ZONASATUNEWS.COM—Mengapa keadilan sosial sulit terwujud? Ternyata karena adanya kekuatan modal dan kapital dari segelintir orang untuk mengontrol dan menguasai kekuasaan.
“Inilah yang belakangan sering disebut dengan istilah Oligarki,” kata Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti saat menjadi keynote speaker pada Rakernas ke-14 Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia 9BEM SI), Senin (27/9/2021)
Mengapa ini bisa terjadi? Menurut LaNyalla, karena dibuka peluang untuk terjadinya dominasi segelintir orang yang memiliki modal untuk menguasai dan menguras kekayaan negara ini. Padahal cita-cita para pendiri bangsa sama sekali bukan itu. Para pendiri bangsa kita sangat sadar dengan trauma ratusan tahun di bawah Era Kolonialisme Penjajah.
“Sehingga mereka melahirkan sistem ekonomi yang dikelola dengan Azas Kekeluargaan atau kita kenal dengan Sistem Ekonomi Pancasila. Yang kemudian dituangkan dalam Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945,” kata LaNyalla didepan mahasiswa.
Naskah Asli, yang terdiri dari 3 Ayat. Dimana dimaksudkan, kekayaan Sumber Daya Alam negeri ini harus dikelola dengan prinsip kekeluargaan dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dan Negara harus hadir untuk memastikan itu. Caranya dengan memisahkan dengan jelas antara Koperasi atau Usaha Rakyat, BUMN dan Swasta. Namun tetap berada di dalam stuktur bangunan ekonomi Indonesia.
Artinya kalau dianalogikan, ekonomi Indonesia itu seperti kapal yang dirancang dengan tiga Palka, yaitu; Koperasi, BUMN dan Swasta. Dengan tiga Palka itu, artinya seandainya kapal bocor, tidak sampai tenggelam.
“Misalnya, palka BUMN bocor, masih ada Swasta dan Koperasi. Kebocoran itu hanya berputar-putar di BUMN saja. Alias tidak berdampak kepada Swasta dan Koperasi. Andaikan palka BUMN dan Swasta bocor, masih ada Koperasi, yang tetap solid menjaga kapal tetap stabil,”ungkapnya memberi contoh.
Demikian pula bagi rakyat yang tidak punya akses modal dan teknologi, Negara wajib hadir memberikan ruang Koperasi sebagai alat
perjuangan ekonomi rakyat. Mereka diberi hak mengorganisir dirinya sendiri untuk mendapatkan keadilan ekonomi. Negara menjaga dengan pasti agar BUMN dan Swasta yang punya modal dan teknologi tidak masuk ke ruang itu.
Sebagai contoh. Kalau ada wilayah tambang yang bisa dikerjakan rakyat secara teroganisir melaui Koperasi, maka BUMN dan Swasta tidak boleh masuk. Begitu pula dengan sektor-sektor yang lain. Apakah pertanian atau perikanan dan perkebunan. Selama rakyat melalui Koperasi mampu mengelola, Negara harus mejamin. Bahkan Negara harus membantu akses permodalan dan teknologi. Atau meminta BUMN sebagai bapak angkat.
“Inilah yang disebut dengan Ekonomi Gotong Royong atau Ekonomi Pancasila. BUMN hanya masuk ke sektor usaha yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Seperti Listrik, Pelabuhan, Transportasi, Telekomunikasi, Air Bersih dan lainnya. BUMN harus bertugas di sektor yang membutuhkan Hi-Teknologi, sekaligus beresiko tinggi. BUMN boleh saja bermitra dengan swasta atau asing. Tetapi kendali utama tetap berada di BUMN. Sebab sektor-sektor itu tidak boleh diserahkan kepada mekanisme pasar melalui Swasta, apalagi Asing,”tegas LaNyalla.
Begitulah pemikiran luhur para pendiri bangsa kita dalam merancang Indonesia masa depan, dengan tujuan agar Indonesia sampai kepada tujuan hakiki lahirnya bangsa ini, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
“Karena itulah, saya datang ke kampus-kampus untuk menggugah kesadaran publik. Untuk memantik pemikiran kaum terdidik dan para cendekiawan agar terbangun dalam suasana kebatinan yang sama, yaitu untuk memikirkan bagaimana Indonesia ke depan lebih baik. Bagaimana Indonesia bisa menjadi negara seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa ini. Bukan negara dengan mazhab kapitalisme liberal,” katanya.
EDITOR : REYNA
Related Posts

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Mengapa OTT Kepala Daerah Tak Pernah Usai?

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Jejak Kekuatan Riza Chalid: Mengapa Tersangka “Godfather Migas” Itu Masih Sulit Ditangkap?

Penjara Bukan Tempat Para Aktifis

FTA Mengaku Kecewa Dengan Komposisi Komite Reformasi Yang Tidak Seimbang

Keadaan Seperti Api Dalam Sekam.

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah



เว็บหวยดีOctober 26, 2024 at 5:43 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/nasional/didepan-rakernas-ke-14-bem-si-2-lanyalla-oligarki-penyebab-keadilan-sosial-sulit-terwujud/ […]
ข้อดีของการเลือกเดิมพัน ราคาบอล แฮนดิแคปNovember 11, 2024 at 6:46 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/nasional/didepan-rakernas-ke-14-bem-si-2-lanyalla-oligarki-penyebab-keadilan-sosial-sulit-terwujud/ […]
Interior Paint in Cedar ParkFebruary 10, 2025 at 8:42 pm
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/nasional/didepan-rakernas-ke-14-bem-si-2-lanyalla-oligarki-penyebab-keadilan-sosial-sulit-terwujud/ […]