Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis
Di kalangan ilmuwan masih kontroversi, apakah multi semesta atau multiverse benar-benar ada. Meskipun beberapa ilmuwan telah menganalisis data untuk mencari bukti keberadaan alam semesta lain, tidak ada bukti signifikan yang ditemukan secara statistik. Kritikus berpendapat bahwa konsep multiverse kurang dapat diuji. Sebagian ilmuwan lain meyakini multi semesta besar kemungkinan ada, meskipun belum bisa dibuktikan secara saintifik, setidaknya untuk saat ini. Seiring berkembangnya sain kedepan, bukti itu bisa saja akan terungkap.
Namun pembicaraan multiverse (dunia paralel) akhir-akhir ini menjadi ramai karena kemunculan film superhero Dr. Strange in the Multiverse of Madness. Film tersebut mengangkat cerita tentang multiverse dan memicu pembicaraan keberadaan multi semesta.
Multi semesta (multiverse)
Monica Grady profesor ilmu planet dan ruang angkasa di The Open University, menulis artikel yang dimuat bbc.com (versi bahasa Indonesia) pada 26 Maret 2021.
“Banyak kosmolog meyakini bahwa alam semesta mungkin merupakan bagian dari kosmos yang lebih luas, yakni multi-semesta atau multiverse, kondisi di mana banyak alam semesta yang berbeda hidup berdampingan namun tidak berinteraksi,” katanya mengawali tulisannya.
Menurutnya, gagasan multiverse didukung oleh teori inflasi, yaitu gagasan bahwa alam semesta mengembang sangat pesat sebelum berumur 10 ^ -32 detik.(satu per 10 pangkat 32 detik, waktu yang sangat singkat sesat setelah dentuman Big Bang).
Inflasi merupakan teori yang penting karena dapat menjelaskan mengapa alam semesta memiliki bentuk dan struktur yang kita lihat di sekitar kita, saat ini.
“Namun, jika inflasi bisa terjadi sekali, kenapa tidak berkali-kali?,” katanya bertanya.
Kita tahu dari eksperimen, jelasnya lanjut, bahwa fluktuasi kuantum dapat memunculkan pasangan partikel yang tiba-tiba muncul, hanya untuk menghilang beberapa saat kemudian.
“Dan jika fluktuasi seperti itu dapat menghasilkan partikel, mengapa tidak seluruh atom atau alam semesta?,” kata dia.
Telah dikemukakan bahwa selama periode inflasi yang acak, tidak semuanya terjadi pada tingkat yang sama – fluktuasi kuantum dalam ekspansi dapat menghasilkan gelembung yang meledak menjadi alam semesta dengan sendirinya.Sebaliknya, teori multiverse memecahkan misteri sebab memungkinkan alam semesta yang berbeda memiliki hukum fisika yang berbeda juga.
Jadi, menurut Monica Grady, tidak mengherankan, kalau kita kebetulan melihat diri kita sendiri di salah satu dari sedikit alam semesta yang dapat ditinggali.
“Ini semua adalah hipotetis, dan salah satu kritik terbesar dari teori multiverse adalah karena tampaknya tidak ada interaksi antara alam semesta kita dan alam semesta lain, maka gagasan multiverse tidak dapat diuji secara langsung,” katanya sedikit menyesal.
Prinsip antropik
Prinsip antropik menyatakan bahwa keberadaan banyak alam semesta, yang masing-masing memiliki hukum fisika berbeda, dapat menjelaskan penyesuaian alam semesta kita untuk kehidupan sadar. Prinsip antropik lemah menyatakan bahwa kita ada di salah satu dari sedikit alam semesta yang mendukung kehidupan (Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Multiverse).
Sekitar tahun 2010, ilmuwan seperti Stephen M. Feeney menganalisis data Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) dan mengklaim menemukan bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta ini bertabrakan dengan alam semesta (paralel) lain di masa lalu.
