Oleh: Muhammad Chirzin
Ramadhan tahun ini memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan Ramadhan tahun-tahun yang telah lalu. Salah satunya, tanggal 1 Ramadhan 1446 H bertepatan dengan 1 Maret 2025 M. Segera bermunculan di grup-grup WA tahniah menyambut datangnya Ramadhan dan pesan-pesan mencerahkan lainnya.
Marhaban ya Ramadhan… Alhamdulillah, seiring datangnya bulan suci Ramadhan al-mubarak 1446 H, kami sekeluarga menghaturkan permohonan maaf atas segala khilaf dan dosa, semoga kita semua diperkenankan Allah swt untuk melaksanakan ibadah puasa sebaik mungkin.
Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka siapa yang memaafkan dan berbuat baik pahalanya dijamin oleh Allah. Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS Asy-Syura/42:40)
Doa memasuki bulan baru Ramadhan, “Allahumma ahillahu ‘alaina bilyumni wal imani was-salamati wal-islam, rabbi wa rabbuka Allah – Ya Allah, pertemukanlah kami dengan hilal baru Ramadhan dengan penuh keberkahan, dengan teguh keimanan, keselamatan, dan penuh kedamaian. Tuhanku dan Tuhanmu adalan Allah…”
Tanggal 1 Ramadhan 1446 H bertepatan dengan 1 Maret 2025 M. Agak alot sidangnya. Semua narasumber ahli dari berbagai lembaga dan perapektif metodologis (ada 29 metode) memang cenderung 1 Ramadhan jatuh pada 1 Maret, tapi belum ada saksi yang melihat hilal di barat pulau We, Aceh. Injury time, alhamdulillah ada 2 saksi tersumpah yang melihat hilal. 29 metode vs 1 metode hilal.
Mayoritas umat Islam Indonesia memulai puasa pada 1 Maret 2025. Ini memberikan kemudahan bagi berbagai pihak berkenaan dengan pembuatan jadwal petugas tarawih, kuliah subuh maupun buka bersama.
Bila Takmir Masjid menjadwalkan kuliah subuh tanggal 5 Ramadhan, tentu maksudnya tanggal 5 Maret. Bilamana kelompok Dasawisma mendapat giliran menyediakan konsumsi berbuka tanggal 10 Maret, misalnya, itu berarti tanggal 10 Ramadhan. Begitu seterusnya.
Penulis mendapat jadwal pengajian menjelang berbuka puasa di Masjid Kagungan Dalem Wiworotomo Kotagede Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat Perumahan Griya Wirokerten Indah Banguntapan Bantul secara istimewa, karena empat kali Selasa di bulan Ramadhan. Untuk itu penulis menyiapkan catatan bertema: (1) Gusti ora sare; (2) amanat dalam Al-Quran; (3) pasangan surat dalam Al-Quran, dan (4) memadukan iman-ilmu-amal di bulan Ramadhan.
Penulis berkesempatan mengisi kultum menjelang shalat tarawih di Masjid Syuhada Yogyakarta Senin, 17 Maret 2025 yang bertepatan dengan 17 Ramadhan 1446. Masyarakat msulim Indonesia biasa memperingati peristiwa turunnya Al-Quran, Nuzulul Quran, pada tanggal tersebut. Untuk itu penulis menyajikan topik mengagungkan Al-Quran.
Resep membaca Al-Quran itu empat lengkap lima sempurna: (1) membaca nash ayat-ayat Al-Quran; (2) membaca terjemahnya; (3) memahami maksudnya dengan membaca tafsir ulama; (4) mengamalkannya. Sempurnanya dengan Langkah kelima: mengajarkannya.
Di era medsos kini setiap orang bisa mengajarkan Al-Quran kepada siapa saja dengan mengunggah kutipan Al-Quran beserta terjemahnya walaupun cuma satu ayat saja. Allah swt berpesan dalam Al-Quran,
Ini adalah sebuah Kitab, Kami turunkan kepadamu, penuh berkah, supaya mereka dapat merenungkan dan supaya ingat orang-orang yang arif. (QS Shad/38:29)
Tidakkah mereka mau merenungkan Al-Qur`an? Ataukah hati mereka sudah terkunci mati? (QS Muhammad/47:24)
Al-Quran adalah dunia di mana muslim hidup. Ayat-ayat Al-Quran bagaikan intan. Setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dari apa yang terpancar dari sudut-sudut yang lain. Tidak mustahil, jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat. Demikian, kata Abdullah Darraz.
