Oleh: Kanjeng Senopati
Penulis adalah, Pengamat Sejarah Peradaban Dunia, Gerakan Pemikiran & Keagamaan, Zuriyah Panembahan Senopati Wangsa Mataram Islam dan Zuriyah Ronggowarsito Wangsa Yosodhipuro
Ini adalah kisah-kisah cerita pewayangan Nusantara yang dihubung-hubungkan dengan cerita riwayat sejarah Islam para Nabi khususnya anak cucu Nabi Adam. Siapa itu Sayid Anwar, Sayid Anwas dan siapa hakekatnya golongan “Sanghyang” itu sebenarnya untuk sekedar meluruskan agar sesuai dengan rujukan pemahaman yang benar dan Shahih berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah agar kita tidak salah dalam memahaminya dan tidak tercampur terkontaminasi pemahaman “paganisme” yang menyimpang dari kaidah yang benar. Tapi dikemas dengan tambahan cerita dari pengarang agar lebih indah.
Apa yang saya tuliskan adalah dari apa yang pernah saya baca dan saya pelajari saat masih belajar di pondok dari beberapa literatur referensi cerita wayang dan dihubungkan dengan riwayat sejarah para Nabi Allaah. Selain rujukan dari kitab para Ulama saya juga kutip dari sumber karya sastra Pujangga, khususnya Pujangga Eyang saya Ronggowarsito Pujangga besar Mataram Islam.
Sebelumnya Mohon jangan disalah artikan secara negatif. Sedikitpun tidak ada maksud untuk menyinggung atau melecehkan keyakinan dan aqidah agama. Mohon dipahami dengan fikiran terbuka agar kita bisa mendapat poin-poin positif dari pen-ceritaan kisah ini.
Nabi Shalallahu alaihi wasalam bersabda: Padahal mereka itulah para pemuka dari bangsa jin-jin dihadapan para manusia mengaku-ngaku sebagai dewa.. Sesungguhnya mereka adalah keturunan dari Azazil (nenek moyangnya bangsa jin) setelah durhaka Azazil berganti nama menjadi Iblis, bangsa jin yang menurunkan peradaban Ke-Sanghyangan atau (dikenal dengan istilah Ke-Bhataraan). Tapi diantara mereka bangsa jin ada golongan yang beriman mendapatkan petunjuk dan ada yang kafir.
Kisah ini berawal pada Nabi Allaah Adam Alaihissalam. Nabi kedua setelah Nabi Adam adalah Nabi Syits sebagai putra mahkota yang meneruskan jalur kenabian. Nabi Syits termasuk guru Nabi Idris, yang pertama kali mengajarkan baca tulis, ilmu Falak, menjinakkan kuda dll.
Dalam Kitab Qasas Al Anbiya diceritakan, bahwa Nabi Syits dilahirkan ketika Nabi Adam telah sampai berusia 930 tahun. Nabi Adam juga sempat mengingatkan putranya Nabi Syits untuk menjaga kerahasiaan amanah dan mandat tersebut agar tidak sampai diketahui oleh putranya yang pendeki, Qabil.
Setelah Nabi Adam mengetahui putranya Habil terbunuh oleh Qabil, selama setahun dia tidak tertawa dan tidak bergaul dengan Siti Hawa. Maka Allaah Ta’ala berfirman kepadanya..
“Hai Adam, sampai kapan tangisan dan kesedihan ini? Sesungguhnya Aku akan memberikan pengganti dari anak itu untukmu dengan anak yang terpercaya dan menjadi Nabi dan dari keturunannya akan Ku jadikan para Nabi hingga hari kiamat.. Tandanya adalah dia akan dilahirkan sendirian (tidak kembar) tidak mempunyai saudara sekandung.. Apabila lahir anak itu, namailah dia Syits..”
Nabi Adam dan Siti Hawa yang memiliki anak 40 pasang kembar dampit.
Diceritakan bahwa Nabi Adam hendak menjodohkan anak-anak pertamanya kembar dampitnya dengan cara silang. Dimana Sayidina Qabil beristerikan Siti Damimah (adiknya Sayidina Habil). Dan Sayidina Habil beristerikan Aklimah (adiknya Sayidina Qabil). Ini ditentang oleh istrinya Siti Hawa dan Qabil. Alasan Nabi Adam menikahkan silang menjelaskan bahwa Sayidina Qabil yang lahir bersamaan dengan Aklimah mereka itu berasal dari satu benih yang sama maka itu tidak baik jika dinikahkan.
