Mengambil Hikmah Transformasi Turkiye

Mengambil Hikmah Transformasi Turkiye
Daniel Muhammad Rosyid

Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
@PTDI Jawa Timur

Hingga hari ini, jejak proyek sekulerisasi – bahkan sebelum Perang Dunia I – atas Turki sebagai wilayah yang tersisa dari Khilafah Turki Usmani masih sangat nyata. Penanda pertama adalah Monumen Republik Turki di Taksim Square, Istanbul. Dipimpin oleh Mustafa Kemal, kemudian di sebut Attaturk atau Bapak Turki, Republik Turki berdiri di atas puing-puing Khilafah Turki Usmani yang resmi dijatuhkan melalui serangkaian konferensi sejak 1922 yang memuncak pada 1924 dalam the Treaty of Laussane, di Swiss. Sebagian wilayah Turki sekarang saat itu sudah dikuasai oleh Inggris dan Perancis, sebelum pilihan yang tak terelakkan bagi Abdul Majid II Khilafah terakhir diterima, sekaligus kelahiran Republik Turki yang dipimpin oleh seorang mantan perwira Lasykar Khilafah Turki bernama Mustapha Kemal.

Paling tidak dalam 2 dekade terakhir, terjadi transformasi besar yang dipimpin semula oleh PM Necmettin Erbakan, mentor Thayyib Erdogan Presiden Turki hari ini. Gerakan-gerakan sekulerisasi di Turki masih bertahan hingga hari ini di tengah upaya Erdogan untuk mengembalikan visi Khilafah Usmani yang berjaya sejak penaklukan Konstantinopel, kini disebut Istanbul, oleh Sultan Muhammad al Fatih pada 29 Mei 1453 melalui pengepungan selama 53 hari yang bersejarah. Kini Erdogan berusaha membentuk sebuah Turki Raya yang mencakup bangsa-bangsa berbahasi Turki di negara-negara eks USSR seperti Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kazashtan, serta Tajikistan. Pilihan sejarah ke akar khilafah Islam yang pernah berjaya selama 625 tahun ini merupakan pilihan yang lebih bisa diterima dan masuk akal daripada harus kembali ke akar Byzantium atau Romawi Timur yang kristen jika bukan pagan.

Apa yang bisa ummat Islam bangsa Indonesia ambil hikmah dari proses transformasi yg kini digelorakan oleh presiden terpilih Prabowo ? Seperti Republik Turki, para pendiri bangsa telah dengan sadar memilih negara-bangsa Republik Indonesia sebagai sebuah instrumen baru perjuangan melawan penjajah Belanda, dan kemudian Jepang. Segera perlu dicermati bahwa segera setelah proklamasi 17/08/1945 Indonesia juga menjadi proyek sekulerisasi global untuk mencegah kebangkitan khilafah. Melalui serangkaian perjanjian2 terutama KMB 1949, Barat yg dipimpin AS sebagai pemenang Perang Dunia II berhasil memaksakan sebuah arsitektur tata dunia baru setelah keruntuhan khilafah Turki Usmani. Arsitektur ini kini sedang melemah seiring dengan kepemimpinan moral Barat yang makin mengering di tengah kebangkitan China melalui BRICS.

Nusantara pernah kenjadi kawasan dengan pengaruh khilafah Turki Usmani yg cukup kuat. Interaksi kerajaan2 Nusantara dengan khilafah Turki Usmani sudah terjadu. Nusantara menikmati situasi makmur dan damai sampai kedatangan bangsa Portugis, lalu Belanda yang tidak puas hanya dengan berdagang rempah2 Nusantara. Islam lah yang mempersatukan Nusantara, mengalahkan sukuisme beratus suku2 di Nusantara, sehingga memungkinkan kelahiran an imagined community yang disebut bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika tidak bisa dibayangkan tanpa Islam dan Islam pula yang menyelamatkan Nusantara dari genosida seperti nasib suku Indian di Amerika, atau suku aborigin di Australia.

Jika Turki membangun transformasinya dari akar kekhalifahan Turki Usmani, Indonesia bisa melalukan transformasinya dengan mengambil juga inspirasi Islam yang sudah menjadi kekuatan melawan penjajahan. Puncak inspirasi itu telah dirumuskan secara cemerlang oleh para ulama lurus bersama tokoh2 pendiri bangsa dalam UUD45 sebagai pernyataan perang melawan nekolim. UUD45 sebagaimana diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5/7/1959 adalah syarat perlu agar transformasi menuju Indonesia Emas 2045 memiliki pijakan filosofis yang kokoh dan akar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Untuk negara kepulauan seluas Eropa ini, syarat cukup transformasi itu adalah 1) pendidikan yang memerdekakan dan memperluas kesempatan belajar bagi generasi muda agar berakhlaq, beradab, sehat, dan produktif, 2) pasar yang terbuka dan adil bebas riba, 3) investasi yang memperkuat kemandirian berbasis potensi2 agro-maritim yang melimpah, 4) birokrasi yg kompeten, amanah, dan bebas dari KKN, 5) pasokan energi yang memadai untuk tumbuh 5-7% pertahun selama 20 tahun ke depan, dan 6) pemerintahan maritim yang efektif untuk memeratakan dan memperluas basis pembangunan, dan mempersatukan Indonesia.

Dari pengalaman Republik Turkiye selama 20 tahun terakhir yg secara bertahap melawan sekulerisme Barat yg sudah mengakar 80 tahun lebih, Republik Indonesia, kini Prabowo, bisa belajar banyak. Dalam dunia yang makin multipolar ini, peluang itu makin terbuka saat tata dunia lama ini sedang runtuh karena semakin kehilangan relevansi dan legitimasi moralnya.

Distrik Fetih, Istanbul. 3 Oktober 2024.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K