Oleh: Sutoyo Abadi
Indonesia retak akibat The wrong man in the wrong place with the wrong idea and idealism
(Orang yang salah di tempat yang salah dengan ide dan cita-cita yang salah)
Diperparah Indonesia retak dapat dipahami sebagai keadaan bahwa dalam bernegara telah menyimpang dari norma, etika, dan konstitusi Pancasila dan UUD 45.
Sejak berlakunya UUD 2002 Indonesia retak seperti tidak disadari telah menimbulkan kerusakan dalam tata kelola negara, berakibat negara dalam guncangan hebat berjalan tampa arah
Ada cara pandang yang berbeda dari generasi baru dalam memandang, bertindak, berpikir, merasa, pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki terhadap sejarah perjuangan para pendiri negara sampai mengganti UUD 45 dan menihilkan peran Pancasila.
Harapan butuh waktu dan kepastian, hanya Prabowo Subianto yang sebentar lagi resmi jadi Presiden RI; sampai saat ini belum keluar statemen yang tegas dan pasti dengan tekad yang kuat menjaga bahwa Indonesia harus kembali ke UUD 45 asli.
Keadaan retak ini adalah akibat dari sebab yang sangat jelas dan terang benderang masih tertutup kabut gelap oleh kekuatan paham liberalisme, individualisme, dan pragmatisme.
Kita yakini para pemimpin negara ini sudah mengetahui dan mengenali sebab Indonesia retak, tetapi masih menikmati hidup hedonis di alam liberalis, tidak peduli negara sudah di tepi jurang kehancurannya.
Belajar dari sejarah, apa pun alasannya, sebelum negara kembali ke Pancasila dan UUD 45 kehidupan negara ini tetap berada di atas pondasi yang goyah.
Siapa pun dan kapan pun Presidennya, mengelola dan mengendalikan negara ini dengan UUD 2002 akan terus dalam guncangan hebat, dan menjadi korban beruntun sejarah gelap sampai negara kembali ke UUD 45 asli.
Situasi sedang berpacu dengan waktu yang akan menciptakan kebaikan atau akan menciptakan pemimpin baru yang tetap tidak peduli dengan nasib rakyatnya yang terus menderita.
Proses mengetahui, dan mengetahui Indonesia retak sampai saat ini belum ada titik terang jalan Indonesia akan menjadi normal.
Salah satu kunci pendekatan berbasis keyakinan untuk mengembalikan Indonesia yang sudah retak, jauhi presiden Jokowi sebagai presiden jadi-jadian (boneka), setelah lengser dari kekuasaannya yang harus berhadapan dengan risiko hukum sangat berat.
Sejarah dan kehidupan bangsa masih berjalan; semua memberi waktu dan harapan untuk berbagai hal dan kemungkinan yang akan terjadi mencari ritme atau pola untuk menuntun bangsa Indonesia menapaki sejarahnya kembali normal atau hancur. (*)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Imbangan Analisis Psikologis Prabowo Subianto
Psikologi Prabowo Subianto: Di Persimpangan Jalan Yang Kompleks Dalam Hubungannya Dengan Jokowi dan Gibran
Kurikulum : Dari Shallow ke Deep Learning
Pendidikan Sekolah Perlu Mengajarkan Intuisi dan Penguatan Nurani Untuk Kesuksesan Sejati
Mosaik Kepemimpinan Dalam Al Quran
ITS Ibu Yang Luhur
Mengapa Amandemen UUD 1945 Itu Berkaitan Dengan Kemunduran Ekonomi
Anak Semester I itu Lafran Pane, Pendiri HMI
Peringatan 10 Nopember Sepi
Dimensi Ketuhanan Dalam Firman
No Responses