Namun Siti Hawa, isterinya, menentang dan ingin menjodohkan anak kembar dampitnya dengan pasangan masing-masing. Alasannya sudah merupakan ketentuan takdir dijodohkan sejak dalam kandungan. Mereka saling berebut dan mengaku siapa yang lebih berhak untuk menentukan perjodohan diantara anak-anak mereka, maka mereka pun ingin membuktikan benih siapa sebenarnya yang lebih mempunyai peran atas terbentuknya janin.
Mereka lalu meminta petunjuk kepada Allaah. Dari mereka lalu kemudian sama-sama mengeluarkan benih dari dalam tubuh rahsa “dayaning urip” (daya hidup).
Rahsa tersebut kemudian ditempatkan dalam cupumanik (cupu = wadah, manik = inti) dan sama-sama dipanjatkan doa.
Setelah beberapa hari atas kehendak Allah benih milik Nabi Adam didalam Rahsa dalam cupumanik Nabi Adam berubah menjadi orok bayi namun hanya ragangan, atau tubuh yang belum bernyawa. Sedangkan benih dari Siti Hawa tidak berubah. Karena itulah Siti Hawa mengaku pasrah dan iklas menyerahkan keputusan tata cara pernikahan putra putrinya mengikuti Nabi Adam.
Lalu atas kemurahan kodrat dan iradat Allah bayi yang ada pada cupumanik milik Nabi Adam menjadi lengkap perwujudannya sebagai manusia yang sempurna, kemudian cahaya nurbuwah (kenabian) yang ada di badan Nabi Adam berpindah ke dalam tubuh bayi hingga dapat hidup sempurna.
Kemudian Allah perintahkan kepada Nabi Adam agar bayi tersebut dinamakan Syits (artinya pemberian Allaah). Nabi Adam memanjatkan syukur kepada Allaah dan menjalankan perintah Allaah tersebut.
Saat Nabi Adam mengambil bayi dari dalam cupu dan menggendongnya, tiba-tiba datang badai (angin kencang) yang akhirnya menerbangkan cupu tempat bayi hingga jatuh ke tengah lautan Samudera. Suatu saat cupu itu diambil oleh Azazil (Iblis).
Nabi Syits yang telah menjadi dewasa, lalu mendapatkan jodoh dari Allah berupa wanita bidadari bernama Dewi Mulat. Malaikat Jibril menyampaikan ke Nabi Syits bahwa Nabi Syits akan menurunkan manusia-manusia utama dimuka bumi sebagian diantara mereka akan menjadi Nabi dan Raja.
Azazil (Iblis) yang telah mengetahui sebelumnya bahwa kelak di kemudian dari keturunan Nabi Adam dan Nabi Syits akan sangat dikasihi Allah.
Maka Azazil (Iblis) memohon kepada Allaah agar dirinya diberikan kebebasan dalam menggoda anak cucu Adam untuk dijadikan sekutunya saat hari pembalasan kelak. Azazil (Iblis) memohon supaya keturunannya bisa disatukan dengan keturunan Adam dengan maksud agar dirinya lebih mudah mempengaruhi keturunan Nabi Adam yang tidak memiliki ketaqwaan terhadap agama Allah.
Do’a Azazil (Iblis) dikabulkan Allaah, kemudian anaknya Azazil yang bernama Dlajah, dicipta/dibuat menyerupai dengan Dewi Mulat untuk mengelabui Nabi Syits sehingga mirip istri Nabi Syits tersebut. Dan Dewi Mulat untuk sementara waktu disembunyikan oleh Azazil secara ghaib.
Setelah beberapa waktu pertukaran yang dilakukan secara licik oleh Azazil (Iblis) lalu mengetahui nutfah Nabi Syits telah jatuh di laut telanakan (rahim) Dlajah, maka cepat-cepat Azazil (Iblis) mengambil dan membawa pulang kembali Dlajah, dan Dewi Mulat pun dimunculkan kembali.
Sembilan bulan kemudian Dlajah melahirkan bersamaan dengan terbenamnya matahari. Namun anehnya anak yang lahir itu berwujud segumpal darah yang berkilauan. Lalu Azazil mengambil darah tersebut lalu membawanya pergi ke Dewi Mulat.