Namun, analisis data yang lebih menyeluruh dari WMAP dan satelit Planck, yang memiliki resolusi tiga kali lebih tinggi dari WMAP, tidak mengungkapkan bukti signifikan secara statistik mengenai tabrakan gelembung alam semesta.
“Selain itu, tidak ada bukti adanya tarikan gravitasi alam semesta lain terhadap alam semesta kita,” kata Stephen M Feeney seperti dilansir dalam Wikipedia diatas.
Pada tahun 2015, seorang ahli astrofisika mungkin telah menemukan bukti adanya alam semesta alternatif atau paralel dengan melihat kembali ke masa setelah Big Bang, meskipun hal ini masih menjadi bahan perdebatan di kalangan fisikawan.
Sementara itu Dr. Ranga-Ram Chary, setelah menganalisis spektrum radiasi kosmik, menemukan sinyal 4.500 kali lebih terang dari yang seharusnya, berdasarkan jumlah proton dan elektron yang diyakini para ilmuwan ada di alam semesta awal.
Memang benar, sinyal khusus ini—garis emisi yang muncul dari pembentukan atom selama era rekombinasi—lebih konsisten dengan alam semesta yang rasio partikel materi terhadap fotonnya sekitar 65 kali lebih besar dibandingkan alam semesta kita.
Ada kemungkinan 30% bahwa sinyal misterius ini hanyalah kebisingan, dan sebenarnya bukan sinyal sama sekali; Namun, ada kemungkinan juga bahwa itu nyata, dan ada karena alam semesta paralel membuang beberapa partikel materinya ke alam semesta kita.
“Banyak wilayah lain di luar alam semesta teramati kita yang masing-masing wilayah tersebut diatur oleh serangkaian parameter fisik yang berbeda dari yang telah kita ukur untuk alam semesta kita,” jelas Rangga-Ram Chary.
Menolak hipotesis multiverse
Dalam opininya di New York Times tahun 2003, “A Brief History of the Multiverse”, penulis dan kosmolog Paul Davies mengajukan berbagai argumen bahwa hipotesis multiverse tidak ilmiah.
“Sebagai permulaan, bagaimana keberadaan alam semesta lain diuji?,” kata Paul Davies.
Yang pasti, menurut Paul, semua kosmolog menerima bahwa ada beberapa wilayah di alam semesta yang berada di luar jangkauan teleskop kita, namun berada di lereng licin antara wilayah tersebut dan gagasan bahwa ada jumlah alam semesta yang tak terbatas, kredebilitas argumen ini lemah.
“Ketika seseorang tergelincir ke dalam jurang tersebut, semakin banyak hal yang harus diterima berdasarkan iman, dan semakin sedikit hal yang terbuka untuk verifikasi ilmiah. Oleh karena itu, penjelasan multiverse yang ekstrem mengingatkan kita pada diskusi teologis,” kata Paul.
Nadia Drake seorang penulis dalam National Geographic, March 13, 2023 mengutip pernyataan Tom Siegfried, yang bukunya The Number of the Heavens menyelidiki bagaimana konsep multiverse telah berevolusi selama ribuan tahun.
“Kita tidak bisa menjelaskan semua fitur alam semesta jika hanya ada satu di antaranya,” kata jurnalis sains Tom Siegfried tersebut.
“Mengapa konstanta fundamental alam seperti itu?” Siegfried bertanya-tanya. “Mengapa ada cukup waktu di alam semesta kita untuk membuat bintang dan planet? Mengapa bintang bersinar seperti itu, dengan jumlah energi yang tepat?
“Semua ini adalah pertanyaan yang belum kita ketahui jawabannya dalam teori fisika kita.”Siegfried mengatakan ada dua kemungkinan penjelasan: Pertama, kita memerlukan teori yang lebih baru dan lebih baik untuk menjelaskan sifat-sifat alam semesta kita. Atau, katanya, mungkin saja.
