Oleh: Erizal
Maling teriak maling. Terpidana teriak terpidana. Itulah yang terjadi terhadap Silfester Matutina, loyalis Jokowi yang tak ada duanya, sepeninggal Denny Siregar.
Tapi memang beda kelas. Denny Siregar jago nulis, Silfester Matutina jago bacot. Bahkan tak hanya jago bacot, tapi juga jago otot.
Urat leher dan pangkal lengannya sama besarnya. Rocky Gerung saja hendak dipukulnya dalam suatu acara debat. Kalah debat, langsung ambil posisi bergulat.
Terbaru, Mantan Danjen Kopassus Soenarko, ditantangnya. Ia tidak takut. Ia hendak mencukur kumis tebal Pak Narko.
Bukannya lari, Silfester Matutina tetap wara-wiri di media, setelah menantang Mantan Danjen Kopassus Soenarko.
Hercules saja minta maaf setelah meledek Mantan Kepala BIN Sutiyoso dan menantang Gatot Nurmantyo, Mantan Panglima TNI.
Silfester Matutina tak ada cerita minta maaf. Urat takutnya benar-benar sudah putus. Mungkin memang tak ada orang yang ditakutinya di Republik ini.
Bahkan, hukum pun bisa dikangkanginya. Orang hendak dipidananya, bahkan belum disidik, padahal dia sendiri seorang terpidana.
Untuk kesekian kalinya penegakan hukum kita terbukti bermasalah. Silfester Matutina sudah divonis 1,5 tahun penjara 6 tahun yang lalu.
Tapi sampai sekarang, belum juga dieksekusi. Vonisnya sudah inkrah pula sampai ke MA (Mahkamah Agung). Tak ada upaya hukum lain, kecuali dieksekusi. Bahkan ia mengajukan PK sekalipun, tak bisa menghalangi proses eksekusi.
Tapi jangankan menjalani proses eksekusinya, Silfester Matutina malah wara-wiri di media menebar ancaman dan dipuja-puji pendukungnya, serta menenteng posisi empuk komisaris pula.
Silfester Matutina sebuah anomali dalam segala aspek. Segala aspek yang digelutinya. Hukum, politik, ekonomi, dan sosial. Bagaimana dia bisa mengurus persoalan hukum, politik, ekonomi, dan sosial, sementara ia punya persoalan dengan semua itu.
Dia terlalu terkenal untuk disembunyikan. Siapa pun bekingnya saat ini tak bisa lagi melindunginya. Jangan sampai, nila setitik rusak susu sebelanga.
Tingkat kepercayaan orang terhadap penegakan hukum yang menurun, akan semakin menurun tajam, kalau Silfester Matutina tidak segera dieksekusi menjalani hukumannya.
Kapuspenkum Kejagung yang baru Anang Supriatna berjanji akan segera mengeksekusi Silfester Matutina, karena memang putusan sudah inkrah di Mahkamah Agung.
Malah, MA menambah hukumannya dari satu tahun menjadi 1,5 tahun. Jadi tak ada lagi halangan. Bahkan sebetulnya sudah sangat terlambat dari 6 tahun yang lalu.
Segalanya sudah dilakukan Silfester Matutina selama 6 tahun belakangan ini. Hebat dia. Tak ada yang tahu bahwa ia seorang terpidana. “No viral no justice”, berlaku lagi di sini. Ini jelas bukanlah penegakan hukum yang baik.
Bukannya takut dengan rencana Kejagung yang akan mengeksekusinya, Silfester Matutina santai saja saat ditanya wartawan. Ia mengatakan tak ada masalah. Ia sudah menjalaninya, dan nanti akan diurusnya.
Artinya, jangankan takut, khawatir pun dia tidak dengan rencana Kejagung itu. Istilah nanti kita urus, sinyal bahwa dia seorang pemain kelas tinggi dan tak mudah dikalahkan.
Ade Darmawan, loyalis Jokowi lainnya, yang berada di sampingnya nyeletuk, bahwa itu baru narasi saja. Dia pulalah yang pertama sekali pencetus, “partai biru” sebagai pihak yang berada di balik Roy Suryo Cs.
Lewat lobi Jokowi, bisa saja Silfester Matutina dapat amnesti atau apapun dari Presiden Prabowo. Mumpung Presiden sedang obral ampunan terhadap terpidana, khususnya terpidana politik di masa lalu.
Tapi Silfester Matutina bukanlah korban politik di masa lalu. Ia justru contoh penegakan hukum yang jujur. Orang yang dekat dengan kekuasaan, tapi tetap bisa divonis bersalah oleh Pengadilan, bahkan sampai ke tingkat kasasi di MA.
Ia justru tak layak mendapatkan amnesti atau apapun itu, karena sudah mengambilnya dengan caranya sendiri, yakni tak menjalani eksekusinya.
Sebetulnya kasus pencemaran nama baik, fitnah, ujaran kebencian, provokasi, dan segala macam terkait kasus dugaan ijazah palsu Jokowi, yang diprakarsai Silfester Matutina, baik sebagai pelapor, saksi, maupun jubir Jokowi yang wara-wiri di media, sudah tak relevan lagi. Termasuk, yang dilaporkan Jokowi sekalipun.
Silfester Matutina kiranya sudah membatalkan semuanya. Lucu terpidana aktif pula hendak mempidanakan orang tanpa merasa malu. Kasihan juga Jokowi, ternyata dikelilingi orang bermasalah, tapi tak pernah merasa bermasalah.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Warna-Warni Quote

Kunjungan Jokowi Dan Gibran Ke Keraton Kasunanan Mataram Surakarta Hadiningrat

Krisis Spiritual di Balik Krisis Ekonomi

Tambang Ilegal Diduga Kebal Hukum, LSM Gresik Minta APH Setempat Dan Polda Jatim Bertindak Tegas

Insentif Untuk Berbuat Dosa

Kalimantan Timur: Gratifikasi IUP Batubara dan Kerugian Negara miliaran

Bengkulu: Pelabuhan, Perizinan dan Korupsi Tambang Batubara

Lahat, Sumatera Selatan: Izin Usaha Pertambangan Yang Merugikan Negara Ratusan Miliar

Dharma dan Karma Prabowo

Pakar Intelijen : Dua Tokoh Nasional Diduga Menitip MRC ke Mantan Dirut Pertamina


No Responses