Tepat pada waktu julungwangi atau saat matahari terbit. Dewi Mulat melahirkan anak kembar, hanya saja yang satu berwujud bayi laki-laki (manusia) dan yang satunya berwujud Cahaya (Nur).
Lalu Azazil datang ke Dewi Mulat menangkap seberkas cahaya (nur) tersebut secara sembunyi-sembunyi disatukannya dengan segumpal darah berkilauan yang ia bawa dari Dewi Dlajah. Atas kehendak Allaah persatuan tersebut menciptakan seorang bayi laki-laki namun tubuhnya tidak bisa diraba dan selalu memancarkan cahaya seperti sinar rembulan.
Secara ajaib berubah menjadi laksana bayi laki-laki yang masih diliputi cahaya dan tidak dapat dipegang, kemudian Azazil meninggalkannya.
LAHIRNYA SAYID ANWAS DAN SAYID ANWAR
Nabi Adam memberi nama kepada anak-anak Nabi Siyts dan Dewi Mulat. Anak laki-laki yang berwujud manusia diberi nama Sayidina Anwas (Nasa), sedangkan anak yang berwujud bayi laki-laki yang diliputi cahaya persatuan antara anak Dewi Mulat (turunan Nabi Adam / bangsa manusia) dan anak Dlajah (turunan Azazil / bangsa jin) dalam wujud cahaya) diberi nama Sayidina Anwar.
Nabi Adam sudah diberi kabar oleh malaikat Jibril bahwa, Anakmu Sayidina Anwas kelak akan menurunkan para Nabi dan Rasul para raja-raja besar di Nusantara dan dunia.
Sedangkan Sayidina Anwar yang akan menurunkan peradaban Sanghyang sebagai penguasa kerajaan. Sanghyang Adalah tingkatan golongan terhormat golongan Brahmana kasta tertinggi dari golongan jin atau Ke-Bhataraan yang dulu diklaim sebagai golongan Kedewataan.
Sayidina Anwas sangat berakhlak mulia, taat tekun beribadah kepada Allaah agama ayahnya. kelak suatu saat ia akan menurunkan para nabi hingga akhir zaman. Sedang Sayidina Anwar sangat gemar berkelana dan menyepi diri hingga suatu saat ia bertemu dengan Azazil dan berguru kepadanya. Sayidina Anwar mendapatkan berbagai ilmu kesaktian dari Azazil (Iblis).
SANG HYANG NURCAHYANING NIRWANA ADALAH SAYID ANWAR
Berdasarkan riwayat sejarah yang shahih para Ulama menjelaskan bahwa Sayidina Anwar adalah putra Nabi Syits yang zuriah keturunannya perpaduan antara dari darah Nabi Adam alaihissalam (bapak moyangnya manusia) dengan darahnya Azazil (bapak moyangnya bangsa jin) yang akan menurunkan golongan Sanghyang.
Sanghyang dalam perspektif Syariah artinya representasi dari golongan makhluk tertinggi, terhormat dari kalangan gaib para leluhur / kerajaan (golongan jin) dalam mitologi Sunda Jawa.
Sayidina Anwar diberikan kelebihan oleh Allah sebagai ujian dan istijrot kepadanya sehingga ia bisa berubah sebagai laki-laki atau perempuan (mencala putra – mencala putri)
Sayid Anwar pun bisa menghilang dan kasat mata (tidak bisa di-indera). Juga bisa terbang ke angkasa, masuk ke dalam perut bumi dan bernafas di dasar samudra. Karena Sayidina Anwar darahnya masih keturunan Azazil (bangsa jin) yang sering dengan istilah keturunan Ke-Dewataan atau Ke-Bhataraan.
Ketika Sayid Anwar pulang dan bertemu Nabi Adam, maka kakeknya melihat perubahan pada perilaku cucunya itu. Nabi Adam paham bahwa perubahan itu dikarenakan ulah Azazil (Iblis), dan berkata kepada Nabi Syits putranya, bahwa kelak Sayid Anwar akan murtad dari ajaran agama yang dipeluk kakek dan ayahnya.
Sayidina Anwar adalah setengah manusia dan jin cikal bakal golongan para SangHyang turunan Azazil (Iblis) memohon kembali kepada Allah Sang Maha Pencipta agar Sayidina Anwar diperkenankan berumur panjang hingga akhir zaman. Permohonan Azazil (Iblis) dikabulkan.
