Tantangan Dalam Melakukan Gerakan Perubahan di Era Informasi

Tantangan Dalam Melakukan Gerakan Perubahan di Era Informasi
M Hatta Taliwang

Oleh : M.Hatta Taliwang
(Aktivis/ Anggota DPR / MPR RI 1999-2004/S3 FISIP UNAS)

 

Banyak kalangan risau, gelisah,kesal atas kondisi bangsa. Perilaku elit pemimpin di eksekutif, legislatif dan yudikatif memuakkan. Terjadi krisis kepercayaan yg luas antara lain karena korupsi rezim ini diketahui oleh masyarakat sampai lapis terbawah. Banyak yg geram bahkan berpikir bagaimana mengakhiri rezim korup ini sekarang juga. Karena mereka yakin lewat Pemilu pun tdk akan ada harapan. Istilah teman teman aktifis, Pemilu cuma akan merubah monyet jadi kera.Maka berkumandanglah suara suara ingin menggelorakan revolusi. Karena syarat syarat obyektif sebuah perubahan dianggap sdh lebih dari cukup. Tinggal syarat subyektifnya.

Untk perubahan besar di Indonesia sekarang mesti ketemu 5 hal secara simultan :
1. Ekonomi yg memburuk hingga terjadi kelaparan dan rakyat marah serentak.Kelas menengah tak mampu menggaji karyawannya.

2. Didalam kekuasaan terjadi cakar2an dahsyat yg sulit utk damai. Pokoknya to be or not to be saling hajar.

3. Oposisi sudah solid dalam satu barisan, satu isu dan satu kepemimpinan dan siap menggebrak serentak meluluh lantakkan kejahatan rezim

4. Kekuatan besar asing( Kapitalis Global) ada yg gerah dg rezim karena kepentingannya dirugikan dan siap support perubahan disamping mereka juga punya hidden agenda.

5. Ada celah perubahan Kepemimpinan karena UUD nya memungkinkan.

Silahkan evaluasi sendiri apakah sikonnya atau variabelnya sdh terpenuhi.

Situasi era 2000an ini sejak teknologi komunikasi dan informasi makin canggih telah banyak merubah prilaku dan sikap masyarakat atas berbagai isu.Tidak mudah lagi menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi untuk sebuah gerakan perubahan, seperti yg dilakukan di era kejatuhan / penjatuhan Soekarno, Soeharto hingga Gus Dur. Mengapa ? Hemat kami ada beberapa faktor

Pertama, SULIT FOKUS. Info yg mengalir deras menyerbu ruang publik melalui alat2 komunikasi (TV,Radio,BB,Facebook, HP dll) membuat para organisator perubahan sulit mengkonsolidasi kekuatan. Sebagian besar asyik dg “mainannya” sendiri. Apa yg dianggap penting oleh tokoh gerakan perubahan belum tentu penting dimata mayoritas masyarakat.Belum tuntas membahas sebuah issu tahu tahu sdh muncul issu baru.

KEDUA, Masyarakat Jenuh,Lelah dg Kegaduhan. Karena bertubi tubi isu menyerbu ruang publik, banyak wacana sepi solusi, maka banyak orang jadi apatis. Mereka lelah dg kegaduhan, keributan sehingga banyak yang jadi kebal alias immun nurani dan batinnya atas fakta fakta yg terjadi. Seburuk apapun fakta itu paling paling sejenak mereka mengelus dada setelah itu mereka lupakan. Tak terpikir cara untuk menghadapi atau melawan keburukan2 di masyarakat. Memang terjadi perlawanan sporadis tp tidak mengubah keadaan secara substansi.Pada umumnya masyarakat makin permissif, nafsi nafsi, individualis dan mencari jalan masing masing.

KETIGA, Setiap Orang Merasa Tokoh.Teknologi informasi komunikasi modern membuat setiap orang merasa menjadi cepat cerdas. Tidak lagi tergantung pada seorang figur yg dulu didewakan karena ilmu pengetahuannya. Sekarang orang bisa belajar sendiri, mencari info sendiri. Terjadi otonomi dlm dirinya. Sehingga tdk mudah untuk patuh begitu saja pada mereka yg disebut guru, tokoh, pemimpin dll. Meskipun sebenarnya kemampuan pengetahuan, skill dan attitudenya msh terbatas namun ybs merasa setara dg tokoh tokoh. Karena itu tdk mudah menjadi “pengikut” sebuah gerakan.

KEEMPAT, Kaburnya nilai dan ideologi yang diperjuangkan. Dlm masyarakat yg makin liberal dan kapitalistik ini hampir semua nilai, norma dan ideologi diperdebatkan.Sehingga hampir semua menjadi relatif. Bangsa seolah berjalan tanpa tuntunan keyakinan dan ideologi. Bangsa berjalan menurut tafsir masing masing. Bahkan dlm kasus Pancasila sebagai ideologi saja terjadi pelecehan. Nilai2 nasionalisme dipandang kuno dan hrs dicampakkan dan diganti dg faham internasionalisme,neoliberalisme, globalisme dll.