Tak seorang pun dalam Islam yang mengklaim sebagai otoritas atas dan penjaga pemahaman yang tepat mengenai Al-Quran. Seluruh umat Islam bertanggung jawab terhadap pengabadian, pengembangan pemahaman, dan implementasi ideal-ideal Al-Quran.
Al-Quran memiliki keampuhan bahasa yang tak tertandingi, lebih dari sekadar bentuk atau gayanya, tapi juga karena isi pesan yang dikandungnya. Kekuatan penggerak bahasa Al-Quran terletak pada keampuhannya menghadirkan ide-ide ketuhanan, kemanusiaan dan wawasan kosmik yang sulit diingkari kebenarannya oleh nalar sehat dan hati yang jernih dan terbuka.
Al-Quran adalah lautan tak bertepi; sumur tanpa dasar. Ia memenuhi keingintahuan segala lapisan kalangan manusia, baik awam, menengah, maupun khawas. Rasulullah saw berpesan kepada umatnya agar berpegang teguh pada Al-Quran, karena bimbingannya akan memuaskan dahaga siapa saja dan tak akan kering ditimba sampai kapan saja.
Al-Quran ibarat seuntai kalung yang terdiri atas 114 butir mutiara (surat). Masing-masing butir memiliki kilauannya tersendiri, tetapi membentuk satu kesatuan yang serasi. Demikian padunya butir-butir mutiara Al-Quran itu sehingga tak tampak lagi mana ujung dan pangkalnya, mana permulaan dan mana akhirnya. Bahkan tak mengapa bila seseorang membaca Al-Quran mulai mulai bagian paling akhirnya.
Al-Quran mengandung munasabah (keserasian) tiada tara. Antara satu surat dengan surat berikutnya terdapat hubungan demikian erat, walaupun surat-surat itu tidak turun berurutan. Demikian pula ayat-ayatnya yang kadang-kadang tampak tidak berhubungan satu dengan yang lain. Enam ribu sekian ayat Al-Quran terhubung satu dengan yang lain seperti dalam gambar anatomi Al-Quran.
Para ulama sepakat bahwa Al-Quran saling menjelaskan ayat-ayatnya satu dengan yang lain. Wajar bila ayat yang turun belakangan memperjelas maksud ayat terdahulu, akan tetapi boleh jadi ayat yang turun terdahulu memperjelas maksud ayat yang turun kemudian. Begitu pula dari sisi letaknya. Sebagian dari ayat-ayat yang terletak di belakang menjelaskan ayat-ayat yang di depan, dan ayat-ayat yang di depan memperjelas maksud ayat-ayat yang di belakang.
Surat pertama, Al-Fatihah, dibuka dengan pujian kepada Allah swt dan ditutup dengan permohonan petunjuk jalan yang lurus kepada-Nya.
Pembukaan surat kedua, Al-Baqarah, menegaskan bahwa Al-Quran adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan menutupnya dengan menegaskan bahwa Allah swt tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.
Surat ketiga, Ali Imran, dibuka dengan deklarasi bahwa Allah swt tiada Tuhan selain Dia, dan ditutup dengan perintah untuk bertakwa kepada-Nya. Sedangkan awal surat keempat, An-Nisa` dibuka dengan perintah untuk bertakwa kepada Allah swt pula.
Surat Adh-Dhuha (93) beriringan dengan surat Al-Insyirah (94). Keduanya mengandung pesan tentang pengalaman eksistensial Nabi Muhammad saw dan umatnya. Bila seseorang membaca surat Adh-Dhuha, ia akan memperoleh tambahan pemahaman tentang pesan surat tersebut dengan membaca surat berikutnya, yakni Al-Insyirah. Demikian pula sebaliknya. Bila seseorang membaca surat Al-Insyirah, ia akan memperoleh tambahan pemahaman tentang pesan surat tersebut dengan membaca surat sebelumnya, yakni Adh-Dhuha.
Surat At-Tin (95) membicarakan tentang manusia sebagai makhluk ciptaan terbaik; orang-orang beriman dan beramal kebaikan akan memperoleh imbalan tak terhingga. Surat Al-‘Ashr (103) menegaskan bahwa status manusia adalah rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal kebaikan. Kedua surat tersebut, walaupun berjauhan dari segi letak dan urutan turunnya, tetapi saling menjelaskan satu dengan yang lain.