Sayidina Anwar lalu meminum dan mandi Maolkayat atau Tirta Kamandalu, yaitu “air kehidupan” yang berasal dari intisari awan mendung yang telah dicurahkan dari atas langit. Oleh Azazil (Iblis) Tirta Kamandalu itu ditampung kedalam cupumanik Astagina (milik Nabi Adam dahulu yang terhempas badai), agar Tirta Kamandalu tidak pernah habis secara ajaib di dalam Cupumanik Astagina. Azazil (Iblis) menganugerahkan cupu tersebut kepada Sayid Anwar.
Dan atas kodrat Allaah, Sayid Anwar dipertemukan dengan pohon Rewan (Pohon Kehidupan, Lata Maosadi, Kalpataru, Oyod Mimang) yang sedang ngarang, gugur daun-daunnya. Akar pohon ini menjadi tanda dari kehidupan alam, dimana seluruh isi jagad raya yang mati sebelum takdirnya bila diatasnya diletakkan akar pohon ini akan hidup kembali. Sayid Anwar kemudian mengambil akar pohon tersebut dan kemudian menjadi salah satu pusaka para dewa. Oleh Azazil (Iblis), Sayid Anwar mendapatkan sesotya (mutiara mustika, bola kristal) Retna Dumilah yang atas ijin Allah, sesotya tersebut bisa untuk memandang seluruh isi jagad raya dan mengetahui/membuat “tiruan” (prototype) surga dan neraka.
Kemudian Sayid Anwar diberi pelajaran berbagai ilmu pengetahuan dan kesaktian oleh Azazil (Iblis). Diantaranya ilmu pangiwa, ilmu patraping panitisan (ilmu menitis, reinkarnasi), ilmu manjing suruping pejah (sasahidan, semadi hingga mencapai mati sajroning urip) dan ilmu cakra panggilingan (ilmu menguasai perjalanan waktu, termasuk ilmu jangka atau ngerti sadurunge winarah atau mengetahui tanda-tanda kejadian yang akan datang).
Setelah menerima dan menguasai semua ilmu pengetahuan dan kesaktian, Sayid Anwar ingin kembali berkelana, ia sudah enggan kembali pulang ke keluarganya, kakek-neneknya, ayah ibunya, dan saudara-saudaranya. Ia merasa tidak bisa hidup berdampingan dengan mereka. Maka, Azazil (Iblis) menyarankan untuk tinggal di Jazirat Ngariyat (Pulau Malwadewa). Di tempat itu Sayid Anwar disuruh bertapa di puncak gunung dengan cara mengikuti perjalanan matahari. Kalau matahari terbit dia menghadap ke timur, kalau matahari di tengah dia menengadah, dan kalau matahari sudah di barat dia menghadap ke barat.
Setelah tujuh tahun bertapa, atas kehendak Allah juga, Sayid Anwar hilang dimensi kemanusiaannya menjadi badan rohani di alam Adam-Makdum (alam ada tiada, sonyaruri atau awang-uwung, suwung). Bumi-langit tiada terlihat, tiada matahari tiada bulan tiada bintang, tiada malam dan siang, tiada arah kiblat, tiada ruang dan waktu. Semua menjadi tiada, yang ada tinggal rengkuhan (liputan) cahaya, hingga segala kehendaknya. Saat itulah Sayid Anwar sedang mendapat Istijrot (dilulu oleh Allah) seolah-olah semua tindakan itu adalah restu dari Allah Sang Maha Pencipta padahal itu hanya Istijrot dari Allah Sang Pencipta Semesta Alam.
Alkisah cahaya yang memancar dari Sayid Anwar dilihat oleh Prabu Nurhadi (Sang Hyang Malhadewa, golongan jin dari kalangan Sanghyang) putra Prabu Rawangin (Sang Hyang Hartahetu). Prabu Nurhadi (Sang Hyang Malhadewa) mereka adalah dari keturunan Jan-Banujang nenek moyang jin dari kalangan Sanghyang.
