Oleh: Retno Triani Soekonjono
Psikolog
Merdeka
Kata-kata “orang toxic” menjadi populer setelah disebut-sebut oleh salah seorang Menteri Koordinator yang sedang menjabat.
Apa atau siapa yang dimaksud dengan orang toxic?
Orang Toxic atau beracun adalah siapa pun yang perilakunya menambah hal negatif dan mengecewakan dalam hidup Kita. Seringkali, orang-orang yang beracun menghadapi stres dan trauma mereka sendiri. Untuk melakukan ini, mereka bertindak dengan cara yang tidak baik dan biasanya membuat orang lain kesal.
Perilaku beracun digunakan untuk mendefinisikan perilaku yang tidak menyenangkan atau jahat terhadap orang lain. Seseorang yang bertindak seperti ini mungkin menderita rendahnya harga diri atau kondisi kesehatan mental lainnya. Bisa juga mereka pernah mengalami trauma masa kecil, atau memiliki masalah pribadi yang mengakar.
Sifat-sifat Orang Beracun
Mereka tidak menghormati aturan Kita.
Orang yang beracun akan cenderung terus menantang, bernegosiasi, dan melanggar aturan Kita untuk mempertahankan keberadaan mereka.
Mereka manipulatif atau mengontrol.
Perilaku beracun sering kali berbentuk manipulasi dan kontrol. Bagi orang yang beracun, hubungan bukanlah hubungan sejati yang didasarkan pada cinta dan rasa saling menghormati, melainkan sarana untuk mencapai tujuan mereka.
Mereka berbohong.
Secara umum, orang-orang beracun tidak senang dengan kenyataan.
Mereka senang memutarbalikkan fakta, menyembunyikan informasi atau berbohong secara terang-terangan – kepada orang-orang di sekitar mereka dan bahkan kepada diri mereka sendiri. Saat dikonfrontasi, mereka akan menolak mengakui penipuan mereka
Mereka berusaha untuk selalu benar.
Orang-orang beracun sering kali kesulitan mengakui kesalahan mereka, karena mengakui bahwa mereka melakukan kesalahan (bahkan kesalahan kecil) atau menyakiti orang lain akan mengancam ego mereka. Mereka tergolong orang yang egois.
Mereka selalu berperan sebagai korban.
Akibat buruk dari kebutuhan untuk menjadi benar adalah kecenderungan untuk berperan sebagai korban ( playing victim).
Karena mereka merasa tidak mungkin salah, orang-orang yang toxic justru sering kali berperan sebagai pihak yang dirugikan.
Mereka senang menghakimi.
Manusia bisa membenarkan pendapat sendiri dan tidak setuju dengan pendapat orang lain.
Tetapi orang yang beracun menganggap perbedaan itu sebagai masalah.
Mereka cenderung memandang dunia melalui kacamata opini yang sangat kaku (biasanya negatif dan mementingkan diri sendiri).
Mereka mau menerima namun sulit memberi.
Orang-orang beracun senang mengambil segala sesuatu yang bernilai dan mereka butuhkan dari orang lain, seperti: waktu, energi, perhatian, kasih sayang, harta benda, keahlian, kesenangan, status sosial, dan aspek lainnya.
Namun sebaliknya, mereka hanya sedikit memberi imbalan yang menyenangkan pada orang lain.
Kalau Anda tidak ingin disebut sebagai orang beracun, maka hindarilah sifat-sifat tersebut.
Perlukah “pertemanan selamanya”?
Budaya Indonesia membentuk kita (orang Indonesia) cenderung ingin dikatakan sebagai orang “baik”, dalam arti pemaaf, penuh sopan santun, membungkukkan badan untuk menjaga image kesopanan dan selalu berusaha menjaga silaturahmi selama hidupnya.
Orang yang terus terang, tegas dan lugas (asertif) sering dianggap kasar dan tidak berbudaya.
Namun orang toxic tanpa “belas kasihan” dapat menguras sumber daya mental dan emosional Kita, mempengaruhi suasana hati dan pandangan hidup, menciptakan stres dan ketidakbahagiaan, membuat Kita meragukan kebenaran perasaan Kita, memperlambat atau menyabot kemajuan prestasi, melemahkan kesehatan, fisik dan mental Kita.
Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan interpersonal yang buruk memiliki risiko lebih besar kemungkinannya terkena penyakit jantung.
Para peneliti juga menemukan bahwa ikatan perkawinan suami isteri yang tidak harmonis dapat memperlambat penyembuhan luka, mengurangi kualitas tidur,menurunkan sistem kekebalan tubuh, dan memperlambat produksi adrenalin yang semuanya disebabkan karena stres.
Kualitas hubungan atau pertemanan kita adalah salah satu penentu terbesar kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesan hidup kita. Kita harus tegas dalam menentukan dengan siapa kita berteman dan siapa yang boleh hadir dalam kehidupan kita.
Biarkan orang-orang toxic hidup dalam dunianya sendiri dengan orang-orang yang mau melayaninya. Bukan tugas kita untuk menyenangkan hatinya.
Dalam sebuah negara, semakin sehat masyarakatnya, maka akan semakin sehat pula kehidupannya. Semakin bermasalah masyarakatnya, maka semakin bermasalah pula kehidupan negara tersebut.
“Hidup ini singkat. Jangan sia-siakan dengan orang-orang negatif yang tidak menghargai Anda. Simpanlah itu di dalam hatimu, tetapi jauhkanlah itu dari hidupmu”.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Ta’im alias Miftah sudah Mundur, Kapan Fufufafa (di) Mundur (kan) ?
Catatan Atas Penghinaan Utusan Khusus Presiden Prabowo Kepada Penjual Es: Maafkan Kami Datuk Sri Anwar Ibrahim
Jika kebijakan kenaikan PPN 12 persen diambil?
Lagi-Lagi Soal Komunikasi
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 3): Kesetiaan, Kepercayaan, dan Kehormatan
Kita Harus Faham DNA Media Barat
Bukti Gamblang, Kebenaran Takdir Allah
Keikhlasan Kunci Keberhasilan
Akurasi Membaca Kemunculan Pratanda Pilbup Kulon Progo
Para Pejabat Negara Perlu Belajar Ilmu Komunikasi
No Responses