“Mereka mencetak uang seenaknya, sementara rakyat dipaksa percaya. Lalu datanglah yang tak bisa mereka kendalikan—dan kali ini, bahkan Trump tak punya pilihan selain mengikutinya.”
Oleh: Agus M Maksum
Dunia sudah lama ditipu.
Sejak hari ketika Nixon berdiri di depan kamera, suaranya lantang, matanya penuh keyakinan, mengumumkan bahwa Dolar tak lagi terikat pada emas.
Sejak hari itu, Amerika Serikat menjadi Tuhan atas uang.
Mereka mencetak triliunan dolar dari udara kosong.
Mereka menukar kertas dengan minyak, beras, tanah, dan kehidupan manusia.
Mereka tak perlu bekerja. Mereka hanya perlu memerintah.
Sementara itu, rakyat harus bekerja.
Sembilan jam sehari. Lembur. Memeras keringat.
Dan saat mereka menyimpan sedikit uangnya, nilainya terus merosot.
Dikikis inflasi. Dihancurkan oleh keputusan-keputusan yang dibuat di Washington, di meja-meja megah yang dikelilingi pria-pria bersetelan mahal.
Tapi rakyat tetap percaya.
Mereka diajari untuk percaya.
Diajari bahwa mata uang ini adalah satu-satunya kebenaran.
Ketika Saddam dan Qaddafi mencoba melawan, mereka digantung dan ditembak.
Karena di dunia ini, hanya satu hukum yang berlaku:
Barang siapa menantang Dolar, ia akan dihancurkan.
Itulah perbudakan modern.
Dan selama puluhan tahun, tak ada yang berani melawan.
Dunia Tak Lagi Sama
Namun, setiap sistem yang menindas, akan menemukan lawannya.
Dan lawan itu lahir dari dunia yang tak bisa mereka sentuh.
Dari tangan-tangan tak dikenal, dari manusia-manusia tanpa wajah,
lahirlah sesuatu yang tak bisa mereka kendalikan.
Tak bisa dihancurkan oleh bom.
Tak bisa dibekukan oleh bank.
Tak bisa dicetak sesuka hati seperti Dolar.
Bitcoin.
Awalnya mereka menertawakannya.
Lalu mereka mengejeknya.
Lalu mereka mencoba melarangnya.
Tapi api perlawanan tidak bisa dipadamkan.
Semakin mereka menyerang, semakin besar ia tumbuh.
Semakin mereka menekan, semakin kuat ia menjadi.
Sampai akhirnya Donald Trump menyerah.
Ia yang selama ini bicara lantang tentang supremasi Dolar.
Ia yang selama ini mengklaim kekuatan Amerika tak tergoyahkan.
Ia kini menandatangani dekrit:
Bitcoin akan masuk dalam cadangan nasional.
Fort Knox—yang dulu menyimpan emas dunia—kini menjadi tempat penyimpanan Bitcoin.
Dolar tak lagi satu-satunya penguasa.
Saatnya Komunitas Membuat Uangnya Sendiri
Mereka berpikir mereka telah menang.
Mereka berpikir hanya mereka yang bisa menciptakan uang.
Mereka berpikir sistem ini akan bertahan selamanya.
Mereka lupa satu hal:
Manusia bisa bersepakat.
Jika komunitas kecil mampu menciptakan Bitcoin dan mengguncang dunia, bagaimana jika dua miliar umat Islam melakukannya?
Bayangkan: Mata uang komunitas Islam.
Bukan lagi Rupiah.
Bukan lagi Riyal.
Bukan lagi hanya Dinar emas yang tinggal sejarah.
Tapi mata uang digital berbasis emas,
yang tidak bisa dicetak seenaknya,
yang tidak bisa dimainkan oleh bank sentral mana pun.
Jika komunitas Muslim di seluruh dunia bersepakat untuk menciptakan mata uang digital mereka sendiri, maka: Bank Dunia akan panik. IMF akan kehilangan kendalinya. Sistem keuangan global akan runtuh, dan digantikan oleh sesuatu yang lebih adil.
Bayangkan dunia di mana umat Islam tak lagi dipermainkan oleh nilai tukar dolar.
Bayangkan dunia di mana umat Islam tidak perlu takut bahwa mata uang mereka anjlok hanya karena keputusan para bankir di New York.
Bayangkan dunia di mana umat Islam memiliki kuasa atas uang mereka sendiri.
Dan yang paling mereka takuti adalah:
Itu bisa terjadi.
Karena sejarah telah menunjukkan bahwa kekuasaan tidak pernah abadi.
Hari ini Dolar masih berkuasa.
Tapi esok, bisa jadi kita yang menentukan nilainya.
Bitcoin sudah membuktikan bahwa komunitas bisa menciptakan uang sendiri.
Sekarang, giliran kita,bila mau….
EDITOR: REYNA
Related Posts
Skripsi dari Masa Depan, Dosen dari Dunia Khayal
Melepas Pliket Jokow, Membersamai Prabowo
Perumahan MBR, MBG dan Hilirisasi, Mengapa Pengusaha TerCuan di RI Belum Berkontribusi?
Kejagung Harus Memastikan Pertamina Tidak Mengulang Lagi Penyimpangan Saat Pengadaan Minyak
Jilal Mardhani: Prabowo (Bagian 2)
Jilal Mardhani: Prabowo (Bagian 1)
Mengapa ada protes di Turki? Yang perlu diketahui
WAGU. Anaknya kemarin Film Bisu, sekarang Kronologi Film Bapaknya Kacau Balau
Sufmi Dasco, Senopati Politik Prabowo Subianto (46) : Revisi UU TNI tidak bertujuan untuk membangkitkan militerisme
Jadi Dirut MIND ID, Benarkah Maroef Sjamsoeddin Dikelilingi Para ‘Brutus’?
No Responses