Catetan Babe Ridwan Saidi (21): Chai Guwo Qiang bikin negrinya kecepirit: Kenapa Islam dirangkul?

Catetan Babe Ridwan Saidi (21): Chai Guwo Qiang bikin negrinya kecepirit:  Kenapa Islam dirangkul?
Ridwan Saidi, Budayawan Betawi, Sejarawan, Politisi Senior

Oleh : Ridwan Saidi, Budayawan

 

Chai seniman pertunjukan kelas dunia. Pembukaan Olympiade Beijing 2008 dimeriahkan pesta kembang api kreasi Chai. Dunia ter-kagum2. Popularitas membuat Chai hilang kesembangan, ia jadi sombong. Kesombongannya diproyeksi dalam karya yang ia pertontonkan di Amerika. Chai ke Amerika November 2012, jelang Natal, atas undangan Smithsonian, perkumpulan sosial Yahudi.

Acara Chai di Amerika dihadiri Menlu Hillary. Di antara pengunjung ada intel kawakan yang 30 tahun di CIA yang sejatinya ia ilmuwan. Namanya Michael Pillsbury. Dari namanya ia gen Irish.

Chiang bikin pohon Natal setinggi lantai ke-4 bangunan dengan kemilau lampu. Penonton sebentar saja nikmati pohon Natal, Chai pencet remote. Lampu2 di pohon Natal padam. Chai pencet remote lagi, pohon Natal meledug dan asap hitam membumbung.

Kenapa Chai permainkan pohon Natal yang menjadi simbol agama yang dipeluk mayoritas orang Amrik. Benar Natal sebulan lagi, tapi itu pohon ‘kan diledakkan.

Superiority complex Chai terlalu cepat dimunculkan. Akibat event ini bukan Chai saja, tapi China juga kecepirit. Baunya terendus ke-mana2.

China mencapai GDP double digit pada 1989. Menurut Pillsbury, China telah.menyusun strategi 100 tahun untuk ambil posisi sebagai super power dan USA didupak.

Pada tahun 2015 seorang ahli strategi politik Steve Bennen serahkan report Pillsbury kepada Trump yang lagi mencafres.

Strategi China disusun Deng Xio Ping sejak 1978 ketika econ China mulai bangkit. Dijangka setidaknya pada 2080 China sudah jadi Supel Powel. Strategi sudah kecium. Ini latar belakang rencana perang LCS. Yang sangat mungkin menjadi perang semesta dalam makna multi aspek.

Aspek politik digalang dengan rangkul Islam. Memang negara Islam banyak yang punya potensi econ OK, tapi dalam konteks ini aksentuasi pada politik dan teologi Islam yang tidak bersimpati pada China karena kelakuan China di Uighur. Dengan Yahudi, yang jadi mitra China, Islam tidak pernah simpati.

Dalam konteks ini harus kita lihat sikap dukungan USA pada Palestina merdeka dan pembentukan Imarat Islam Afghanistan.

Amat disayangkan sementara pihak resmi di Indonesia terkesan ketinggalan jaman dalam persoalan Internasional. Mereka masih bernyanyi: radikal radikul. Yang pekerja politik nyanyiannya: Cufraaas …. Cafresy. (RSaidi)

EDITOR : REYNA

Last Day Views: 26,55 K