Jilal Mardhani: Prabowo (Bagian 2)

Jilal Mardhani: Prabowo (Bagian 2)
Presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan pada sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-11 D-8, di Istana Kepresidenan New Administrative Capital, Kairo, Mesir, pada Kamis (19/12/2024). (Foto: Tangkapan YouTube BPMI Setpres)



Oleh: Jilal Mardhani

Faktanya Anda memang memenangkan pemilihan 2024. Itu sudah tercatat dalam sejarah Indonesia. Berikut dengan segala keajaiban yang menyertainya.

Begitulah yang dirasakan pemilih yang menyaksikan kekalahan Anda saat jadi pasangan Megawati pada Pilpres 2009 dulu. Seperti yang saya sampaikan pada tulisan sebelumnya. Waktu itu kalian berdua mungkin dianggap sebagai pasangan ‘tak masuk akal’.

Sangat mungkin pemilih Presiden Indonesia 2009 mengalami kekecewaan yang begitu besar. Sehingga Megawati yang berpasangan dengan Anda, hanya mampu meraih 26,79% suara. SBY yang sejatinya juga bagian dari perjalanan Orde Baru, justru mampu mempertahankan perolehannya (2009: 60,80 persen). Malah sedikit lebih tinggi di banding suara yang berhasil diraihnya pada putaran kedua 2004 (61,62%). Sementara suara Megawati ketika berpasangan dengan Anda (26,79%) malah turun drastis. Dibandingkan saat putri bung Karno itu berpasangan dengan Hasyim Muzadi ( 39,38%) pada 2004 sebelumnya.

Pilpres 2009 memang diselenggarakan dalam 1 putaran. Ketika itu, kontestan yang lain adalah Jusuf Kalla-Wiranto (12,41%).

Kalau begitu, mengapa ketika Anda berpasangan dengan putra Joko Widodo pada Pilpres 2024 kemarin, mampu membukukan kemenangan yang cukup telak (58,59%)?

Bukankah Anda dan Gibran — jika kita mengacu pada anggapan pemilih terhadap Megawati ketika berpasangan dengan Hasyim Muzadi maupun Anda sendiri sebelumnya — tak kurang ‘masuk akal’ juga?

Faktanya pemilih Indonesia tak beranggapan begitu, bukan?

Mungkin masyarakat kita sudah apatis. Tak lagi menggubris ‘ketidak masuk akalan’ serupa. Sejarah dan latar belakang perjalanan politik Anda yang ‘sangat berkaitan Orde Baru’, bukan lagi persoalan. Berbagai akrobatik konstitusional yang akhirnya memungkinkan anak Joko Widodo dipasangkan dengan Anda hingga terpilih kemarin pun, tak lagi berkonotasi negatif bagi pemilih kita. Meski pengertian dan definisi nepotisme — hal yang sejatinya teramat prinsipil hingga diharamkan Gerakan Reformasi 1998 pada kehidupan berbangsa dan bernegara setelahnya — begitu terang-benderang dan tak terbantahkan.

Pada akhirnya, demikianlah sejarah Indonesia kita. Anda dan Gibran sudah terpilih melalui perolehan jumlah suara meyakinkan. Sah dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang ramai ditengarai ‘dicabuli’ di sana-sini.

*

Kita tak hidup surut ke belakang. Maka saya berharap pada hal yang mustahil. Bahwa Anda memiliki pemikiran bernas di luar jangkauan kami yang tak sependapat bahkan menentang pencalonan Anda.

Jika meraih tampuk kekuasaan adalah segalanya. Janganlah berlarut hingga penyingkiran harga diri. Semua itu tentunya bertali-temali dengan retorika Anda selama belasan tahun belakangan ini.

[bersambung]

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=