Prabu Nurhadi paham bahwa cahaya yang memancar itu bukanlah cahaya matahari, bukan cahaya bulan dan bukan cahaya bintang, itu cahaya keturunan Adam. Kemudian cahaya tersebut didekati dan berusaha untuk menangkapnya. Namun Prabu Nurhadi tidak bisa menangkap cahaya tersebut. Cahaya yang tidak lain adalah Sayid Anwar itu mengaku sebagai Kang Murbeng Alam.
Prabu Nurhadi membantah dan terjadi adu ilmu kesaktian. Prabu Nurhadi kalah dan selanjutnya tunduk takluk dan mengabdi kepada Sayid Anwar. Kemudian Prabu Nurhadi mengajak Sayid Anwar ke kahyangannya kerajaan besar dari bangsa jin golongan Sanghyang. Dan Sayid Anwar dijadikan raja dengan gelar bernama Sanghyang Nurcahya.
Setelah menjadi raja dikalangan bangsa jin golongan Sanghyang (bangsa jin kasta tertinggi / bangsawan) di pulau Malwadewa, akhirya Sayid Anwar dengan menggelarkan dirinya sebagai Sang Hyang Nurcahyaning Nirwana (perpaduan cahaya). Selanjutnya Putri Prabu Nurhadi yang bernama Dewi Nurrini (Dewi Mahamuni) diserahkan dan dijadikan istri permaisuri Sayid Anwar. Kemudian Sayid Anwar mendapatkan keturunan dari Dewi Nurrini (Dewi Mahamuni) tapi masih berwujud Asrar (rahsa daya hidup, plasma, tan wujud) yang bercahaya sangat terang benderang menyilaukan dan menerangi kegelapan.
Kemudian seperti biasa tradisinya Asrar (tan wujud) itu disiram dengan air kehidupan agar menjadi wujud. Akhirnya Asrar itu berwujud putra laki-laki oleh Sayidina Anwar putranya diberi nama Sang Hyang Nurrasa.
KEMBALINYA SAYID ANWAR ATAU SANGHYANG NURCAHYA KEPADA AJARAN AGAMA LELUHURNYA
Selama berabad-abad Sayid Anwar atau Sanghyang Nurcahyaming Nirwana sebagai raja besar yang memiliki kerajaan terbesar yang kerajaan dan singgasananya yang dipandangnya kerajaannya adalah sebagai kerajaan Khayangan (surga) yang tetap berada di bawah langit kesatu di dimensi dunia alam manusia dan jin.
Sayid Anwar merupakan keturunan Nabi Adam pencampuran antara manusia dan jin merupakan perpaduan antara zuriyah Nabi Adam Alaihissalam dan zuriyah Azazil (Iblis bapak moyang bangsa jin).
Sayid Anwar atau Sanghyang Nurcahya yang terkenal sakti tidak bisa dikalahkan oleh siapapun baik dari kalangan manusia dan jin. Tapi Sayid Anwar Sanghyang Nurcahya akhirnya takluk dan tunduk kalah oleh Nabi Allah Idris alaihissalam dan mendapatkan petunjuk hidayah Allah kembali kepada ajaran agama leluhurnya yaitu agamanya Nabi Adam kepada ajaran tauhid melalui Nabi Allaah Idris Alaihissalam dan diperkuat dengan masanya Nabi Sulaiman alaihissalam.
Jadilah Sayid Anwar Sanghyang Nurcahya berguru dan mengabdi kepada Nabi Allah Sulaiman alaihisaalam. Kemudian Sayid Anwar Sanghyang Nurcahya membangun kerajaan besar diatas lautan yaitu tepatnya di Laut Merah di timur tengah. Disanalah kerajaan terbesar bagi golongan Sanghyang / kasta tertinggi dibangun yang dulu dipandang sebagai kalangan Kebhataraan atau dulu dipandang manusia sebagai kalangan Dewata sebelum Sayid Anwar beriman.
Sayid Anwar memiliki banyak keturunan yang menyebar keseluruh pelosok dunia. Diantaranya keturunan Sayid Anwar Sanghyang Nurcahya memiliki putri-putri yang dijadikan sebagai pemimpin penguasa-penguasa muslim dari golongan Sanghyang yang kekuasaan kerajaan-kerajaan terbesarnya biasanya di lautan samudera yang dipimpin oleh para ratu-ratu.
