncul sebagai setitik cahaya kabur sangat jauh, berbeda dengan banyak gambar galaksi dan gugus galaksi menakjubkan lainnya yang ada dalam repertoarnya. Namun, titik itu pun masih menyimpan pelajaran penting tentang alam semesta awal.
“Fakta bahwa sesuatu yang ekstrim sekalipun hampir tidak terlihat dalam pencitraan paling sensitif teleskop terbaru kami, sangat menarik bagi saya,” kata penulis studi, Jed McKinney dari University of Texas di Austin. Penelitian tim ini telah diterbitkan di The Astrophysical Journal edisi Oktober 2023.
“Ini berpotensi memberi tahu kita ada banyak populasi galaksi yang bersembunyi dari kita.”
Para ilmuwan mengatakan, AzTECC71 menunjukkan alam semesta awal jauh lebih berdebu daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang bagaimana alam semesta berevolusi sejak Big Bang terjadi sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu.
AzTECC71 pertama kali terlihat sebagai gumpalan cahaya yang tidak bisa dipahami oleh Teleskop James Clerk Maxwell di Hawaii. Belakangan juga terlihat oleh teleskop radio ALMA di Chile. Namun, ia tampak menghilang dalam gambar yang diambil oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble.
“Benda ini benar-benar monster,” kata McKinney. Meskipun terlihat seperti gumpalan kecil, ia sebenarnya membentuk ratusan bintang baru setiap tahunnya.
Sebagai bagian dari upaya internasional untuk memetakan struktur paling awal alam semesta, McKinney dan rekannya mencari galaksi tersebut dalam data yang dikumpulkan JWST. Mata inframerah observatorium yang kuat itu mampu mengintip ke dalam awan setebal debu yang umum terjadi di alam semesta awal.
Sebelum JWST beroperasi, galaksi-galaksi ini hampir mustahil ditemukan. Cahaya dari bintang yang baru lahir, yang berada jauh di dalam galaksi yang diselimuti debu, diserap dalam panjang gelombang optik oleh debu itu sendiri. Kemudian dipancarkan kembali pada panjang gelombang yang lebih redup dan lebih panjang yang hanya bisa ditangkap JWST.
Satu dari lima galaksi tersebut tetap tidak terlihat oleh Hubble, sehingga membentuk kelompok yang oleh para astronom disebut sebagai galaksi gelap Hubble. “Itu berarti pemahaman kita tentang sejarah evolusi galaksi menjadi bias karena kita hanya melihat galaksi yang tidak tertutup dan tidak terlalu berdebu,” kata McKinney.
Dalam waktu dekat, McKinney dan timnya berencana mengungkap lebih banyak galaksi redup dan tersembunyi dengan data James Webb. Teleskop itu tidak hanya bisa menatap kembali ke jangkauan terjauh alam semesta, namun juga menembus tabir debu yang paling tebal. (Sumber: Live Science/antariksa.republika.co.id)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Teknologi penangkapan karbon dan transisi cerdas adalah kunci untuk mencapai tujuan iklim
Turki luncurkan strategi energi terbarukan kepada investor London
Serbia mengundang investor Turki untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam proyek energi terbarukan
Peluang energi bersih: Antara hidrogen, angin dan solar cell
Jepang membuang limbah nuklir olahan ke-7 ke laut, Tiongkok, Korsel, dan kepulauan Solomon bereaksi keras
Reaktor nuklir di Jepang ditutup beberapa hari setelah dinyalakan kembali sejak 2011
Inggris, Brasil umumkan kemitraan utama di bidang energi bersih dan perdagangan di KTT G20
Google menandatangani kesepakatan tenaga nuklir dengan Kairos Power
Azerbaijan dan Turki menjajaki kemungkinan kerjasama koridor energi hijau
Badan audit UE: Target energi hidrogen 10 juta ton tahun 2030 “terlalu ambisius”
No Responses