Oleh: Soegianto, Fakultas Sain dan Teknologi UNAIR
Sebagai seorang Fisikawan saya ingin sedikit mengu;as DNA yang tentunya bukan arena eksplorasi saya, karena ini tentunya bagian para ahli biologi yang harusnya berkomentar. Berdasarkan beberapa literatur yang saya eksplorasi saya menuliskan artikel ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, tuntutan dari netizen di Indonesia agar para Habaib melakukan tes DNA untuk membuktikan garis keturunan mereka dari Nabi Muhammad SAW telah menjadi topik yang hangat dibicarakan. Fenomena ini mencerminkan dinamika sosial dan keingintahuan publik terhadap keaslian klaim genealogis.
Tuntutan agar para Habaib melakukan tes DNA adalah isu kompleks yang mencakup aspek ilmiah, sosial, dan budaya. Meskipun tes DNA dapat memberikan informasi yang berharga tentang garis keturunan, respons terhadap tuntutan ini bervariasi tergantung pada pandangan individu tentang privasi, keabsahan tradisi, dan pentingnya bukti ilmiah.
Tes DNA menawarkan wawasan menarik tentang asal-usul leluhur dan hubungan genetik. Bagi komunitas Habib di Indonesia, yang dikenal sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW, penggunaan tes DNA untuk memastikan dan mengukur hubungan genetik dengan Rasulullah memerlukan pemahaman tentang persentase DNA yang diwarisi dari leluhur yang hidup lebih dari 1000 tahun lalu.
Memahami Persentase DNA yang Diwariskan
Tes DNA modern menggunakan analisis autosomal DNA dan Y-DNA untuk memeriksa variasi genetik. Berikut adalah bagaimana persentase keturunan dapat diestimasi dan tantangan yang dihadapinya:
Rekombinasi Genetik: Setiap generasi menerima sekitar 50% DNA dari masing-masing orang tua. Dengan setiap generasi, jumlah DNA yang diwariskan dari leluhur tertentu akan berkurang secara eksponensial. Setelah lebih dari 1000 tahun (sekitar 40 generasi), DNA yang diwariskan dari satu leluhur akan menjadi sangat kecil dan terfragmentasi.
Haplogroup Y-DNA: Bagi laki-laki, Y-DNA yang diwariskan dari ayah ke anak laki-laki hampir tidak berubah dan dapat digunakan untuk melacak garis keturunan langsung ayah. Jika Y-DNA seorang Habib cocok dengan haplogroup yang diketahui dimiliki oleh keturunan langsung Nabi Muhammad, ini bisa menjadi bukti kuat. Namun, ini hanya memberikan informasi tentang garis keturunan ayah langsung dan tidak tentang persentase keseluruhan DNA.
Estimasi Persentase Keturunan
Secara matematis, persentase DNA yang diwariskan dari leluhur tertentu berkurang setengah setiap generasi. Berikut adalah ilustrasi bagaimana persentase ini berkurang:
Mari kita lihat bagaimana persentase DNA yang diwariskan berkurang dari satu generasi ke generasi berikutnya:
Generasi Pertama (Orang Tua): Setiap anak menerima 50% DNA dari ibu dan 50% dari ayah.
DNA yang diwariskan dari masing-masing orang tua: 50%.
Generasi Kedua (Kakek-Nenek): Setiap orang tua menerima 50% DNA dari masing-masing orang tua mereka (kakek-nenek anak).
DNA yang diwariskan dari masing-masing kakek-nenek ke cucu: 50% * 50% = 25%.
Generasi Ketiga (Buyut): Setiap kakek-nenek menerima 50% DNA dari masing-masing orang tua mereka (buyut anak).
DNA yang diwariskan dari masing-masing buyut ke cicit: 50% * 50% * 50% = 12.5%.
Generasi Keempat (Canggah): Setiap buyut menerima 50% DNA dari masing-masing orang tua mereka.
DNA yang diwariskan dari masing-masing canggah ke piut: 50% * 50% * 50% * 50% = 6.25%.
sehingga :
1 generasi (orang tua): 50% DNA dari masing-masing orang tua.
2 generasi (kakek-nenek): 25% DNA dari masing-masing kakek-nenek.
3 generasi (buyut): 12.5% DNA dari masing-masing buyut.
10 generasi (~250 tahun lalu): 0.1% DNA dari masing-masing leluhur.
40 generasi (~1000 tahun lalu): kurang dari 0.000001% DNA dari masing-masing leluhur.
Dengan demikian, setelah 40 generasi, segmen DNA yang diwariskan dari satu leluhur spesifik seperti Rasulullah akan menjadi sangat kecil dan mungkin tidak terdeteksi dengan teknologi tes DNA saat ini.
Faktor yang Mempengaruhi Deteksi
Fragmentasi DNA: Seiring berjalannya waktu, segmen-segmen DNA dari leluhur tertentu menjadi sangat kecil dan mungkin tidak lagi dapat dideteksi.
Variasi Genetik: Mutasi genetik yang terjadi selama ribuan tahun dapat mempengaruhi hasil tes DNA.
Keterbatasan Database: Database genetik saat ini mungkin tidak memiliki cukup data dari populasi kuno yang relevan untuk mendeteksi hubungan genetik yang sangat jauh.
Kesimpulan
Meskipun tes DNA dapat memberikan wawasan tentang asal-usul dan hubungan genetik, menentukan dan mengukur persentase DNA yang diwarisi dari leluhur yang hidup lebih dari 1000 tahun lalu, seperti Rasulullah, adalah tantangan besar. Secara matematis, persentase DNA dari leluhur seperti itu akan sangat kecil dan sulit dideteksi dengan teknologi tes DNA saat ini.
Namun, tes Y-DNA dapat memberikan indikasi tentang garis keturunan ayah langsung jika haplogroup yang ditemukan cocok dengan yang diketahui dimiliki oleh keturunan langsung Nabi Muhammad. Dengan perkembangan teknologi dan ekspansi database genetik, kemampuan untuk melacak keturunan dari leluhur kuno mungkin akan meningkat di masa depan.
Dari Analisa tersebut bisa kita simpulkan menelusuri DNA untuk sampai ke Rasulullah validitasnya hanya dibawah kurang dari 0.000001% DNA atau bisa dikatakan tidak memungkinkan
EDITOR: REYNA
Related Posts
Kilang Pertamina Mangkrak ?
Power Wheeling dan Tiga Agenda Membuat PLN Menjadi Hantu
G 30 S PKI dan G 22 S Jokowi
Canda “Raja Jawa”
Apel Siaga 22 September 2024: Kekhawatiran Sang Pemimpin Menjelang Ajal Kekuasaan dan Bayang-Bayang Masa Depan Keluarga
Jangan Menyerahkan Urusan Bukan Pada Ahlinya
Menambah Pendidikan Mengurangi Persekolahan
Anies memenuhi syarat ketokohan untuk sebuah partai politik
KPK harus segera panggil Rocky Gerungan soal tudingan Gibran koruptor!
Pelajaran Kesederhaan
No Responses
You must log in to post a comment.