“Kita hanyalah salah satu dari banyak alam semesta yang berbeda, dan kita hidup di alam semesta yang menyenangkan dan nyaman.”
Teori multiverse yang paling populer?
Nadia Drake menjelaskan dalam tulisannya tersebut, mungkin gagasan yang paling diterima secara ilmiah berasal dari apa yang dikenal sebagai kosmologi inflasi, yaitu gagasan bahwa dalam momen-momen kecil setelah big bang, alam semesta mengembang dengan cepat dan eksponensial.

Galaksi Bimasakti – Teori Multiverse dan Inflasi Abadi Big Bang masih jadi konspirasi, apakah ada alam semesta lain? Apakah ada ‘Bumi’ lain di luar Galaksi Bima Sakti?
Inflasi kosmik menjelaskan banyak sifat alam semesta yang diamati, seperti strukturnya dan distribusi galaksi.
“Teori ini pada awalnya tampak seperti fiksi ilmiah, meskipun sangat imajinatif,” kata Linde, salah satu arsitek teori inflasi kosmik.
“Tetapi hal ini menjelaskan begitu banyak fitur menarik dari dunia kita sehingga orang-orang mulai menganggapnya serius.”
Andrei Dmitriyevich Linde adalah seorang ahli fisika teoretis Rusia-Amerika dan Profesor Fisika Harald Trap Friis di Universitas Stanford.
Salah satu prediksi teori ini adalah bahwa inflasi dapat terjadi berulang kali, mungkin tanpa batas waktu, sehingga menciptakan konstelasi alam semesta gelembung. Tidak semua gelembung tersebut memiliki sifat yang sama seperti yang kita miliki—gelembung tersebut mungkin merupakan ruang di mana fisika berperilaku berbeda.
Beberapa di antaranya mungkin mirip dengan alam semesta kita, namun semuanya berada di luar alam yang dapat kita amati secara langsung.
Pada tahun 1981, dalam seminar Stephen Hawking tentang gravitasi kuantum, Linde mengembangkan versi lain dari teori inflasi yang disebutnya “inflasi baru”. Dia menunjukkan bahwa gelembung-gelembung tidak bergabung bisa diselesaikan jika ada gelembung yang berisi wilayah alam semesta kita di dalamnya.
Ia juga mengatakan bahwa transisi fase pasti terjadi secara perlahan di dalam gelembung. (Wikipedia, https://en.wikipedia.org/wiki/Andrei_Linde)
Mekanika kuantum
Dalam teori multiverse, penting untuk memahami interpretasi banyak dunia dalam mekanika kuantum, yang merupakan teori yang secara matematis menggambarkan bagaimana materi berperilaku.
Diusulkan oleh fisikawan Hugh Everett pada tahun 1957, penafsiran banyak dunia memperkirakan adanya garis waktu yang bercabang, atau realitas alternatif di mana keputusan kita berjalan secara berbeda, terkadang menghasilkan hasil yang sangat berbeda.
“Hugh Everett berkata, begini, sebenarnya ada jumlah Bumi paralel yang jumlahnya tak terhingga, dan saat Anda melakukan eksperimen dan mendapatkan probabilitasnya, pada dasarnya yang membuktikan bahwa Anda tinggal di Bumi yang merupakan hasil eksperimen tersebut,” kata fisikawan James Kakalios dari Universitas Minnesota.
“Tetapi di Bumi lain, hasilnya berbeda.”
Max Erik Tegmark, profesor di Massachusetts Institute of Technology dan presiden Future of Life Institute, menyatakan multi semesta yang diprediksi oleh beberapa teori inflasi kosmik adalah apa yang disebutnya sebagai multiverse Tingkat II, di mana fisika fundamental bisa berbeda di berbagai alam semesta.
Bisakah kita melakukan perjalanan antar multiverse? Sayangnya tidak ada. Para ilmuwan berpendapat bahwa perjalanan antar alam semesta tidak mungkin dilakukan, setidaknya saat ini.
