Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Saya terpaksa menulis lagi artikel tentang perberasan di negeri kita yang “gemah ripah loh jinawi” ini dikarenakan saya masih menyaksikan antrian panjang masyarakat terutama ibu-ibu untuk mendapatkan beras murah. Meskipun pemerintah mengatakan cadangan beras aman sampai Ramadhan nanti dan bantuan sosial pangan akan dilanjutkan oleh pemerintah berupa berupa 10 kilogram (kg) beras setelah tertunda pada 8 -14 Februari karena pemilu, ditambah Bulog aktif melancarkan operasi pasar dengan menjual beras harga murah Namun harga beras melambung gila-gilaan. Seperti diketahui Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bantuan pangan berupa beras disalurkan kepada 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Menurut pemerintah beras yang langka itu dikarenakan adanya musim El-Nino yang merusak produksi pertanian di nusantara ini. Akibatnya pemerintah harus impor dari luar negeri. Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia beberapa kali mencatat impor dengan jumlah yang sangat besar. Di antaranya adalah pada 2011 yakni sebesar 2,8 juta ton dan pada 2018 yakni 2,3 juta ton. Seperti pada tahun ini, impor besar pada 2011 dan 2018 juga disebabkan oleh gangguan perubahan iklim ekstrem. Menurut Metro TV, tahun lalun 2023 Indonesia sudah mengimpor 3 juta ton beras dan di tahun 2024 ini mengimpor 2 juta ton. Kalau dirasa belum mencukupi jumlah impor itu, bisa-bisa Indonesia akan mengimpor sejumlah 4 juta ton.
Memang selama ini Indonesia bergantung kepada beras dari Thailand, di mana hingga November 2023 lalu, Thailand menjadi eksportir beras terbesar di Indonesia. Selain Thailand, ada Vietnam, India dan Pakistan.
Masyarakat tentu terkejut dengan perkembangan harga beras saat ini. Konsumsi beras yang tinggi membuat harga beras di Indonesia terus merangkak naik dalam beberapa tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, harga beras sudah terbang 15,81%. Bila melihat pergerakan bulanan, harga beras juga sudah jauh melonjak bila dibandingkan dua tahun lalu. Harga beras pada Desember 2021 rata-rata hanya dibanderol Rp 11.650 per kg tetapi pada Desember 2023 sudah mencapai Rp 14.650/kg. Artinya, dalam dua tahun, harganya sudah terbang 25,75%. Pada awal tahun 2024 ini harga beras di berbagai daerah sudah mencapai Rp 16 – 17.000/kg dan ada daerah yang harga berasnya sudah mencapai Rp 20.000/kg.
Saya pernah bekerja di lembaga yang mengatur perberasan tahun 1980 an yaitu Depot Logistik Jawa Timur. Seingat saya waktu itu Kepala Bulog almarhum Pak Bustnail Arifin dalam suatu rapat wanti-wanti agar media tidak menampilkan foto daerah-daerah yang mengalami kekeringan, sebab penjual di negara pengekspor beras seperti Thailand akan menaikkan harga beras yang di ekspornya begitu mengetahui Indonesia mengalami kekeringan. Saya kira sekarangpun demikiandimana negara-negara pengekspor beras itu mengambil kesempatan menaikkan harga ketika tahu Indonesia sangat kekuarangan stock beras.
Tahun lalu Voice of Amerika mengutip laporan FAO- Badan Pertanian Dunia bahwa harga beras tetap tinggi sepanjang tahun karena La Niña yang terus-menerus dan India memberlakukan pembatasan beras non-basmati pada bulan Juli 2023 karena setelah musim hujan yang terlambat menimbulkan kekhawatiran kekurangan produksi. Kontrol ekspor India menghapus 9 juta metrik ton biji-bijian dari pasar internasional dan memicu harga global. India bertanggung jawab atas 40% pasokan beras global setelah menyalip Thailand sebagai eksportir beras terbesar di dunia pada tahun 2011.
Nampaknya pemerintah perlu menyelidiki secara seksama variabel penyebab kenaikan harga beras selain El Nino, yaitu antara lain pergerakan harga beras internasional yang cencerung naik itu juga adanya praktek-praktek dagang yang tidak bertanggung jawab para pedagang atau kartel beras yang sengaja menimbun beras untuk kepentingannya sendiri. Jaman Orde Baru dulu, pemerintah melalui aparat keamanan secara rutin melakukan penyelidikan dan penangkapan para penimbun beras ini.
Variabel lainnya yaitu kinerja para menteri dan pejabat negara yang fokus pada aktifitas politik sejak sebelum dan pasca pemilu ini juga bisa menyebabkan penanganan kelangkaan beras ini makin runyam.
Para petinggi negara dari pusat sampai daerah harus memiliki empati kepada rakyat yang saat ini daya beli nya terus menurun yang menyebabkan mereka harus berdiri berdesak-desakan dalam antrian panjang untuk memperoleh beras agar dapat memberi makan anak-anaknya.
Editor : Reyna
Related Posts
Cita-Cita Saya Sekarang Ingin Mati..
HUT TNI ke-79, Beda Citra Positif di Alam Nyata dengan Komentar di Jagad Maya
Geneologi Politik Dan Kosmologi Politik Indonesia (Bagian 6)
Fufufafa: Legasi Politik Terburuk Sepanjang Sejarah Republik!
Vietnam Membangun Kereta Api Cepat Tanpa Dana Asing
Raja Mulyono dan Pengadilan Rakyat
Kewajiban Konstitusional Presiden Republik Indonesia
Lima langkah kesuksesan yang berkah
Marissa Haque, Sang Mujahidah!
Indonesia Sudah Retak
No Responses
You must log in to post a comment.