Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Setelah dilantik menjadi Presiden pada tanggal 20 Oktober 2024 Pak Prabowo Subianto memberikan pembekalan tambahan kepada para menteri Kabinet Merah Putih. Para menteri yang digembleng langsung di Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah. Selama empat hari, mereka diberi beragam materi dan kegiatan lain yang berguna untuk menempa kekompakan dan sikap persatuan. Para menteri itu diajari baris-berbaris, tidur di tenda, mengenakan seragam loreng militer, makan bersama dsb. Dengan cara itu diharapkan para menteri itu memiliki jiwa disiplin dan persatuan. Saya tahun 1982 pernah mengikuti pelatihan semi-militer di Asrama Haji – PHI Cempaka Putih Jakarta ketika mengikuti Pertukaran Pemuda ASEAN-Jepang memang merasakan manfaat pelatihan semacam itu, bisa memupuk rasa persaudaraan, bahkan sampai sekarangpun kami itu saling kontak seperti sebuah keluarga besar.
Namun melihat perkembangan kinerja beberapa pembantu Presiden sampai saat ini, menurut saya Pak Presiden Prabowo perlu memberi tambahan lagi pelatihan tentang ilmu komunikasi dengan masyarakat. Ada beberapa menteri yang komunikasinya kurang pas misalkan mengatakan bahwa kejadian kerusuhan 98 itu bukan termasuk pelanggaran HAM berat; ada menteri yang menggunakan surat dengan kop surat resmi Kementriannya untuk kepentingan acara pribadi keluarganya, ada menteri yang belum-belum minta anggaran Rp 20 trilliun. Lalu yang terbaru ada utusan Presiden yang meng-goblok-goblokan rakyat kecil.
Utusan Presiden yang dimaksud adalah Miftah Maulana Habiburrahman, yang lebih dikenal sebagai Gus Miftah tengah viral akibat candaannya kepada pedagang asongan penjual es teh saat berdakwah. Ucapan Gus Miftah dianggap merendahkan pedagang es teh tersebut oleh netizen. Bapak penjual es teh dan minuman yang sedang membawa dagangan di kepalanya itu disebut goblok oleh Gus Miftah dan jadi bahan bercandaan dalam ceramah. “Es teh mu masih banyak tidak? Ya dijual, goblok!” kata Miftah disambut gelak tawa orang-orang di sekitarnya.
Terkait konteks isi ceramah secara keseluruhan atau tidak, warganet menilai apa yang diucapkan Gus Miftah kepada bapak penjual es teh adalah sesuatu yang tidak pantas. Terlebih dirinya saat ini sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Tak heran jika warganet banyak yang menghujat Gus Miftah dan mengorek kembali sapaan ‘Gus’ yang melekat pada dirinya. Memang benar “Gus” di budaya pesantren NU di Jawa bukan hanya sebuah titel anak seorang Kiai, namun juga seorang yang meneruskan tugas Kiai dalam melakukan dakwah yang santun kepada ummat. Karena itu warganet betul bahwa Gus Mus yang jabatannya itu mengurusi toleransi tidak pantas menghina rakyat kecil.
Lalu Gus Miftah mengaku ditegur oleh pihak Istana Kepresidenan, tepatnya langsung oleh Sekretaris Kabinet (Seskab) Mayor Inf Teddy Indra Wijaya. “Saya juga sudah ditegur oleh Bapak Seskab, untuk lebih berhati-hati menyampaikan pendapat dan pidato di depan masayarakat umum,” tegasnya. Saya yakin sebenarnya yang menegur Gus Miftah itu adalah Presiden Prabowo – tapi lewat Mayor Teddy.
Saya pribadi mengusulkan agar para menteri pembantu Presiden Prabowo itu juga dibekali Ilmu Komunikasi karena mereka akan mendapatkan tambahan wawasan apa itu Komunikasi Antar Pribadi, Komunikasi Antar Budaya, Komunikasi Vertikal dan Horizontal, Komunikasi Bisnis, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Masa, Komunikasi Politik dsb. Selain itu mereka akan tahu bagaimana melakukan sebuah komunikasi yang efektif dimana didalamnya ada unsur Empathy atau Empati terhadap penerima pesan (receiver). Komunikasi dengan cara meng-goblok-goblokan penerima pesan itu menandakan bahwa pembawa pesan (communicator) tidak memiliki rasa empati.
Yang perlu diingat oleh para pemangku negara ini – apapun jabatannya – bahwa rakyat kecil seperti penjual es itu sebenarnya adalah pemilik kedaulatan rakyat, meskipun katakanlah – miskin hanya bergantung pada hasil jualan yang tidak seberapa dan Bansos yang nilainya Rp 300 ribu itu, namun atas keikhlasannya dia memilih seseorang menjadi pejabat negara – seperti Gus Miftah ini hingga menjadi seorang pejabat dengan berbagai keistimewaan dan fasilitas negara yang melekat pada dirinya
EDITOR: REYNA
Related Posts
Baru Kali Ini….
Joget Gemoy Dalam Irama Gendang Oposisi (bagian 3)
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 26) : Rencana pertemuan Prabowo dan Megawati
Belum Ada Yang Berani Menyebut Nama Pemilik Pagar Misterius
Pesan Pak Mudrick Sangidu – Demo Bambu Runcing
Negara Dharurat Oligarki
Joget Gemoy Dalam Irama Gendang Oposisi (bagian 2)
Tiktok – Politik Balas Budi Trump
Pagar laut adalah skandal ribuan trilyun. Ini uji nyali 100 hari Presiden Prabowo
Daniel M Rosyid: Syarikat Islam Membangun Kemandirian Pangan
No Responses