Oleh : Dr. Muhammad Najib
Bagaimana Allah berkomunikasi dengan para malaikat, dengan Jin dan setan, serta pasangan manusia pertama Adam dan Hawa saat awal penciptaannya, juga kepada seluruh hambanya saat kembali dan menghadap Allah kelak sesudah Kiamat?
Allah SWT sebagai sang Khalik berbicara dan berkomunikasi dengan seluruh mahluknya, banyak sekali disinggung di dalam Al Qur’an. Akan tetapi bagaimana caranya atau dengan bahasa apa Allah berbicara tidak ada penjelasan.
Sebagian besar ulama memasukkan masalah ini kedalam wilayah gaib, sebagai bentuk kehati-hatian atau menghindar untuk menjelaskannya mengingat para ulama terdahulu tidak memiliki ilmu terkait masalah ini.
Jika kita merujuk pada komunikasi antara malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad, maka jelas sekali bahasa yang digunakannya adalah bahasa Arab, sebagaimana diabadikan atau didokumentasikan di dalam Al Qur’an.
Hal ini dipertegas oleh Al Qur’an dalam Surah Az Zukhruf ayat 3 yang berbunyi: Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab agar kalian memahaminya
Akan tetapi saat Jibril berkomunikasi dengan Nabi Adam setelah turun ke bumi, dan para Nabi sesudahnya seperti Nuh, Dawud, Ibrahim, Musa, dan Isa tidak ada penjelasan, sebagaimana Allah menjelaskan bahasa yang digunakan saat menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw.
Jika merujuk pada Al Qur’an Surah Ibrahim ayat 4 yang berbunyi: Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Hal ini dipertegas oleh Al Qur’an dalam Surah Ta Ha ayat 28 yang berbunyi: Supaya mereka mengerti perkataanKu.
Jika merujuk pada dua ayat ini, maka dapat diduga bahwa bahasa yang digunakan kepada para rasul sebelum Muhammad bukan bahasa Arab.
Menurut sebagian besar para ahli sejarah, Zabur (Mazmur) yang diturunkan kepada Nabi Dawud (David), Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa (Yesus) ditulis dalam bahasa Ibrani. Meskipun ada juga yang berpendapat bahasa yang digunakannya adalah Suryani atau bahasa Qibti, mengingat bahasa itu juga digunakan oleh masyarakat di Yerusalem (Al Quds) dan sekitarnya saat kitab-kitab itu diturunkan. Mana yang benar, terkait masalah ini perlu kajian lebih lanjut. Yang pasti bukan bahasa Arab.
Kini kita sampai pada pertanyaan, bagaimana menafsirkan Al Qur’an Surah Yasin ayat 65 yang berbunyi: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; kemudian tangan mereka akan berkata kepada Kami kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Perkembangan sain dan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan komputer dan teknologi informasi (IT), tampaknya sangat membantu kita untuk memahami dan menafsirkan ayat ini.
Wujud paling nyata aplikasi teknologi ini terlihat pada bagaimana hand phone (HP) bekerja. Saat kita berbicara melalui HP, maka HP akan menangkap sinyal suara (audio) yang keluar dari lidah kita, begitu juga pada saat kita memotret sesuatu maka HP akan menangkap sinyal gambar, dan jika kita merekam sesuatu yang bergerak dan bersuara, maka HP akan menangkap sinyal video.
Untuk mengirimkan sinyal-sinyal ini ke HP yang dituju, maka ia harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk sinyal digital. Sinyal digital adalah sinyal berbasis arus listrik yang memiliki dua bentuk: On (simbolnya:1) sedangkan Off (simbolnya : 0).
Seluruh sinyal baik dalam bentuk audio, gambar, maupun video dapat dicacah menjadi kombinasi sinyal : On (1) dan Off (0) melalui proses yang dikenal dengan istilah: “coding”.
Kombinasi sinyal : On dan Off ini kemudian dikirim melalui medium kabel, serat optik, ataupun udara. Setelah sampai di tujuan, sinyal-sinyal ini direkonstruksi kembali menjadi bentuk aslinya baik berupa audio, gambar, atau video, melalui proses yang dikenal dengan istilah : “decoding”.
Semua bahasa manusia, gambar, dan video dapat diproses melalui cara ini, termasuk angka dan proses-proses matematis, karena semua angka dapat dikonversi menjadi bilangan biner yang hanya mengenal angka “1” dan angka “0” saja.
Dengan demikian, bahasa sinyal dapat dikatakan sebagai bahasa yang sangat universal, karena semua bahasa termasuk gambar dan gerakan dapat dikonversi menjadi menjadi sinyal digital.
Mungkinkah manusia pada saat menghadap Allah SWT akan menggunakan bahasa yang menyerupai sinyal ? Wallahua’lam. Akan tetapi, dengan pemahaman ini kita dibantu untuk memaknai atau menafsirkan ayat di atas, yang sebelumnya sulit difahami oleh para ulama konvensional.
EDITOR : SETYANEGARA
Related Posts

Sampah Indonesia: Potensi Energi Terbarukan Masa Depan

Novel: Imperium Tiga Samudra (6) – Kubah Imperium Di Laut Banda

Sebuah Kereta, Cepat Korupsinya

Menata Ulang Otonomi: Saatnya Menghadirkan Keadilan dan Menata Layanan

Gerbang Nusantara: Jatim Kaya Angka, Tapi Rakyat Masih Menderita

Imperium Tiga Samudra (5) — Ratu Gelombang

“Purbayanomics” (3), Tata Kelola Keuangan Negara: Terobosan Purbaya

Seri Novel “Imperium Tiga Samudra” (4) – Pertemuan di Lisbon

Habil Marati: Jokowi Mana Ijasah Aslimu?

Misteri Pesta Sabu Perangkat Desa Yang Sunyi di Ngawi: Rizky Diam Membisu Saat Dikonfirmasi



กระเบื้องทางเท้าNovember 28, 2024 at 8:19 pm
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muhammad-najib-mungkinkah-allah-berbicara-dengan-bahasa-sinyal/ […]
สล็อตออนไลน์ เว็บตรงไม่ผ่านเอเย่นต์December 16, 2024 at 12:07 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muhammad-najib-mungkinkah-allah-berbicara-dengan-bahasa-sinyal/ […]
turning stone online casinoJanuary 13, 2025 at 10:17 pm
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muhammad-najib-mungkinkah-allah-berbicara-dengan-bahasa-sinyal/ […]
best camsFebruary 5, 2025 at 6:15 am
… [Trackback]
[…] There you can find 51654 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/muhammad-najib-mungkinkah-allah-berbicara-dengan-bahasa-sinyal/ […]