Roadmap Indonesia Menuju Emisi Nol 2060: Tantangan dan Solusi untuk Meningkatkan Produksi Energi Bersih

Roadmap Indonesia Menuju Emisi Nol 2060: Tantangan dan Solusi untuk Meningkatkan Produksi Energi Bersih
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. PLTB berkapasitas 75 megawatt ini merupakan salah satu dari sejumlah proyek hijau yang didanai oleh PT Bank BTPN Tbk yang menjadi PLTB pertama dan terbesar di Indonesia.(Dok. PT UPC Sidrap Bayu Energi)



JAKARTA – Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, sesuai komitmen dalam Perjanjian Paris. Pemerintah telah menyusun peta jalan (roadmap) transisi energi yang mencakup dekarbonisasi sektor energi, transportasi, industri, serta pengelolaan lahan dan kehutanan. Namun, realisasi target ini menghadapi sejumlah tantangan, termasuk lambatnya laju produksi energi bersih.

Roadmap Menuju Emisi Nol 2060

Peningkatan Energi Terbarukan

Target kapasitas energi terbarukan mencapai 23% dari total bauran energi pada 2025 dan terus meningkat hingga 85% pada 2060.
Fokus pada pengembangan sumber energi seperti:Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), Pembangkit listrik tenaga air (PLTA), Energi panas bumi (geothermal), Energi angin dan biomassa, Penghentian PLTU Batu Bara

Moratorium pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru sejak 2021, kecuali yang sudah dalam tahap konstruksi. Penonaktifan bertahap PLTU eksisting mulai 2030 hingga 2050.

Transportasi Rendah Emisi

Elektrifikasi sektor transportasi dengan target 2 juta kendaraan listrik roda empat dan 13 juta roda dua pada 2030.
Pembangunan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik di seluruh wilayah Indonesia.

Dekarbonisasi Industri

Penggunaan teknologi rendah karbon seperti Carbon Capture and Storage (CCS) di industri berat. Pengalihan dari bahan bakar fosil ke hidrogen hijau dan biomassa.

Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Pengendalian deforestasi dan peningkatan reforestasi untuk memperkuat kapasitas penyerapan karbon alami.

Tantangan Utama

Laju Produksi Energi Bersih yang Lambat

Saat ini, kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional baru sekitar 14% (2023), jauh dari target 23% pada 2025.
Keterbatasan investasi dan pengembangan infrastruktur memperlambat pengembangan energi terbarukan.

Ketergantungan pada Batu Bara

Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batu bara terbesar dunia, dengan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Ini membuat transisi energi menghadapi resistensi dari sektor tertentu.

Keterbatasan Teknologi dan Infrastruktur

Biaya teknologi energi terbarukan masih tinggi, seperti PLTS dan PLTA. Kurangnya infrastruktur pendukung seperti jaringan transmisi untuk energi terbarukan.

Permintaan Energi yang Terus Tumbuh

Sebagai negara berkembang, kebutuhan energi Indonesia terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi, menambah tekanan pada sistem energi nasional.

Kendala Regulasi dan Pendanaan

Kebijakan terkait transisi energi belum sepenuhnya terintegrasi. Pendanaan untuk proyek energi bersih masih terbatas, dengan ketergantungan pada dana internasional.

Alternatif Solusi untuk Percepatan Transisi Energi

Diversifikasi Energi Terbarukan

Mempercepat pengembangan proyek skala besar seperti PLTS terapung (floating solar), PLTA berbasis bendungan baru, dan energi angin di kawasan pesisir.

PLN mengoperasikan PLTS terapung terbesar di Indonesia di kawasan Tambak Lorok, Kota Semarang. Foto: PLN

PLTS Terapung Cirata akan menjadi PLTS Terapung pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara yang ditargetkan untuk beroperasi secara komersial pada tahun 2023. Proyek ini merupakan realisasi komitmen PT PJBI untuk mendukung utilisasi energi baru dan terbarukan serta merupakan kerja sama antara Indonesia dengan Uni Emirat Arab.

Mendorong pemanfaatan hidrogen hijau sebagai sumber energi masa depan, terutama untuk sektor industri dan transportasi.

Insentif dan Pendanaan

Menyediakan insentif fiskal seperti pembebasan pajak dan subsidi untuk pengembangan energi terbarukan. Mengakses pendanaan global, termasuk Green Climate Fund dan investasi dari lembaga keuangan internasional, untuk mempercepat proyek energi hijau.

Elektrifikasi Sektor Rumah Tangga dan Industri

Meningkatkan akses energi terbarukan bagi masyarakat, khususnya di wilayah terpencil, melalui pembangunan microgrid berbasis energi terbarukan.

Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil di industri melalui skema insentif konversi ke energi bersih.

Inovasi Teknologi

Mengembangkan dan mengadopsi teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik dan industri berbasis fosil.
Meningkatkan efisiensi energi melalui smart grid dan digitalisasi sistem energi.

Kolaborasi Internasional

Bermitra dengan negara maju untuk transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja. Menjalin kerjasama regional untuk pengembangan energi terbarukan, seperti pembangunan jaringan energi lintas negara di ASEAN.

Reformasi Kebijakan

Penyederhanaan regulasi untuk mempercepat izin proyek energi terbarukan. Menerapkan kebijakan harga karbon yang lebih kuat, seperti pajak karbon dan pasar karbon domestik.

Kesimpulan

Target Indonesia untuk mencapai emisi nol pada 2060 adalah langkah yang ambisius namun realistis jika didukung dengan strategi yang tepat. Meskipun saat ini produksi energi bersih masih berjalan lambat, berbagai solusi seperti peningkatan investasi, inovasi teknologi, dan insentif kebijakan dapat mempercepat transisi energi.

Percepatan pengembangan energi terbarukan, pengurangan ketergantungan pada batu bara, dan penguatan kerjasama internasional menjadi kunci utama untuk mewujudkan roadmap ini. Dengan komitmen yang kuat dan implementasi yang terarah, Indonesia dapat menjadi model transisi energi berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.

EDITOR: REYNA




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=