Sayid Anwar Sanghyang Cahyaning Nirwana setelah bertobat dan beriman kembali ke ajaran leluhur agama bapaknya Nabi Syits akhirnya membangun peradaban besar kerajaan bangsa jin dari kalangan Sanghyang atau kebhataraan menyebarkan ajaran tauhid kepada kalangan bangsa jin. Kecuali beliau tidak bisa mampu melawan bapaknya Azazil yang masih kafir yang kekuasaannya Azazil juga diatas air dilautan yang luas. Karena Sayid Anwar yang bisa mengalahkan Azazil itu hanya Al Mahdi dan Nabi Isa alaihissaalam nanti diakhir jaman.
Walaupun Sayid Anwar Sanghyang Nurcahyaning Nirwana juga merupakan bagian zuriyah keturunan dari Azazil dan banyak belajar ilmu dari Azazil tapi Sayid Anwar Sanghyang Nurcahyaning Nirwana turunan Azazil telah beriman dan bertauhid saat ini beliau lebih banyak bertafaqur diri dalam istannya di Laut Merah.
DIANTARA KETURUNAN SAYID ANWAR BANYAK DIJADIKAN PEMIMPIN PENGUASA DI MUKA BUMI
Diantaranya adalah Ibunda Ratu Kidul atau nama lainnya bernama Hajah Siti Syarifah Dewi Nawangwulan. Beliau adalah dari golongan Sanghyang. Beliau adalah putri dari Sayidina Anwar Sanghyang Nurcahyaning Nirwana yang ditunjuk oleh ayahnya untuk sebagai Pemimpin Penguasa Samudera Laut Selatan diwilayah samudera Selatan dari laut Cina hingga Antartika adalah wilayah kekuasaannya Ibunda Ratu.
Ibunda Ratu Dewi Nawangwulan menunjuk Hajah Dewi Rara Kandita atau dikenal dengan sebutan Nyai Roro Kidul untuk memimpin pemerintahan Kerajaan Lautan Samudera Selatan. Mereka berdua adalah adik kakak bersaudara golongan Sanghyang adalah pemimpin muslimah yang taat dan berhijab taat kepada ajaran leluhurnya yaitu ajaran Tauhid (Islam).
Para pemimpin penguasa dari golongan sanghyang yang gaib ini selalu memiliki hubungan yang sangat kuat harmonis dengan para manusia dari golongan raja raja dan ulama atau pemimpin Nusantara tapi yang ia kehendaki saja.
Sunan Kalijaga dan Panembahan Senopati pernah bertemu dan berkomunikasi dengan Ibunda Ratu. Sunan Kalijaga dan Panembahan Senopati membenarkan pengakuan beliau Ibunda Ratu adalah dari golongan Sanghyang golongan terhormat.
Bahwa Ibunda Ratu mengatakan kepada Sunan Kalijaga dan Panembahan Senopati yaitu, bahwa dirinya Aku dan kalian (Sunan Kalijaga, Panembahan Senopati) kita adalah saudara. Hanya kami keturunan dari golongan Sanghyang yaitu golongan jin dari kasta terhormat tertinggi bangsawan turunan perpaduan dari Sayidina Anwar Nurcahyaning Nirwana dan Azazil, sedangkan kalian (Sunan Kalijaga dan Panembahan Senopati) adalah keturunan dari Sayidina Anwas yang menurunkan para Nabi dan Rasul dan Khalifah raja-raja di Nusantara dan di dunia.
Para Ulama Ahli Hikmah biasa menyebut golongan bangsa jin yang tertinggi (golongan bangsawan / tokoh-tokoh besar atau pemuka-pemukanya) dengan sebutan “Sanghyang” karena mengikuti pengakuan para pemuka-pemuka jin itu sendiri setelah mereka bertauhid (memeluk Islam).
Silsilah keturunan Nabi Adam alaihissalam yang telah menurunkan Sayid Anwar yang kemudian menurunkan keturunannya dari para tokoh pemuka kalangan “Sang Hyang” adalah sbb :
