Ahmad Cholis Hamzah: Perlu Ada Klarifikasi Pemerintah Tentang Penyebaran Nyamuk Modifikasi

Ahmad Cholis Hamzah: Perlu Ada Klarifikasi Pemerintah Tentang Penyebaran Nyamuk Modifikasi
Bakteri Wolbachia ditemukan di banyak serangga seperti lalat buah. Bakteri ini memperpendek umur inangnya (bbc.news.indonesia)




Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Saya terus terang ikut bingung atas beredarnya berbagai macam info di media sosial tentang Wolbachia, nyamuk yang sudah di modifikasi. Maklum saya sebagai orang awam soal ini tentu tidak faham, ada yang mengatakan nyamuk hasil modifikasi ini tidak berbahaya, ada yang mencurigai itu adalah semacam senjata dari negara-negara maju untuk mengontrol penduduk dunia dengancara membunuh pelan-pelan melalui penyebaran Wolbachia ini.

Saya tanya ahlinya, sahabat saya di Unair, Prof. Dr. Chairul Ahmad Nidom yang mengatakan bahwa sebenarnya proyek penyebaran nyamuk hasil modifikasi itu sudah lama sekitar 7 tahun yang lalu yang dipimpin Prof. Utari dari UGM. Prinsipnya : Nyamuk Aedes sp (pembawa virus DHF atau Dengue Haemoragic Feveratau Demam Berdarah), di buat mandul, dengan teknologi diinfeksi bakteri Wolbachia. Kemudian nyamuk ini dilepas & saat kawin dengan nyamuk lapangan, maka tertular dengan bakteri sehingga mandul. Populasi nyamuk turun harapannya Kasus DHF turun.

Menurut CDC atau Centers For Disease Control And Prevention – Amerika Serikat Æ. Nyamuk aegypti dapat dimodifikasi secara genetik dan digunakan untuk mengendalikan nyamuk Ae. Aegypti lainnya, Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) telah mengizinkan penggunaan nyamuk OX5034 GM Ae. aegypti untuk dilepaskan di wilayahi Florida dan Texas. Otorisasi EPA ini memungkinkan program pengendalian nyamuk lokal untuk mengevaluasi seberapa efektif nyamuk transgenik dalam mengurangi nyamuk Ae. Aegypti.

Nyamuk transgenik ini diproduksi secara massal di laboratorium untuk membawa dua jenis gen: Gen pembatas diri yang mencegah keturunan nyamuk betina bertahan hidup hingga dewasa. Dan Gen penanda fluoresen yang bersinar di bawah lampu merah khusus. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi nyamuk transgenik di alam liar.

CDC melaporkan nyamuk yang sudah dimodifikasi ini telah berhasil digunakan di beberapa bagian Brasil, Kepulauan Cayman, Panama, dan India untuk mengendalikan nyamuk Ae. aegypti. Sejak 2019, lebih dari 1 miliar nyamuk telah dilepaskan. Ketika nyamuk transgenik berhenti dilepaskan ke suatu daerah, populasi nyamuk Ae. aegypti perlahan-lahan akan kembali ke “tingkat normal.”

TERKAIT :

Ada pertanyaan dari sahabat saya Prof. Nidom, proyek bersama WHO ini, sudah dilakukan penyebaran di Sleman Yogyakartaa. Katanya Prof.Ut hasilnya bagus, karenanya akan disebar di daerah lain. Memang masih menimbulkan pertanyaan yang harus diklarifikasi: 1.Nyamuk Wolbachia dilakukan di Indonesia atau di LN, 2.Kalau itu impor, siapa yang lakukan garansi bahwa nyamuk tersebut khusus hanya membawa bakteri Wolbachia. Juga soal analisis resiko terhadap kondisi ekologi setelah penyebaranya.

Itu pertanyaan dari seorang ahli, sedangkan pertanyaan dari saya orang awam ini adalah apakah benar penyebaran nyamuk hasil modifikasi itu aman, tidak menimbulkan jenis penyakit baru, apakah benar adanya dugaan bahwa nyamuk hasil modifikasi ini sebenarnya bukan untuk membatasi atau mengurangi penyakit Demam Berdarah tapi merupakan senjata pemusnah masal dari negara-negara maju untuk mengontrol dunia?

Karena itu perlu adanya penjelasan dari pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan dan para peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi di nusantara ini agar tidak menimbulkan kebingungan bagi masyarakat yang sudah bingung soal Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden/Wakil Presiden tahun 2024 nanti.

EDITOR: REYNA

Artikel sama dimuat di Optika.id




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=