CABE, Catetan Babe (58): Harmoni

Oleh: Ridwan Saidi, Budayawan

Photo di atas fragmen lukisan dinding goa Solok, Sumatera Barat, tentang busana wanita garis2nya simetris gambaran harmoni. Konsep harmoni telah dimiliki orang goa di Andunisi setidaknya 9000 tahun lalu.

Sekitar Mei 2020 diberitakan ada seorang Ketua DPRD II yang mati di atas tubuh mitra. Untuk beberapa saat mitra tertindih mayat. Siapa yang empunya tubuh sampai kini tak diketahui.

Itu Ketua DPRD melanggar ATOERAN PAKAI. Para pembesar yang dianggap merugikan rakyat melalui perdagangan PCR, kalau benar, juga melanggar Atoeren pakai.

Kalau dulu kita beli minyak macan (balsem) ada kemasan dengan baca’an Arab Melayu. Cara pake balsem yang disebut atoeran pakai. Directory di era kini.

Semesta alam plus segenap isi punya atoeran pakai yang disebut sunnatullah.

Pengikut Moses Monotheism di Maghribi kata: Saba, diambil dari nama sungai yang lurus dan panjang disitu.

Di Caucasia ada Tole yang artinya feeling sorry with another men sorrow. Betawi gandakan: Tole-tole = perduli

Queen of Sheba pas disini melahirkan toponim Lamuri, Pagaruyung, Palembang, Sedane yang artinya lurus semua. Jujur, solider dan beretika itu pesan sunnatulah. 

Kenapa belatung yang maennya di MCK diciptakan? Bolehkah musnahkan burung gereja?Bahkan Glasgow melarang penghancuran hutan.

Ada yang mengelak dengan berkata Indonesia bisa terhambat karena lagi mengusung pembangunan besar2an. Dimana? Yang bersangkutan kemudian luruskan twit-nya.

Harmoni jangan dirusak. Kata dan omong kasar merusak gelombang udara. Dengan menjalankan sunnatullah eguilibrium pulih. (RSaidi)

EDITOR : REYNA

Related Posts