Presiden Oh Presiden

Oleh: Mohammad Damami Zain

Jokowi telah memimpin Indonesia selama dua periode. Jikalau dimungkinkan ia mau memimpin satu periode lagi. Banyak kebijakan Jokowi yang disesali. Rakyat berharap Prabowo dapat memperbaiki kondisi

Kita menjadi jengah, kenapa tipe pemimpin Indonesia ini tidak makin “linier inovatif menaik”, melainkan makin “tersuruk”.

Presiden RI pertama ditandai berjiwa negarawan, pemimpin, pemikir, pemberani, berwibawa di tingkat dunia, dan punya wawasan ke depan tentang negara dan bangsa ke depan sudah sangat maju.

Wakil Presiden pertama Moh. Hatta, adalah sosok negarawan, pemimpin, pemikir, cermat-wawasan, jujur, bijaksana dalam meletakkan posisi dirinya, demokrat, ekonom-kedaulatan rakyat.

Tentu saja tetap ada titik-titik kelemahan pribadinya, seperti, Sukarno -suka dipuji-dipuja dan diunggul-unggulkan (yang akhirnya menjadi bumerang kontraproduktif baginya), citra mercusuar, dan suka perempuan cantik. Sementara, Moh. Hatta, tampak “terlalu hati-hati dan terlalu cermat” dalam sepak terjangnya (sekalipun Belanda menganggap justru pikiran gerakannya jauh lebih membahayakan bagi pemerintah kolonial) yang akibatnya kurang menjadi fokus perhatian rakyat yang mampu “menggerakkan” mereka.

Biarlah, kelemahan-kelemahan tersebut sebagai kodrat yang harus dijalaninya.

Hanya, kenapa pemimpin-pemimpin sekarang ini tidak mau belajar, mengaca diri, dan meningkatkan “mutunya” dari dua tokoh proklamator Indonesia terkemuka? Ini yang memrihatinkan, sekaligus mengherankan!

Barangkali, kini sangat diperlukan secara alami, yakni manusia pemimpin yang negarawan, pemimpin yangpemikir, pemimpin yang putih rezeki ekonominya, pemimpin yang siap dan berani ambil risiko kepemimpinannya, pemimpin yang berwibawa, pemimpin yang kokoh dalam garis “kebenaran murni”, dan mempunyai wawasan ke depan yang cemerlang.

EDITOR: REYNA