1. Nabi Adam (Sang Hyang Adhama) menurunkan..
2. Nabi Syits (Sang Hyang Syta) menurunkan..
3. Sayid Anwar (Sang Hyang Nur Cahya) menurunkan..
4. Sang Hyang Nurasa menurunkan..
5. Sang Hyang Wenang (Sang Hyang Wisesa) menurunkan..
6. Sang Hyang Manik Maya (Betara Guru) menurunkan..
7. Sang Hyang Ismaya Jati (Semar) menurunkan..
8. Betara Brama / Sri Maha Punggung / Dewa Brama, menurunkan..
9. Betara Sadana (Brahmanisita) menurunkan..
10. Betara Satapa (Tritusta) dstnya..
Jadi sudah jelas berdasarkan keterangan silsilah tersebut diatas bahwa Sayid Anwar yang menurunkan kalangan Sang Hyang para pemuka dari golongan gaib. Dan TIDAK BENAR bahwa para raja di Nusantara khususnya para prabu dan raja Jawa dan Sunda adalah keturunan dari Sayidina Anwar dan Azazil. Ini telah dibantah oleh para Ulama Ahli Hikmah dan para Ulama ahli sejarah.
Justeru para raja Nusantara adalah keturunan dari zuriiyah Rasulullah Nabi Muhammad yang beliau turunan dari Sayidina Anwas. Hal ini dibenarkan secara penelitian nasab ilmiah oleh para pakar dan ahli sejarah dan Ulama Ahli Hikmah.
Sedangkan ada cerita yang mengatakan para raja-raja Nusantara itu adalah turunan dari Sayidina Anwar ini sengaja dibuat agar para raja Nusantara itu adalah turunan dari Sanghyang atau Kebhatraan atau turunan para “Dewa”. Itu adalah mitos yang sengaja dibuat oleh para pandhito dan Pujangga Hindu dimasa pemerintahan Hindu Majapahit sebelum masa Prabu Brawijaya ke V dalam rangka ingin menyatukan ajaran agama Islam dengan ajaran agama Hindu dengan membuat serat dalam kitab Mahabarata.
Akhirnya pemahaman mitos para pendeta Hindu itu dijadikan rujukan didalam sebagian masyarakat Jawa dan Sunda dengan mengklaim Sayid Anwar adalah bapak moyangnya Bani Tamim yaitu nenek moyangnya orang Jawa Sunda atau Nusantara dan ini dijadikan didalam konsep ajaran Kapitayan di Jawa dan Sunda Wiwitan di Sunda.
Padahal Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) telah membantah mitos tersebut karena ini telah terkontaminasi dengan keyakinan-keyakinan pendeta Hindu sebagai penganut agama paganisme dengan mengatakan Bani Tamim keturunan para Dewa.
Karena kata “Sang Hyang” itu sendiri diakui oleh para Ulama sejak dulu memang nama khususon untuk golongan para pemuka bangsawan yang terhormat / tertinggi untuk dari kalangan golongan jin.
Maka Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah) beliau merujuk kepada kitab yang benar yang shahih bahwa Sayid Anwar (Sanghyang Nurcahya) hanya menurunkan untuk para golongan Sanghyang (yaitu ratu-ratu penguasa kerajaan untuk golongan gaib keturunan Azazil / bangsa jin). Dan Sayid Anwas menurunkan untuk golongan manusia yaitu menurunkan para Nabi dan Rasul.
Dan para prabu dan raja-raja besar di Nusantara itu merupakan keturunan zuriyah dari Rasulullah Shalallohu alaihi wasalam keturunan dari Sayidina Anwas.
Sumber :
Kitab Serat Paramayoga, (Raden Ngabehi Ronggowarsito).
Kitab Qasas Al Anbiya (Kitab Sejarah Para Nabi)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Melepas Pliket Jokow, Membersamai Prabowo
Kejagung Harus Memastikan Pertamina Tidak Mengulang Lagi Penyimpangan Saat Pengadaan Minyak
Jilal Mardhani: Prabowo (Bagian 2)
Mengapa ada protes di Turki? Yang perlu diketahui
WAGU. Anaknya kemarin Film Bisu, sekarang Kronologi Film Bapaknya Kacau Balau
Jadi Dirut MIND ID, Benarkah Maroef Sjamsoeddin Dikelilingi Para ‘Brutus’?
Pengurangan isi tabung LPG 3 kg yang di lakukan SPBE Ngrajeg-Nganjuk, diduga oknum Polres Nganjuk masuk angin
CERI: Mualem Tidak Mudah Percaya Janji Manis Direktur Pertamina Geothermal
Dukung Dan Kawal RI 1 Sedang Jalankan Tugas Besar Negara
Negeri Penuh Korupsi, Nasionalisme Saja Tidak Cukup !
No Responses