BEIJING – China resmi meluncurkan perluasan penggunaan mata uang digitalnya, RMB Digital (e-CNY), dalam skema perdagangan lintas negara. Keputusan ini menandai langkah strategis Beijing untuk mengurangi dominasi dolar AS dalam sistem keuangan global dan mempercepat transformasi ekonomi digitalnya. Yang mengejutkan, proses kliring internasional RMB digital hanya memakan waktu 7 menit—jauh lebih cepat dibanding sistem konvensional berbasis dolar yang bisa memakan waktu hingga dua hari kerja.
Menurut People’s Bank of China (PBOC), penggunaan e-CNY telah berhasil diuji di lebih dari 20 negara mitra, termasuk Rusia, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara Afrika serta Asia Tenggara. Teknologi blockchain terpusat dan infrastruktur payment-versus-payment (PvP) lintas negara memungkinkan transaksi lintas batas berlangsung real-time, transparan, dan berbiaya sangat rendah.
“RMB digital menghilangkan ketergantungan pada sistem SWIFT dan jaringan clearing dolar yang dikontrol AS. Ini membuka jalur baru bagi negara-negara yang ingin berdagang tanpa campur tangan geopolitik,” ungkap Prof. Zhang Wei, ekonom senior di Fudan University.
Dalam praktiknya, beberapa transaksi impor minyak dan logam dari Rusia dan Timur Tengah telah mulai menggunakan e-CNY. Hal ini menciptakan kekhawatiran serius di Washington. Analis keuangan global menyebut RMB digital sebagai “ancaman nyata terhadap hegemoni dolar”, bukan hanya karena kecepatannya, tapi juga karena dukungan politik dan teknologi di baliknya.
Selain efisiensi, RMB digital juga memperkuat kendali China atas aliran modal dan keamanan data. Setiap transaksi tercatat, tetapi tetap dapat dirancang untuk menjaga privasi pengguna melalui teknologi enkripsi yang dikembangkan dalam negeri.
Pengamat geopolitik menilai, dalam jangka panjang, e-CNY bisa menjadi alat diplomasi ekonomi sekaligus senjata lunak China dalam mendorong tatanan finansial multipolar. Dengan lebih banyak negara terdorong keluar dari bayang-bayang dolar, dunia mungkin sedang menyaksikan awal dari era baru dalam perang mata uang global.
Apakah dolar bisa bertahan dari tantangan digital ini? Atau RMB akan menjadi standar baru dalam perdagangan dunia? Waktu akan menjawabnya, tapi satu hal jelas: China tidak sedang bermain-main.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Evaluasi FTA, Satu Semester Pemerintahan Prabowo Subianto (Bagian 2): Bidang Politik
Tugas TNI Mengamankan Aset Negara (Kejaksaan) Bukan Intervensi Kasus
Sejumlah Tokoh Dikriminalisasi dalam Kasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowi, Pengacara: Ini Serangan terhadap Kebebasan Berpendapat
Pernyataan hukum Tim Advokasi Anti Kriminalisasi Akademisi & Aktivis tentang uji laboratorium forensik ijazah Jokowi oleh Bareskrim Polri
Dua pertiga pemanasan global disebabkan oleh 10% orang terkaya di dunia, demikian temuan studi
Evaluasi FTA, Satu Semester Pemerintahan Prabowo Subianto (Bagian 1): Hukum dan Hak Asasi Manusia
Peringatan Hari Raya Waisak 2569 BE: Libur Nasional dan Long Weekend
Qatar, Mesir menyambut baik pengumuman Hamas yang menyetujui pembebasan sandera AS-Israel
Danantara Itu Bisa Lebih Kaya Dari VOC
Musda Golkar Jatim, Yahya Zaini Berharap Partai Golkar Jatim Kedepan Harus Lebih Baik
No Responses