Korban banjir di Indonesia mengumpulkan puing-puing rumah dan mata pencaharian yang hanyut

Korban banjir di Indonesia mengumpulkan puing-puing rumah dan mata pencaharian yang hanyut
FOTO: Puing-puing kendaraan berserakan di sebuah desa yang terdampak banjir bandang di Agam, Sumatera Barat, Indonesia, pada 1 Desember 2025 [Ade Yuandha/AP]

Setidaknya 631 orang tewas akibat banjir di negara Asia Tenggara tersebut, dan jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.

MEDAN – Ketika banjir menerjang rumah Nurdin dan istrinya di Provinsi Aceh pekan lalu, pasangan lansia itu merangkak ke tempat tidur mereka.

Nurdin, yang menggunakan kursi roda setelah mengalami stroke, pasrah dengan nasibnya.

“Saya hanya menunggu ajal. Saya tidak ingin meninggalkan rumah saya,” ujar Nurdin, yang tinggal di kota Langsa, kepada Al Jazeera.

“Saya memutuskan untuk meninggal di sana saja, tetapi istri saya bersikeras agar kami pergi.”

Saat air terus naik, adik laki-laki Nurdin meminta bantuan tetangga pasangan itu.

Saat tetangga Nurdin tiba sekitar pukul 4 pagi pada hari Rabu untuk membawa mereka ke tempat aman, air sudah setinggi dada.

“Saat saya digendong, kami terseret arus air yang deras, yang membuat tetangga saya terjatuh, dan kami berdua tercebur ke dalam banjir,” kata Nurdin, 71 tahun, yang, seperti kebanyakan orang Indonesia, hanya menggunakan satu nama.

“Saya mulai tenggelam karena tidak bisa berdiri, dan saya pikir ‘Inilah akhirnya’.”

Nurdin dan istrinya tiba di rumah tetangga mereka tanpa cedera, tetapi hujan deras segera membuat bangunan itu tidak layak huni, memaksa mereka untuk meminta bantuan tentara, yang kemudian mengevakuasi mereka berdua ke masjid setempat dengan menggunakan meja sebagai tandu darurat.

“Tidak ada pakaian di sana, jadi saya hanya perlu memakai sarung,” kata Nurdin. “Saya di sana selama empat hari.”

Di masjid, Nurdin mengatakan bahwa seorang warga Langsa lainnya bercerita kepadanya bahwa ia tinggal di sebelah pemakaman dan telah melihat mayat-mayat muncul dari tanah dan hanyut terbawa banjir.

Nurdin, yang tinggal di rumah saudaranya sejak banjir surut, belum kembali ke rumahnya. Namun, saudaranya mengatakan bahwa hampir semuanya telah hilang ketika ia mengunjungi lokasi kejadian.

“Mungkin sekitar 1 persen barang-barang saya masih bisa diselamatkan. Semua barang di dapur hilang, dan kulkas saya hancur,” kata Nurdin.

“Lemari pakaian saya copot pintunya, dan semua pakaian terendam air dan lumpur. Lumpur di depan rumah saya masih setinggi sekitar setengah meter.”

Banjir di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, dan Malaysia telah menewaskan lebih dari 1.140 orang selama seminggu terakhir, menyusul cuaca ekstrem yang disebabkan oleh tiga siklon tropis.

Setidaknya 631 orang telah tewas di Indonesia saja.

Dengan banyaknya wilayah di Pulau Sumatra yang masih sulit diakses, jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat.

Banyak wilayah di pulau ini tertimbun tanah longsor, menyusul banjir bandang yang membuat jalan-jalan tidak dapat dilalui dan menghambat upaya pencarian dan penyelamatan.

SUMBER: AL JAZEERA
EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K