Oleh: Budi Puryanto
Pemimpin Redaksi
Di Indonesia, kata “perampok” biasanya membangkitkan bayangan orang bersenjata, wajah tertutup, dan aksi di tengah malam. Namun, dalam dunia migas, perampokan justru dilakukan di siang bolong, di ruang-ruang berpendingin udara, oleh orang-orang yang memakai jas mahal dan dasi sutra. Mereka tidak menggunakan pistol, melainkan pena tanda tangan; tidak merampas uang tunai, melainkan mengalirkan miliaran dolar lewat kontrak dan perusahaan perantara.
Ruang Rapat, Bukan Ruang Rampok
Skema dimulai di meja rapat—tempat dokumen setebal ratusan halaman dibuka, dipindai, lalu ditandatangani. Para pemainnya tampak terhormat: pengusaha sukses, pejabat senior, mantan diplomat, dan bahkan tokoh politik yang kerap tampil di televisi. Namun di balik senyum ramah, mereka menyusun strategi yang akan menguras kekayaan negara.

Profil Para “Don” Migas Indonesia
1. Sang Arsitek Kontrak (Inisial: “R”)
Mantan pejabat tinggi di salah satu BUMN migas. Ia dikenal sebagai “arsitek” kontrak jangka panjang yang menguntungkan jaringan tertentu. Selama masa jabatannya, ia mengatur pengadaan minyak mentah melalui perusahaan-perusahaan trading di luar negeri, sebagian besar berbasis di Singapura dan Hong Kong.
Ciri khas: Sangat jarang berbicara di publik, tetapi punya pengaruh besar di balik layar.
Metode:Mengatur specification adjustment dalam tender, sehingga hanya perusahaan tertentu yang memenuhi syarat.
Jejak: Setelah pensiun, ia duduk di dewan komisaris beberapa perusahaan energi swasta—beberapa di antaranya terhubung ke jaringan luar negeri yang dulu menjadi mitranya.
2. Si Broker Bayangan (Inisial: “M”)
Pria flamboyan yang jarang difoto media, tetapi memiliki koneksi ke pusat kekuasaan. “M” tidak pernah tercatat sebagai direksi atau pejabat formal, namun ia adalah penghubung antara pihak asing dan pejabat dalam negeri.
Ciri khas: Hidup mewah, sering berpindah-pindah antara Jakarta, Singapura, dan Dubai.
Metode: Menggunakan perusahaan cangkang di British Virgin Islands untuk menjadi perantara jual-beli kargo minyak.
Jejak: Namanya muncul di dokumen Panama Papers sebagai pemilik beneficial interest beberapa perusahaan yang terlibat dalam pengadaan BBM ke Indonesia.
3. Politisi Pelindung (Inisial: “S”)
Seorang anggota parlemen senior yang dikenal vokal dalam sidang, tetapi di balik itu disebut-sebut melindungi jaringan mafia migas dari sorotan hukum.
Ciri khas: Menggunakan isu nasionalisme energi di depan publik, sambil melobi agar investigasi tertentu dihentikan.
Metode: Mengintervensi kebijakan di kementerian strategis, mempengaruhi siapa yang duduk di kursi direksi BUMN migas.
Jejak: Memiliki hubungan keluarga dengan pengusaha yang mengantongi kontrak pengadaan BBM berskala besar.
4. Eksekutif Ganda (Inisial: “T”)
Mantan eksekutif BUMN yang “pensiun” lalu langsung memimpin perusahaan swasta pemasok BBM ke negara.
Ciri khas: Tenang, sangat rapi, dan jarang bicara di media.
Metode: Menggunakan pengetahuan internal tentang kebutuhan BBM nasional untuk memonopoli suplai lewat jaringan luar negeri.
Jejak: Namanya muncul dalam investigasi BPK terkait selisih harga BBM impor yang mengakibatkan kerugian negara miliaran dolar.
Para tokoh ini tidak pernah beraksi sendirian. Skemanya terstruktur:
1. Perusahaan Perantara → Digunakan untuk membeli minyak mentah atau BBM dari pemasok asing dengan harga pasar, lalu dijual kembali ke BUMN dengan harga markup.
2. Lobi Politik→ Memastikan pejabat strategis di kementerian atau BUMN adalah orang “mereka”.
3. Pengaturan Tender → Membuat syarat teknis yang “mengunci” hanya untuk satu atau dua perusahaan.
4. Cuci Uang → Memindahkan keuntungan ke rekening luar negeri melalui jaringan offshore.
Kerugian Nyata bagi Negeri
Menurut data Kementerian ESDM, impor BBM Indonesia pada 2024 mencapai 500 ribu barel per hari. Markup 1 dolar AS saja per barel berarti kerugian Rp270 miliar per bulan. Dalam praktik mafia migas, markup bisa mencapai 3–5 dolar AS per barel, yang artinya kerugian tahunan mencapai triliunan rupiah—uang yang seharusnya untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Kejahatan Tanpa Darah, Tapi Menguras Nyawa Bangsa
Mereka tidak pernah menodongkan pistol, tetapi mereka menembak tepat ke jantung kedaulatan energi. Mereka tidak merampok brankas, tetapi menguras kas negara. Dan seperti para tokoh dalam Godfather, wajah mereka mungkin tersenyum di depan kamera, tetapi di balik itu mereka adalah dalang dari permainan yang membuat negeri ini terus bergantung dan merugi.
EDITOR: REYNA
Baca juga artikel terkait:
Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (10): Impor Minyak, Sumber Rente Abadi Mafia Migas
Related Posts

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

“Purbayanomics” (3), Tata Kelola Keuangan Negara: Terobosan Purbaya

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Habil Marati: Jokowi Mana Ijasah Aslimu?

Misteri Pesta Sabu Perangkat Desa Yang Sunyi di Ngawi: Rizky Diam Membisu Saat Dikonfirmasi




Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (12): Pengkhianatan di Meja Tender: Siapa yang Menjual Kedaulatan Energi? - Berita TerbaruAugust 15, 2025 at 9:05 am
[…] Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (11): Profil Para “Don” Migas Indonesia, Perampok Berjas Rapi […]
Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (13): Negara Dibawah Bayang-Bayang Kartel Migas - Berita TerbaruAugust 17, 2025 at 8:05 am
[…] Menguak Skandal Kotor Mafia Migas (11): Profil Para “Don” Migas Indonesia, Perampok Berjas Rapi […]