“Kecuali jika banyak ilmu fisika yang kita tahu dan sudah terbukti secara pasti ternyata salah, Anda tidak bisa melakukan perjalanan ke multiverse ini,” kata Siegfried.
“Tapi siapa yang tahu? Seribu tahun dari sekarang, saya tidak mengatakan seseorang tidak dapat menemukan sesuatu yang tidak pernah Anda bayangkan.”
Apakah ada bukti langsung yang menunjukkan keberadaan multiverse?
Meskipun ciri-ciri tertentu di alam semesta tampaknya memerlukan keberadaan multiverse, tidak ada pengamatan langsung yang menunjukkan bahwa multiverse benar-benar ada. Sejauh ini, bukti yang mendukung gagasan multiverse hanyalah bersifat teoretis, dan dalam beberapa kasus, bersifat filosofis.
Beberapa ahli berargumentasi bahwa mungkin merupakan suatu kebetulan kosmik besar bahwa Big Bang membentuk alam semesta yang sangat seimbang dan tepat bagi keberadaan kita.
Ilmuwan lain berpendapat kemungkinan besar ada sejumlah alam semesta fisik, dan kita hanya menghuni alam semesta yang memiliki karakteristik yang tepat untuk kelangsungan hidup kita.
Akankah kita tahu jika alam semesta kita hanyalah salah satu dari sekian banyak alam semesta? Mungkin tidak.
Namun multiverse adalah salah satu prediksi dari berbagai teori yang dapat diuji dengan cara lain, dan jika teori-teori tersebut lulus semua pengujiannya, mungkin multiverse juga akan bertahan.
Atau mungkin penemuan baru akan membantu para ilmuwan mengetahui apakah memang ada sesuatu di luar alam semesta yang dapat kita amati.
“Alam semesta tidak dibatasi oleh apa yang dapat diketahui, atau diuji oleh beberapa gumpalan protoplasma di sebuah planet kecil,” kata Siegfried.
“Kita dapat mengatakan, Ini tidak dapat diuji, oleh karena itu tidak mungkin nyata—tetapi itu berarti kita tidak tahu bagaimana cara mengujinya. Dan mungkin suatu hari nanti kita akan menemukan cara untuk mengujinya, dan mungkin juga tidak. Tapi alam semesta bisa melakukan apapun yang diinginkannya.”
BACA JUGA:
- Inspirasi Al Quran (Bagian 1): Penciptaan Awal Langit dan Bumi
- Inspirasi Al Quran (Bagian 2): Materi Gelap Dan Energi Gelap Yang Gaib
- Inspirasi Al-Quran (3): Apa yang dimaksud dengan “Tujuh Langit”
- Inspirasi Al Quran (4): Multi Semesta, Multi Dimensi
- Inspirasi Al Quran (5): Multi semesta, pandangan para ilmuwan
EDITOR: REYNA
Related Posts
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (46) : Revisi UU TNI tidak bertujuan untuk membangkitkan militerisme
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (45): Turun ke Lapangan Pastikan Kelancaran Pasokan dan Mudik Lebaran
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 43): Dampingi Presiden Prabowo Bicarakan Industri Musik Dengan Yovie Widianto
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 42): Bergerak cepat mencari solusi bankrutnya PT Sritex yang mengancam 50.000 karyawan terkena PHK
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (41): Mendukung Tekad Presiden Prabowo Untuk Memberantas Korupsi di Indonesia
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 40): BPI Danantara Strategi penting untuk memperkuat perekonomian Indonesia
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 39): Efisiensi Anggaran, Menjaga Stabilitas Tanpa Mengorbankan Hak Masyarakat
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 38): Pendidikan Tetap Prioritas, Dasco Tegaskan Anggaran KIP dan LPDP Tidak Dipotong
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 37): Gerak Cepat Respon Ratusa Siswa Gagal Ikut SNBP
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (Bagian 36): OPM Jangan Coba-Coba Mengancam dan Meneror
No Responses