Oleh: M. Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi, Pemerhati Pendidikan dan Perlindungan Anak, Tinggal di Surabaya
Mochammad zakaria Adalah sebuah keluarga di Surabaya, kalau tak bisa dibilang miskin, maka keluarga ini hidup dalam kondisi pas pasan, tapi semangat menyekolahkan anak sangat luar biasa. Dia bekerja sebagai pedagang sayur tiap pagi, dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa, Zakaria harus benting tulang untuk membiayai sekolah anak anaknya. Anak yang pertama kuliah disebuah PTS di Surabaya dan samapai lulus di fakultas hukum, dia biayai dengan berjualan sayur setiap hari, untungnya sang anak, bisa memahami kondisi orang tuanya, sehingga selama kuliah juga menjalani pekerjaan seadanya, yang penting bisa meringankan orang tuanya. Giliran anak kedua yang lulus SMAN di Surabaya, Sang anak, Zahrah, merenung dan menanyakan kepada sang ayah, apakah setelah lulus akan kuliah ? sang ayah Cuma diam dan termenung, sambil bergumam, akan diusahakan.
Dengan berbekal uang untuk membeli formulir dan mendaftar di Unair Surabaya, sang anak memilih jurusan ilmu budaya jurusan bahasa Jepang. Alhamdulillah sang anak diterima melalui jalur seleksi. Persoalan muncul ketika harus daftar ulang, tak ada biaya, tak ada uang untuk mendaftar ulang. Tapi syukurlah, kampus dimana anak diterima memberi kesempatan untuk belajar dengan segala bentuk bantuan dan keringanan.
Kesempatan baru datang lagi, Pemerintah kota Surabaya mengeluarkan program pengentasan kemiskinan melalui biaya siswa pemuda tangguh, dengan nama Program stu Rumah satu sarjana. Lagi lagi keberuntungan berpihak, diantara ribuan calon pendaftar, sang anak lolos seleksi untuk mengikuti program tersebut. Kini sang anak bisa tersenyum menatap masa depannya dan menmbayangkan bisa menggapai cita – citanya.
Program Satu Rumah Satu Sarjana bagi warga miskin Surabaya adalah langkah nyata yang hadir di antara impian dan harapan mereka yang selama ini terkekang oleh batas-batas finansial. Bagi banyak keluarga di Surabaya, terutama yang tinggal di pinggiran kota, pendidikan tinggi adalah sebuah cita-cita yang sering terasa jauh dan sulit digapai. Namun, melalui program ini, impian untuk mengangkat taraf hidup dan mencapai kehidupan yang lebih baik bukan lagi sekadar angan-angan.
Bayangkan seorang anak dari keluarga sederhana yang kini duduk di bangku SMA, menatap masa depan dengan hati berdebar, berharap bisa melanjutkan pendidikan dan meraih gelar sarjana. Ia tumbuh di lingkungan yang penuh keterbatasan, di mana sehari-hari orang tuanya berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Namun, dengan adanya program ini, mereka mendapat secercah cahaya: sebuah peluang untuk keluar dari jerat kemiskinan dan memutus rantai kesulitan yang selama ini membelenggu.
Program ini bukan hanya tentang pendidikan; ini adalah tentang memberi kesempatan kepada mereka yang kurang beruntung untuk mewujudkan potensi dan bakat yang terpendam. Setiap anak yang berhak menerima beasiswa dari program ini diharapkan akan tumbuh menjadi sumber kebanggaan keluarga dan juga kebanggaan kota. Ia akan menjadi anak yang menginspirasi lingkungan sekitarnya dan membawa harapan bahwa dengan kerja keras dan dukungan, setiap mimpi bisa diwujudkan.
Selain membantu anak-anak Surabaya meraih gelar sarjana, program ini juga memberi kesempatan kepada para orang tua untuk mengharapkan masa depan yang lebih baik bagi keluarga mereka. Mereka yang selama ini mungkin hanya mengandalkan pekerjaan serabutan, kini bisa memandang masa depan dengan lebih percaya diri. Mereka tahu, jika anak-anak mereka bisa bersekolah tinggi, maka kelak mereka akan mampu berdiri sendiri dan bahkan membantu orang tua serta komunitas mereka.
Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi para orang tua selain melihat anak-anaknya berhasil. Program ini adalah sebuah bentuk kepedulian yang nyata, yang tidak hanya mengubah hidup satu orang tetapi juga memberikan dampak positif bagi seluruh keluarga dan komunitas. Dengan begitu, Satu Rumah Satu Sarjana bukan sekadar program, tetapi sebuah gerakan yang mengubah mimpi menjadi nyata, memberikan harapan, dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah bagi warga miskin Surabaya.
Mari kita dukung penuh upaya ini dan berharap bahwa setiap penerima manfaat dari program ini dapat menggapai cita-citanya dan kembali kepada masyarakat sebagai pribadi yang berkontribusi, membawa Surabaya ke arah yang lebih baik, maju, dan sejahtera. Dan sore ini, Minggu, 3 November 2024, saya terharu dan bahagia, ketika sang ayah menginformasikan bahwa bantuan dari Pemkot Surabaya sudah diterima. Terimakasih Unair, Terimakasih Pemkot Surabaya, semoga ini menjadi catatan sejarah kebaikan kampus dan kota yang peduli terhadap cita – cita anak – anak dari keluarga miskin.
Surabaya, 4 November 2024
EDITOR: REYNA
Related Posts
Kita Harus Faham DNA Media Barat
Bukti Gamblang, Kebenaran Takdir Allah
Keikhlasan Kunci Keberhasilan
Akurasi Membaca Kemunculan Pratanda Pilbup Kulon Progo
Para Pejabat Negara Perlu Belajar Ilmu Komunikasi
BUMN Indonesia menyedihkan, Bagaimana Mau Setara Temasek
Membantah Penilaian The Economist: Presiden Prabowo dan Kabinetnya Memiliki Visi Kuat
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 2): “Profesor Kancil”, “Don Dasco”, dan “Mr. Dasco”
Pemberian Bantuan Negara Tidak Boleh Riya’
Negara Swasta: Transformasi Negara Menjadi Korporasi Oligarki
No Responses