Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
“Undat-undat” itu dalam bahasa Jawa yang bermakna mengungkit-ungkit kembali suatu pemberian atau bantuan kepada orang lain agar orang atau pihak yang dibantu itu atau orang lain tahu dan menyadari bahwa keberhasilannya selama ini dalam kehidupannya misalkan bisa memiliki rumah, bisa kuliah dsb itu semuanya “karena peran saya”, “karena bantuan saya”, “sayalah yang membuat kamu menjadi orang seperti sekarang”; “kalau tidak karena saya mana bisa kamu berhasil sekarang” dsb. Tentu “undat-undat” itu adalah tindakan yang tak terpuji karena semua tindakan membantu orang lain itu dilakukan dengan pamrih atau tanpa ketulusan atau keikhlasan; juga bisa bermakna “karena akulah semua kemajuan ini”.
Lalu muncul pembicaraan di berbagai media bahwa pemerintah lewat Menteri Komunikasi dan Informatika mengakui telah menggelontorkan milyaran rupiah untuk memoles cita pak Jokowi. Upaya memoles citra ini lewat penetrasi media.
Diberitakan bahwa pemerintah membantah adanya upaya kampanye—baik melalui media massa maupun media sosial—untuk ‘memoles citra’ Presiden Joko Widodo di akhir masa jabatannya. Namun hal ini bertolak belakang dengan pengakuan sejumlah media bahwa pemerintah menawarkan ratusan juta hingga miliaran rupiah untuk menulis berita kesuksesan pemerintah Jokowi. Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Prabu Revolusi, mengaku setiap kerja sama antara pemerintah dengan media terkait pemberitaan pasti melewati surat menyurat atau dengan dokumen resmi. ”Jika memang ditawari, coba ada suratnya enggak? Tidak mungkin Kominfo membuat kerja sama tanpa dokumen, ini good corporate governance yang kami jaga. Saya mau tahu malahan, karena selama saya ada di Kominfo enggak pernah ada penawaran miliaran rupiah sama media,” kata Prabu saat dihubungi BBC News Indonesia, Senin (14/10).
Walau demikian, Prabu mengakui bahwa memang ada kerja sama antara pemerintah dan sejumlah media untuk mensosialisasikan beragam capaian pemerintah ke publik. Hal itu sudah terjalin sejak lama dan terdokumentasi.
Pernyataan itu berbeda dengan keterangan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Setri Yasra. Dia mengungkapkan pihaknya sempat mendapat tawaran kontrak kerja sama pemberitaan yang berisi klaim keberhasilan Jokowi dari Kemenkominfo, namun dia enggan mengungkapkan detail tawaran itu.
Sepengetahuan saya, kalau berita tentang upaya pemerintah melakukan upaya “memoles” citra pak Jokowi itu – maka nampaknya pak Jokowi merupakan satu-satunya presiden di negeri ini melakukan pencitraan “kebaikan-kebaikan” dia selama menjabat sebagai presiden. Sebab para presiden sebelumnya tidak melakukan hal yang sama dengan menggunakan uang negara untuk “membaik-baikan” kinerjanya, reputasinya untuk mengabdi kepada tanah air.
Memang menjelang lengsernya pak Jokowi muncul banyak baliho, poster yang bertemakan “Terima Kasih Pak Jokowi” atas “kebaikannya” kepada rakyat selama ini. Baliho yang memiliki latar belakang warna biru itu terdapat tulisan Alap-Alap Jokowi di bagian atas. Sementara di bawahnya terlihat tulisan “Terima kasih Pak Jokowi & Bu Iriana. Teruslah menjadi Guru Bangsa. Doa kami selalu…”. Ada yang mengkritik konten Baliho itu di berbagai sosial media karena dianggap tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, misalkan kemiskinan masih ada dsb.
Ada yang bertanya-tanya apakah upaya memoles citra pak Jokowi itu agar rakyat tidak lupa jasa – jasanya kepada bangsa ini, atau adanya kekhawatiran (ketakutan) bahwa rakyat melupakan kinerjanya yang bagus selama dia memimpin negara.
Tapi saya sih husnudzon atau berbaik sangka saja terhadap upaya pak Jokowi menampilkan informasi tentang kinerjanya selama menjabat sebagai presiden kepada rakyat, atau itu merupakan pertanggung jawabannya kepada rakyat yang telah memberikan mandat sebagai pemimpin negara; dan bukan sebagai kegiatan yang bernuansa “Undat-Undat”.
Wallahu alam.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila

Jokowi Dan Polisi Potret Gagalnya Reformasi




No Responses