Oleh: Muhammad Chirzin
Dakwah, mengajak pada kebaikan dan mencegah dari keburukan, pada dasarnya adalah tugas setiap orang beriman. Tugas dakwah dapat dilakukan secara individual maupun kolektif. Karakter orang-orang beriman ialah bekerja sama bahu-membahu dalam menegakkan kebenaran dan bersama-sama menghapuskan kebatilan. Hal itu mengingat bahwa di sana ada golongan yang bekerja untuk mencegah perbuatan baik dan menyuruh perbuatan buruk. Allah swt berfirman dalam Al-Quran (ditulis artinya):
“Kaum munafik, laki-laki dan perempuan, mempunyai saling pengertian satu dengan yang lain; mereka menganjurkan yang mungkar, dan melarang yang makruf, dan mereka menggenggam tangan. Mereka sudah melupakan Allah, dan Dia pun melupakan mereka. Golongan orang munafik, mereka itulah golongan orang fasik.” (At-Taubah/9:67).
“Orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan, saling menjadi pelindung satu sama lain; menganjurkan yang makruf dan melarang yang mungkar; mereka mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat serta patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan mendapat rahmat Allah. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (At-Taubah/9:71).
Kerja dakwah dengan demikian perlu direncanakan dan diatur dengan saksama dan dengan sebaik-baiknya. Allah swt berfirman dalam Al-Quran,
“Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar. Mereka itulah orang yang beruntung. Janganlah seperti mereka yang bercerai-berai dan berselisih paham setelah menerima keterangan yang jelas. Mereka itulah yang akan mendapat azab yang berat.” (Ali Imran/3:104-105).
“Kamu adalah umat terbaik; dilahirkan untuk segenap manusia, menyuruh orang berbuat benar dan melarang perbuatan mungkar, serta beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, niscaya baiklah bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka orang fasik.” (Ali Imran/3:110).
“Hendaklah kamu tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah. Allah amat keras dalam hukuman-Nya. ” (Al-Maidah/5:2).
Mengajak kepada kebajikan (amar makruf) adalah kewajiban seluruh kaum Muslimin. Al-Quran menginginkan kaum Muslimin mendukung terciptanya kondisi yang benar, yang bersumber pada kehendak Allah. Allah swt berfirman,
“Wahai orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya dan janganlah kamu mati kecuali dalam Islam. Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah terpecah belah. Ingatlah kamu akan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepadamu tatkala kamu sedang saling bermusuhan lalu ia memadukan hatimu dengan rasa kasih sehingga dengan karunia-Nya kamu jadi bersaudara. Ketika itu kamu berada di tepi jurang api, lalu Ia menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk. Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat benar dan melarang perbuatan mungkar. Mereka itulah yang beruntung. ” (Ali Imran/3:102-104).
Amar makruf merupakan suatu bentuk kesetiakawanan sosial untuk menerapkan kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan dan mempersatukan seluruh potensi untuk menegakkan bangunan sosial atas landasan yang kokoh. Jika individu dalam masyarakat dibiarkan mengerjakan apa saja yang diinginkan, ini akan meruntuhkan masyarakat.
Allah swt melekatkan beberapa ciri pada orang-orang beriman. Di antaranya, kesediaan untuk beramar makruf setara dengan kemampuan masing-masing. Tiap orang diseru untuK beramar makruf menurut kadar kemampuannya. Amar makruf mengantarkan masyarakat tempo dulu pada kemajuan dan kejayaan serta menjadikan mereka umat terbaik.
Prinsip amar makruf dan nahi mungkar adalah ibarat dua sisi dari satu keping mata uang, yang tak terpisahkan satu dari yang lain. Kegiatan amar makruf tidak sempurna tanpa nahi mungkar, sebagaimana nahi mungkar tidak akan lengkap tanpa diikuti dengan amar makruf.
Allah swt mewajibkan kaum Muslimin menentang penyimpangan, baik penyimpangan keagamaan, maupun penyimpangan sosial. Ia mencakup kepentingan pribadi maupun kelompok, seperti penyimpanan politik berupa penindasan terhadap rakyat, penyimpangan ekonomi berupa monopoli, manipulasi dan perampasan hak-hak orang kecil dan cara-cara zalim lainnya, terang-terangan maupun yang tersembunyi.
Islam menciptakan pengawasan melekat dalam hati masyarakat yang tunduk pada risalah Ilahiah. Islam memberikan kekuatan pendorong pada hati umat manusia, sekaligus memberikan kekuatan penahan atas dasar kesadaran akan tanggung jawab dalam kehidupan.