KELIMA, Tak ada tawaran solusi yang disepakati. Dalam menghadapi situasi yg penuh kebobrokan itu bukannya tak ada tawaran solusi. Secara umum ada yg meminta perbaikan SISTEM. Ada yg ingin kembali ke UUD45 Asli, ada yang mau amandemen,ada yg mau via Pemerintahan Transisi, bahkan ada yg mengusulkan revolusi atau kudeta. dll. Tapi bagaimana caranya? Tak satu kelompokpun yg bisa menjabarkan apalagi untuk implementasi. Salah satunya karena tak ada kepemimpinan/tokoh yg diterima semua pihak.Pemimpin yg muncul dipandang publik “bermasalah” semua.Tidak menimbulkan trust yg luas.

KEENAM , Media Massa Utama tidak pro kepentingan rakyat. Mencari media massa utama(TV, Koran) yg sungguh sungguh membela kpentingan rakyat tidaklah mudah ditengah penguasaan para kapitalis atas media tersebut sehingga agak sulit membawa agenda perubahan secara substantif utk disosialisasikan.

KETUJUH, Meredupnya peranan kampus sebagai agen perubahan.Kampus kampus utama sekarang telah menjadi elitis dan tak ubahnya dunia usaha. Rektor dan dosen sibuk dg proyek proyek yg tdk jelas hubungannya dg perjuangan membela rakyat banyak.Mimpi tentang intelektual organik atau intelektual petarung makin suram. Terlalu panjang kisah sedih yg hrs ditulis soal peranan kaum intelektual dewasa ini.

KEDELAPAN , Tumbuh suburnya budaya transaksional dalam hampir semua hal. Hanya sedikit tokoh baik yg tua maupun muda yg tidak terlibat dlm budaya transaksional dlm memecahkan suatu masalah. Bahkan masalah ideologis dan strategis pun bisa ditransakksikan. Kelompok statusquo pun tdk luput memanfaatkan cara cara ini untuk melumpuhkan gerakan.

KESEMBILAN , sebusuk apapun rezim ini karena anak kandung kesayangan neoliberalisme, maka MAJIKANNYA pasti selalu berupaya untuk menyelamatkan sekaligus memerasnya, yg berujung rakyat makin menderita.

KESEPULUH , Kalau diPETAkan secara SOSIOPOLITIS RAKYAT BERKAITAN DENGAN GERAKAN PERUBAHAN sbb :

KAUM ELIT : Masing2 menyandang masalah(skandal century,skandal BLBI, kasus pajak, kasus pemilu/ pilpres ,korupsi, skandal moral, kasus HAM, sejarah hidup yg gelap dll) sehingga terlalu berat beban dosa. Akibatnya tak mampu brsikap tegas dan tdk dpt memihak rakyat. Sulit diajak berjuang .Saling sandera menyandera.Resisten thdp prubahan.Tapi bila ada keretakan serius di elit,itu benih2 perubahan.

KAUM MENENGAH : Tidak banyak yg peduli,hedonis,tergantung,tdk otonom,oportunis dll. Akibatnya seperti kerbau tak tahan panas cepat cari pohon rindang untuk berkubang dan memamah biak.Hanya segelintir yg mau berjuang serius utk PERUBAHAN.

RAKYAT BAWAH :Sebagian terkena STOCKHOLM SYNDROME(Korban penyanderaan yg mencintai penyanderanya).Ketika kesulitan di era Soekarno dan Soeharto bilangnya lebih enak zaman Belanda. Ketika kesulitan di era Sby bilangnya lbh enak di era Soeharto. Ketika kesulitan diera Jokowi bilangnya lbh enak di era Sby.

Mereka sangat lentur atas berbagai penindasan, mudah putus harapan dan pasrah.HANYA YG SADAR /TERCERAHKAN YG BISA DIAJAK BERJUANG.

KESEBELAS, Makin beratnya beban hidup. Kaum pergerakan yg idealis umumnya hidupnya sulit. Orang orang yg punya niat baik untuk bangsa ini rata rata ekonominya kurang baik. Dlm sistem masyarakat yg penuh mafia maka kaum yg berjuang untuk kebaikan lahannya makin sempit. Untuk berkumpul, konsolidasi dll sering menjadi beban tersendiri yg membuat para aktifis memilih “ngoceh” via BBM, WA, Twitter, FB dll. Tapi klo diajak kopi darat rata rata bungkam atau sepi tanggapan .Antara lain karena msh sibuk “cari rezeki”, selamatkan diri/keluarga, biaya tranportasi,biaya kumpul dll.

KEDUA BELAS, UUD 2002 yang mengatur IMPEACHMENT Presiden sangat rumit dan tidak mudah ditembus. Menghabiskan waktu banyak.

Dengan beberapa faktor tsb diatas maka memang tidk mudah melakukan gerakan perubahan.Meskipun demikian bukan berarti tdk mungkin.

Perubahan adalah hukum sosial, cuma caranya berbeda dalam setiap zaman. Pembusukan terhadap rezim ini terus berlangsung, pasti akan sampai titik nadir dan itulah saatnya perubahan akan terjadi.Perubahan dg cara “versi baru”. Namun seperti sejarawan Arnold Toynbee katakan : Perubahan selalu dimulai oleh MINORITAS KREATIF.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K