Pakar Ungkap ‘Hawa’ Hidup 200 Ribu Tahun Lalu

Pakar Ungkap ‘Hawa’ Hidup 200 Ribu Tahun Lalu
Ilustrasi DNA manusia. (Foto: answersresearchjournal.org).



ZONASATUNEWS.COM, JAKARTA – Hawa  mitokondrial (Mitochondrial Eve), di bidang genetika manusia, adalah julukan yang diberikan kepada moyang bersama lewat garis matrilineal (garis ibu; dalam bahasa Inggris “MRCA” atau most recent common ancestor).

Dalam kata lain, wanita yang dijuluki demikian adalah moyang dari semua manusia yang hidup saat ini (disamakan dengan Hawa, nama perempuan pertama menurut Kitab-kitab suci agama Samawi), dari sisi ibu, dan dari ibu ke ibu, mundur ke masa lampau sampai semua garis keturunan bertemu pada satu orang.

Dalam setiap orang, semua DNA mitokondria (mtDNA) turun dari mtDNA orang tersebut karena mtDNA setiap orang diturunkan ke anaknya tanpa kombinasi ulang.

‘Hawa’ Mitokondria, yang disebut sebagai ibu dari semua manusia diperkirakan hidup 200 ribu tahun lalu. Pakar menjelaskan temuan itu bukan berarti perempuan pertama di Bumi.

Mitokondria sendiri merupakan organ di dalam sel (organel) penghasil adenosin trifosfat (ATP) yang berfungsi sebagai pembangkit tenaga.

Sementara, Hawa Mitokondria (Mitochondrial Eve) sendiri merupakan julukan buat nenek moyang bersama lewat garis keturunan ibu atau matrilineal (most recent common ancestor/MRCA).

Hal ini terkait dengan keberadaan DNA mitokondria (mtDNA) yang diturunkan ke anak tanpa kombinasi ulang.

Penelitian statistik yang dilakukan ahli di Rice University dan dimuat di jurnal Theoretical Population Biology mengungkap bahwa Hawa Mitokondria, nenek moyang dari semua manusia yang hidup, hidup sekitar 200.000 tahun yang lalu.

Studi ini didasarkan pada perbandingan berdampingan dari 10 model genetik manusia yang masing-masing bertujuan untuk menentukan kapan ‘Hawa’ hidup.

Ini menggunakan seperangkat asumsi yang sangat berbeda tentang cara manusia bermigrasi, berkembang, dan menyebar ke seluruh Bumi.

“Temuan kami menggarisbawahi pentingnya memperhitungkan sifat acak dari proses populasi seperti pertumbuhan dan kepunahan,” kata rekan penulis studi Marek Kimmel, profesor statistik di Rice University, dikutip dari ScienceDaily.

“Model deterministik klasik, termasuk beberapa yang sebelumnya telah diterapkan pada penanggalan Hawa mitokondria, tidak sepenuhnya memperhitungkan proses acak ini.”

Pencarian Hawa mitokondria (mtEve) adalah contoh cara para ilmuwan menyelidiki masa lalu genetik untuk mempelajari lebih lanjut tentang mutasi, seleksi, dan proses genetik lain yang memainkan peran kunci dalam penyakit.

“Inilah mengapa kami tertarik pada pola variabilitas genetik secara umum,” kata Kimmel. “Mereka sangat penting untuk pengobatan.”

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=