Al-Quran menegaskan sanksi meninggalkan nahi mungkar sebagai berikut.
Setelah mereka mengabaikan peringatan yang sudah disampaikan, Kami selamatkan mereka yang melarang orang melakukan kejahatan, dan Kami hukum orang zalim dengan azab yang berat atas perbuatan mereka melanggar segala yang dilarang, maka firman Kami kepada mereka, “Jadilah kamu kera, yang dibenci dan dijauhi.” (Al-A’raf/7:165-166).
Rasulullah saw bersabda:
“Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Kalau tidak sanggup dengan tangannya, hendaknya ia mengubah dengan ucapannya. Kalau tidak sanggup mengubah dengan ucapannya, hendaklah mengubah dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran dan tidak mengubahnya, dikhawatirkan semua manusia akan terkena siksa Allah oleh kemungkaran itu.” (HR Ibnu Majah).
Prinsip nahi mungkar menghimpun sikap penolakan terhadap segala kondisi kemerosotan. Nahi mungkar merupakan langkah untuk mengikis faktor penyebab kerusakan dalam masyarakat. Terdapat banyak penyimpangan yang luput dari tangan kekuasaan, dan baru tampak sesudah sekian lama, sehingga usaha perbaikannya sulit dilakukan.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul jika mengajak kamu kepada yang memberi kamu kehidupan; ketahuilah bahwa Allah berada di antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya kamu akan dihimpun kembali. Dan jagalah dirimu dari bencana fitnah, yang tidak hanya akan menimpa mereka yang jahat saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah keras sekali dalam menjatuhkan hukuman. (Al-Anfal/8:24-25).
Rasulullah saw bersabda, “Hendaknya kalian memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau akan ditimpakan siksa kepada kalian karena perbuatan orang-orang jahat kalian, lalu orang-orang yang baik di antara kalian berdoa, tapi tak dikabulkan.”
Mencegah kemungkaran tidak terbatas hanya pada ucapan, tetapi berlanjut dengan kekuatan fisik, dan bila perlu dengan kekuatan senjata.
Amar makruf nahi mungkar merupakan kebajikan terbesar yang diperintahkan Allah swt kepada orang beriman. Karena itu setiap mukmin harus berusaha sungguh-sungguh agar amar makrufnya membuahkan kemakrufan dan nahi mungkarnya tidak menimbulkan kemungkaran yang lain.
Jika pemimpin bijaksana
Rakyat dipimpin akan bahagia
Kalau pemimpin seorang angkara
Rakyat dipimpin akan merana
Jika pemimpin orang budiman
Rakyat dipimpin akan nyaman
Jika pemimpin seorang apatis
Rakyat dipimpin akan menangis
Jika pemimpin suka berbakti
Tentu sentosa rakyat negeri
Jika pemimpin bersifat anarki
Rakyat dipimpin akan berlari
Jika pemimpin orang amanah
Rakyat dipimpin tidak gelisah
Jika pemimpin suka membual
Rakyat dipimpin akan mual
(Sulaiman Yusuf)
Kebatilan tidak akan menjadi kebenaran karena perjalanan waktu. (Muhammad Abduh)
Katakanlah yang benar, walaupun pahit untuk mengatakannya. (Nabi Muhammad saw)
Manakala kita menyadari bahwa kita menyeleweng, maka adalah kewajiban kita untuk berbalik dan kembali meneruskan perjalanan yang benar. (Mahatma Gandhi)
Masyarakat adalah seperti perahu; semua orang harus membantu untuk menentukan arah kemudinya. (Hendrik Ibsen)
Yang baik dan yang jahat selalu menerima upahnya, walaupun upah itu datangnya kadang cepat, kadang lambat. (Kong Fu Tsu).
EDITOR: REYNA
Related Posts
Belajar Ilmu Komunikasi Dari Pak Presiden
Rahasia Petunjuk Allah
Nestapa UUD 1945
Kabinet Baru Terbaharukan
Pilpres AS dan Islamophobia
Melepas Mulyono Menuju Gorong-Gorong
Strategi Mengadili Jokowi (Bagian Pertama)
Membedah Visi Misi Calon Walikota Surabaya, Eri Cahyadi dan Armuji Melawan Kotak Kosong
Gibran Tidak Boleh Jadi Wakil Presiden
Tunjangan Perumahan DPR Yang Wah….
No Responses
You must log in to post a comment.