SURABAYA – Sebanyak delapan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikosa) Almamater Wartawan Surabaya (AWS) ‘berburu’ ilmu di Kantor Berita Petisi pada Senin (14/10/2024) siang. Para mahasiswa ini berkunjung bersama Dosen Jurnalistik Zainal Arifin Emka, yang telah mengabdi di Stikosa AWS selama 30 tahun.
Kedatangan dosen dan mahasiswa ini pun disambut hangat oleh Direktur Media Petisi, Sokip SH, MH, dan sejumlah awak redaksi. Dalam kunjungan siang ini, berbagai topik seputar pendidikan jurnalistik dibahas dengan santai.

“Terima kasih kepada Petisi, khususnya bapak Sokip selaku Direktur atas waktu dan tempatnya. Jadi adik-adik ini kan memang di perkuliahan saya lebih banyak praktek-nya. Nah, biar mereka ada gambaran bedanya ketika mengerjakan tugas kuliah dan bagaimana kerja jurnalis serta redaksi sehari-harinya,” ungkap Zainal.
Dalam pemaparannya, Sokip menjelaskan bahwasanya menjadi seorang jurnalis dibutuhkan sifat ingin tahu yang tinggi. Pasalnya, dalam menyajikan berita yang berkualitas bagi pembaca, mereka harus tahu lebih dulu isu yang beredar dan melakukan pendalaman.
“Untuk menjadi seorang jurnalis, pastinya harus banyak membaca. Di era sekarang memang banyak informasi beredar yang lebih praktis lewat media sosial, namun kita harus bisa melakukan peliputan sesuai dengan kaidah jurnalistik dewan pers,” ujarnya.
Dalam diskusi yang rata-rata mahasiswanya mendalami jurusan broadcasting tersebut, Sokip menuturkan langkah paling sederhana yang bisa dilakukan adalah membaca berita di pagi hari. Untuk berita pun, ada pilihan seperti koran ataupun media online.
Menurutnya, para jurnalis harus bisa menggali isu bahkan dari lingkup terdekatnya. Sebab, kepekaan akan satu peristiwa bakal menjadi ‘sense’ tajam yang diperlukan dalam melakukan peliputan.

“Kita bisa baca dari media yang sudah terverifikasi. Kan sekarang banyak di media sosial atau website-website yang melansir dari media berita. Maka dari itu, alangkah lebih baik kalau acuan adik-adik ini baca berita di pagi hari dari sumber yang terverifikasi dewan pers,” kata Sokip.
Senada dengan Sokip, Zainal menyampaikan bahwa jurusan broadcasting maupun kehumasan, ruhnya pasti kembali pada jurnalistik. Dosen yang merupakan mantan wartawan Surabaya Pos ini juga menambahkan, salah satu tugas yang diemban oleh seorang jurnalis adalah menyampaikan kebenaran tanpa ada yang ditutupi pada khalayak luas.
“Kita beritakan itu sesuai fakta. Kalau yang terjadi A ya tulisnya A. Kalau B ya tulisnya B. Jangan ada manipulasi, karena kita memiliki tanggung jawab pada masyarakat,” pungkas Zainal. (*)
EDITOR: REYNA
Related Posts

Mengapa OTT Kepala Daerah Tak Pernah Usai?

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Jejak Kekuatan Riza Chalid: Mengapa Tersangka “Godfather Migas” Itu Masih Sulit Ditangkap?

Penjara Bukan Tempat Para Aktifis

FTA Mengaku Kecewa Dengan Komposisi Komite Reformasi Yang Tidak Seimbang

Keadaan Seperti Api Dalam Sekam.

Ach. Sayuti: Soeharto Layak Sebagai Pahlawan Nasional Berkat Jasa Besarnya Dalam Fondasi Pembangunan Bangsa

SPPG POLRI Lebih Baik Dibanding Yang Lain Sehingga Diminati Sekolah

Pak Harto Diantara Fakta Dan Fitnah



No Responses