Muhammad Najib : Big Data Allah

Muhammad Najib : Big Data Allah
Dr.Muhammad Najib, Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO dalam webinar peluncuran bukunya berjudul ‘Mengapa Umat Islam Tertinggal?’ pada Selasa sore (9/11)

Oleh Dr. Muhammad Najib

Dalam Al Qur’an Surah Yasin ayat 12 berbunyi: “Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan jejak-jejak yang mereka tinggalkan. Dan semuanya Kami catat dalam kitab yang nyata.”

Bagi mereka yang mencoba memahami ayat ini, biasanya muncul pertanyaan bagaimana Allah mencatanya? Apakah seperti guru yang memberi nilai seorang murid, kemudian merekapnya dalam bentuk rapot ? Pertanyaan susulan kemudian muncul, lalu bagaimana rapot-rapot manusia sejak Nabi Adam disimpan? Berapa besar gudang yang diperlukan untuk menyimpan data-data ini?

Merujuk pada berbagai tafsir yang dibuat oleh para mufassirin, pertanyaan-pertanyaan di atas belum terjawab. Sebagian besar para mufassirin mengaitkan masalah penyimpanan data-data ini dengan suatu tempat yang penuh misteri bernama: “Lauh Mahfudz”.

Paling tidak 13 kali Al Qur’an menyebut kata: “Lauh Mahfudz” atau istilah lain yang bisa diasosiakan dengan “Lauh Mahfudz”. Adapun istilah lain tersebut: “Kitabin Mubin” (kitab yang nyata/jelas) dan Kitabin Maknun (kitab yang terjaga/terpelihara).

Sampai 50 tahun yang lalu, kita sulit sekali membayangkan bagaimana Allah SWT mencatat seluruh perbuatan manusia di Lauh Mahfudz. Karena itu tidak ada elaborasi yang memadai pada berbagai buku tafsir yang pernah dibuat oleh para mufassirin.

Perkembangan teknologi komputer dan Internet yang luar biasa sejak beberapa puluh tahun lalu, sangat membantu kita untuk memahami dan menafsirkan ayat di atas dengan lebih memadai.

Komputer memiliki perangkat yang berfungsi untuk menyimpan data yang disebut “memory”. Memory komputer dapat menyimpan informasi dalam bentuk tulisan, gambar, suara (audio) dan vidoe. Memory komputer menyimpan data-data dalam satuan byte. Komputer personal atau laptop mutakhir dapat menyimpan data dengan kapasitas Giga Bite (satu miliar byte). Kapasitas ini mampu menyimpan 250 lagu, 50.000 email, 353 video, dan 250 foto.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, memory komputer secara fisik semakin lama kecil, dengan kapasitas menyimpan data semakin besar. Kini satuan memory komputer tidak lagi menggunakan satuan Mega Byte, Giga Byte, atau Tera Byte, akan tetapi sudah sampai pada Darmstadbyte, Roentbyte, atau Voperbyte.

Kemampuan memory komputer yang ada sampai saat ini diperkirakan dapat menyimpan semua buku dan dokumen yang pernah dibuat manusia.

Memory besar saat ini dikenal dengan istilah: “cloud” yang bisa digunakan oleh semua orang yang menggunakan internet untuk menyimpan data dalam bentuk tulisan, gambar, maupun video. Dengan demikian kita tidak perlu lagi menyimpan sendiri data-data yang kita miliki di dalam komputer milik kita. Cloud disamping menawarkan penitipan data besar secara gratis, juga bisa diakses dari mana saja kita bisa mengakses Internet.

Belakangan berkembang lagi apa yang dikenal dengan “Big Data”, yakni upaya untuk merekam dan menghimpun seluruh kegiatan manusia yang terbaca lewat berbagai aktifitas di media sosial yang berbasis internet.

Berbagai lembaga yang melakukan kegiatan ini berusaha mengenali karakter, selera, kemampuan keuangan, dan data-data pribadi lainnya sampai pada orang perorang. Data-data ini sangat menolong bagi berbagai perusahan yang akan mengeluarkan produk sesuai permintaan pasar maupun sasaran komunitas yang dituju untuk produk tertentu.

Hanya saja “Big Data” manusia cuma bisa mencatat berbagai aktifitas lahiriah yang bersifat fisik, sementara Big Data Allah di Lauh Mahfudz disamping mencatat semua jejak perbuatan manusia yang lahir juga bathin, yang nampak maupun disembunyikan, sebagaimana diungkapkan dalam banyak ayat di dalam Al Qur’an.

EDITOR : SETYANEGARA

Last Day Views: 26,55 K