Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Pemilihan presiden Amerika Serikat tinggal beberapa hari saja dan karena itu kedua calon presiden Donald Trump dari partai Republik dan Kamala Harris dari partai Demokrat sedang gencar-gencarnya melakukan kampanye di beberapa negara bagian penting yang disebut dengan battleground states atau negara bagian medan pertempuran atau pertarungan. Seperti diketahui kedua capres itu berhadapan dalam kontes presiden – pemilihan yang akan diputuskan oleh Electoral College. Sistem ini memberikan suara Electoral College ke setiap negara bagian berdasarkan jumlah anggota Kongres yang mewakili negara bagian itu. Pemenangnya membutuhkan 270 suara elektoral untuk mengamankan kursi kepresidenan.
Karena sistem Electoral College, sejumlah kecil negara bagian dianggap sebagai negara bagian medan pertempuran, lokasi yang cukup kompetitif sehingga Harris atau Trump harus bisa menang di sana. Beberapa battleground states itu antara lain Arizona, Georgia, Michigan, Nebraska, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, Wisconsin.
Pada pilpres AS ini nampaknya rakyat Amerika Serikat menjadi “polarized and fragmented” atau terpolarisasi dan terpecah belah akan isu-isu nasional dan internasional penting misalnya tingkat inflasi yang tinggi, berubahnya kondisi geopolitik global, naiknya harga-harga kebutuhan pokok, banjirnya jutaan imigran gelap masuk Amerika Serikat, banyaknya masyarakat yang menjadi gelandangan karena sulitnya ekonomi negara, keterlibatan Amerika Serikat di perang yang meilbatkan Ukraina melawan Rusia dan Israel melawan faksi perlawanan Hamas di Gaza Palestina serta perang Israel di Lebanon. Belum lagi kekhawatiran dunia perang di Timur Tengah itu akan meluas melibatkan Iran, Siria, Iraq dan Yaman.
Ditengah isu-isu penting diatas, rakyat pemilih Amerika Serikat juga terpecah akibat ulah para pemimpin mereka yang saling melontarkan kalimat-kalimat yang tidak pantas. Misalnya hanya enam hari sebelum pemilihan tanggal 5 November dan sehari setelah Presiden Biden menyebut pendukung Trump sebagai “sampah”, Mantan Presiden Donald Trump berbicara kepada beberapa ribu pendukung di Green Bay, Wisconsin, menyindir balik Biden sambil mengenakan rompi pekerja sampah dengan rompi yang jelas dilihat. Trump menjelaskan bahwa keputusannya untuk tiba di rapat umum dengan truk sampah, mengenakan rompi sampah, dibuat mendadak. Dia bercanda bahwa rompi itu membuatnya terlihat lebih kurus dan menyindir bahwa rompi itu bisa menjadi bagian dari pakaian sehari-harinya.
“Minggu ini Kamala telah membandingkan lawan politiknya dengan pembunuh massal paling jahat dalam sejarah dan sekarang berbicara tentang panggilan untuk kampanyenya tadi malam Joe Biden mengatakan apa yang sebenarnya dia dan Kamala pikirkan tentang pendukung kami, dia menyebut mereka ‘sampah,'” katanya. Merujuk pada komentar Hillary Clinton pada 2016 yang menyebut pendukungnya “menyedihkan,”
“Tanggapan saya terhadap Joe dan Kamala sangat sederhana: Anda tidak dapat memimpin Amerika jika Anda tidak mencintai orang Amerika, itu benar. Anda tidak bisa menjadi presiden jika Anda membenci rakyat Amerika, yang saya yakini mereka lakukan, dan Kamala Harris tidak layak menjadi presiden Amerika Serikat,” katanya. Sebaliknya kubu Donald Trump menyebut Joe Biden sebagai “Joe yang ngantuk” atau sleepy Joe, dan menyebut Kamala Harris yang tidak punya anak.
Pemilih Amerika Serikat tidak hanya terpecah karena soal ideologi atau isu-isu penting nasional maupun internasional, namun juga karena sebutan-sebutan kasar itu.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila

Jokowi Dan Polisi Potret Gagalnya Reformasi

Off The Record



No Responses