Oleh: Budi Puryanto
Fajar baru saja menyingsing di Jakarta, tapi Istana Negara belum beristirahat sejak malam pengepungan gagal. Di ruang rapat tertutup, Presiden Pradipa berdiri di depan jendela, memandang halaman istana yang basah oleh hujan malam.
“Gema lolos, dan lebih buruknya lagi, ia tidak lolos sendirian,” katanya tanpa menoleh.
Kepala Staf berdiri kaku.
“Benar, Pak. Konfirmasi terakhir dari Seno menunjukkan ada keterlibatan pihak ketiga. Indikasi kuat—mereka adalah sisa Unit Garuda Hitam.”
Pradipa menarik napas panjang.
“Garuda Hitam… bayangan rezim lama. Kita pernah percaya mereka sudah hilang. Ternyata mereka hanya menunggu saatnya kembali.”
Panglima TNI menambahkan dengan suara rendah.
“Kalau benar itu mereka, artinya kita menghadapi jaringan yang punya disiplin militer, dana gelap, dan jaringan intelijen. Aparat reguler tidak akan cukup.”
Pradipa berbalik, tatapannya tajam.
“Kalau begitu kita juga harus melawan dengan cara yang tidak reguler.”
Unit Rahasia: Operasi Bayangan
Malam harinya, Seno dipanggil ke ruang kerja pribadi Presiden. Lampu temaram, hanya berkas-berkas tebal di atas meja kayu jati.
“Seno,” suara Pradipa berat.
“Kau akan memimpin operasi yang tidak tercatat di dokumen negara, tidak ada jejak anggaran, tidak ada laporan resmi. Kalau berhasil, kau akan jadi pahlawan dalam diam. Kalau gagal, bahkan aku tak bisa menyelamatkanmu.”
Seno menunduk, wajahnya serius.
“Instruksi, Pak?”
Pradipa menyodorkan sebuah map cokelat. Di dalamnya, daftar nama: politisi, pengusaha, dan jenderal tua. Semuanya punya kaitan dengan Garuda Hitam.
“Cari mereka. Potong jalur logistik, rusak jaringan komunikasi, infiltrasi sampai ke inti. Tapi ingat—kita bukan sekadar memburu Gema. Kita harus menghancurkan akar yang menopang dia.”
Seno membuka lembar kedua: peta kota dengan lingkaran merah di beberapa titik rahasia—gudang senjata, rumah aman, hingga markas pelatihan.
“Operasi ini kita sebut Bayangan,” lanjut Pradipa.
“Karena hanya bayangan yang bisa melawan bayangan.”
Markas Garuda Hitam
Sementara itu, jauh di sebuah gudang pelabuhan yang telah disulap menjadi markas rahasia, Gema berdiri di depan meja bundar bersama sosok penyelamatnya—Komandan Bram, eks perwira Garuda Hitam.
“Kau harus paham, Pak Wapres,” kata Bram, suaranya datar.
“Kami bukan lagi pasukan resmi. Kami pasukan gelap. Dan pasukan gelap hidup dari loyalitas, bukan struktur. Jadi kalau ingin kami bergerak, kami perlu bukti bahwa kau benar-benar punya nyali untuk melawan Pradipa sampai habis-habisan.”
Gema menatapnya tajam.
“Aku sudah kehilangan segalanya—Ratna tertangkap, jaringanku hancur. Tapi aku masih punya satu hal: keinginan untuk menjatuhkan dia. Percayalah, tanpa aku, Pradipa bukan siapa-siapa.”
Bram tersenyum tipis.
“Baiklah. Maka kita akan buktikan. Malam ini kita serang jalur suplai istana. Biarkan Pradipa tahu… bahwa bayangan tidak bisa dipenjarakan.”
Pertemuan Rahasia di Senayan
Di sisi lain kota, dua anggota parlemen senior bertemu diam-diam dengan seorang pria berjas hitam. Mereka tahu Gema selamat, dan rumor Garuda Hitam sudah beredar di lingkaran elit.
“Kalau Gema benar bersama Garuda Hitam, maka Pradipa dalam bahaya besar,” bisik salah satunya.
Pria berjas hitam itu menyalakan rokok.
“Atau mungkin sebaliknya—justru Gema yang sedang dijadikan umpan. Kalian pikir Garuda Hitam akan setia padanya? Mereka hanya memakai dia untuk masuk ke panggung.”
Malam itu, Jakarta seolah tenang. Tapi di balik gedung-gedung kaca, dua operasi rahasia mulai bergerak:
Operasi Bayangan milik Presiden Pradipa, dipimpin Seno, dengan misi menghancurkan Garuda Hitam dari dalam.
Kebangkitan Garuda Hitam, yang kini merangkul Wapres Gema sebagai simbol perjuangan melawan rezim.
Kedua kekuatan itu bersiap bertabrakan. Dan di tengahnya, rakyat tak tahu bahwa negara mereka sedang digerogoti perang gelap yang bisa meledak kapan saja.
BERSAMBUNG
EDITOR: REYNA
Baca Juga:
Api Diujung Agustus (Seri 11) – Bayangan Yang Kembali
Api Diujung Agustus (Seri 10) – Penyelamatan Misterius
Api Diujung Agustus (Seri 9) – Bukti Pamungkas
Related Posts

AS berencana mematahkan dominasi Tiongkok atas mineral-mineral penting melalui Afrika

Kekhawatiran atas mineral penting mengancam rantai pasokan global

Redenominasi: Menegakkan Kredibilitas Rupiah

Whoosh Dan Peneguhan Hiprokrasi

H. Iman Irdian Saragih, satu satunya Walikota se-Provinsi Sumatera Utara penerima Penghargaan Insentif Fiskal dari Kementerian Keuangan

Pahlawan Kesiangan

Doa Ziarah Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta

Memaknai Perankingan Kampus di Jagad Multi-polar

Karen Agustiawan: Membongkar “Aksi Kolektif” di Balik Tuduhan Korupsi LNG Pertamina

Jaksa Agung Segera Laksanakan Perintah Presiden Sikat Direksi Bumn Berulah Seperti Raja


Api Diujung Agustus (Seri 13) - Aksi Pertama: Operasi Bayangan - Berita TerbaruSeptember 24, 2025 at 8:28 am
[…] Api Diujung Agustus (Seri 12) – Operasi Bayangan […]