Surat Az-Zalzalah (99) dan Al-Qari’ah (101) keduanya mengungkapkan gambaran tentang peristiwa hari kiamat dan akhir perjalanan di sana dengan segala imbalan yang menggembirakan dan balasan yang memilukan. Zalzalah artinya guncangan, sedangkan qari’ah artinya malapetaka besar. Penutup az-Zalzalah (7-8): Siapa yang mengerjakan amal kebaikan seberat zarah pun, ia akan melihatnya! Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, ia akan melihatnya. Penutup al-Qari’ah (6-9): Maka siapa yang timbangan amal kebaikannya berat, akan hidup bahagia. Tetapi siapa yang timbangan amal kebaikannya ringan, maka tempat tinggalnya lubang yang paling dalam.
Al-Quran berpesan agar manusia mengembara di bumi.
Katakanlah, “Jelajahilah bumi ini kemudian lihatlah bagaimana akibat orang yang mendustakan kebenaran.” (QS Al-An’am/6:11)
Katakanlah, “Jelajahilah bumi ini dan lihatlah bagaimana kesudahan para pelaku dosa.” (QS An-Naml/27:69)
Katakanlah, “Mengembaralah kamu di muka bumi, dan saksikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan, kemudian Allah mewujudkan ciptaan berikutnya. Sungguh Allah Mahakuasa atas segalanya.” (QS Al-‘Ankabut/29:20)
Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan segala yang di langit dan di bumi.
Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda kebesaran Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. (QS Yunus/10:101)
Sungguh pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, pelayaran kapal-kapal di lautan dengan segala yang bermanfaat bagi manusia, hujan diturunkan Allah dari langit, serta dihidupkan-Nya bumi setelah mati, pada binatang-binatangdari segala jenis yang ditebarkan-Nya di seluruh bumi, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh semua itu tanda-tanda kebesaran Allah bagi manusia yang mengerti. (QS Al-Baqarah/2:164)
Kamis, 20 Ramadhan, penulis menyampaikan kultum bakda subuh di
Masjid Mataram Kotagede dengan tema amanat dalam Al-Quran. Allah swt berfirman tentang amanat antara lain (ditulis artinya) sebagai berikut.
Sungguh, Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikulnya, khawatir mengkhianatinya, dan amanat itu dipikul manusia. Sungguh manusia amat zalim dan bodoh. (QS Al-Ahzab/33:72)
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan jangan pula mengkhianati amanat kamu, sedang kamu tahu. (QS Al-Anfa/8:27)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan bila menetapkan hukum di antara manusia tetapkanlah dengan adil. Allah mengajarankan kepadamu yang terbaik. Sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS An-Nisa`/4:58)
Masjid Mataram Kotagede dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613 – 1645 M). Pada tahun 1628 Sultan Agung dan pasukan Mataram menyerbu Belanda di Batavia. Tahap awal serangan melawan Batavia mengalami kesulitan, karena kurangnya dukungan logistik. Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya, 1629, dengan 14.000 orang prajurit.
Jamaah Masjid Mataram Kotagede dan kita semua diharapkan mewarisi semangat perjuangan Sultan Agung melawan penjajah.
*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga, dan Dosen Kajian Al-Quran S3 UMY, UAD, dan UNIDA Gontor.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Mengapa OTT Kepala Daerah Tak Pernah Usai?

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Jejak Kekuatan Riza Chalid: Mengapa Tersangka “Godfather Migas” Itu Masih Sulit Ditangkap?

Penjara Bukan Tempat Para Aktifis

FTA Mengaku Kecewa Dengan Komposisi Komite Reformasi Yang Tidak Seimbang

Keadaan Seperti Api Dalam Sekam.

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah



No Responses