Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Olahraga sepakbola memang merupakan sepakbola rakyat di hampir semua negara termasuk juga di Indonesia. Olahraga ini bisa memunculkan semangat nasionalisme rakayat suatu negara – kalau tim nasional nya menang dalam suatu laga. Rakyat menyambut dengan antusias, sangat heboh ketika tim nasional nya yang menang itu pulang ke tanah airnya.
Saya sejak kecil tahun 1950 an juga pernah mengalami perasaan yang heboh bila menonton pertandingan sepakbola di stadion Tambaksari Surabaya. Jarak rumah saya di kampung Kapasari dengan stadion olahraga Tambaksari itu sekitar 5 km an. Saya sering menuju stadion ini berjalan kaki dengan melewati kampung-kampung kecil sebelum stadion Tambaksari dimana ada rumahnya pencipta lagu kebangsaan Indonesia W.R Soepratman dan Rusdi Bahalwan salah satu pemain legendaris Persebaya.
Barangkali karena ditahun-tahun 1950an di Surabaya, tepatnya disekitar kampung saya belum ada gedung-gedung besar apalagi tinggi, maka suara ribuan orang yang lagi menonton pertandingan sepakbola di Tambaksari bisa kami dengar di wilayah perkampungan disekitarnya termasuk kampung saya. Mendengar suara yang menggelegar (terutama ketika terjadi goal) dari stadion Tambaksari merupakan hal yang khusus bagi kami. Kalau ada pertandingan sepakbola (tahun 1950 an, istilah sepakbola dalam bahasa Suroboyo adalah “tembungan” dan kemudian berubah menjadi “bal-balan”) di stadion Tambaksari, kami anak-anak kecil berdatangan lebih awal tiga jam dari jadwal pertandingan itu untuk berusaha masuk ke lapangan dengan jalan bergelantungan di dinding stadion melalui tali tampar yang dijulurkan dari atas, atau dengan jalan memanjat dinding yang miring itu lewat beberapa kayu yang ditancapkan disela-sela dinding yang berlubang; tindakan kami ini bak pasukan Marinir Amerika Serikat yang naik perbukitan yang kemiringannya 90 derajat dalam pertempuran Iwojima atau pasukan sekutu yang naik bukit terjal di pantai Normandy Perancis pada Perang Dunia ke 2. Semua itu menunjukkan betapa hebohnya kita terhadap olahraga sepakbola itu.
Kehebohan juga baru saja terjadi di negeri kita ini yakni ketika seorang pelatih asal negeri Belanda Patrick Kluivert yang menggantikan pelatih tim nasional Indonesia asal Korea Selatan Shin Tae Yong yang dipecat sebelum masa kontraknya berakhir.
Media Belanda pun menyoroti sambutan heboh yang diberikan fans kepada Patrick Kluivert saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Sabtu (11/1).
Hal itu diberitakan oleh Voetbal Primeur di akun Instagram resmi mereka. Voetbal Primeur menyebut Kluivert dibuat terpesona dengan sambutan yang diberikan begitu tiba di tanah air. “Kehebohan di Indonesia! Patrick Kluivert langsung terpesona oleh para pengemar yang ingin melihat sekilas pelatih baru saat menyambut kedatangan dirinya,” tulis Voetbal Primeur: “Chaos in Indonesië! ???????????? Patrick Kluivert wordt bij aankomst direct bedolven onder fans die allemaal een glimp willen opvangen van de kersverse bondscoach! ????️⚽ Denk jij dat Kluivert weet te slagen?” (Heboh di Indonesia; Setibanya di sana, Patrick Kluivert langsung kewalahan oleh para penggemar yang semuanya ingin melihat sekilas pelatih nasional baru! ????️⚽ Apakah menurut Anda Kluivert akan berhasil?
Saya sendiri melihat tayangan salah satu stasiun TV nasional yang melaporkan bahwa jurnalisnya ditugaskan untuk meliput keberangkatan si pelatih timnas baru ini di Bandara Schipol Amsterdam Belanda. Sampai segitunya kehebohannya sampai-sampai TV itu mengirimkan jurnalisnya hanya untuk “menyanggong” Patrick di Bandara berangkat ke Indonesia. Setibanya di Terminal 3 Bandara Cengkareng pun si Mantan penyerang timnas Belanda itu disambut dengan heboh, situasi kedatangan Kluivert sempat menjadi tak terkendali karena saling berdesakan. Kendati demikian Kluivert masih bisa melemparkan senyum dan melambaikan tangan. Para suporter berupaya memotret, merekam, dan meminta tanda tangan Kluivert.
Mungkin Patrick sendiri juga heran kok sebegitunya sambutan rakyat Indonesia terhadap dirinya – sampai-sampai beritanya mengalahkan kedatangan tamu negara resmi yaitu Perdana Menteri Jepang Ishiba untuk bertemu dengan pak Presiden Prabowo. Tidak hanya itu dTV-TV nasional menyiarkan Breaking News konferensi pers yang diselenggarakan PSSI di hotel mahal di Jakarta Hotel Mulia – alam acara mengenalkan Patrcik ke publik Indonesia yang dihadiri banyak wartawan dan suporter sepakbola.
Saya punya pengalaman pribadi sering mendampingi para diplomat muda – junior officer begitu sebutannya dari negara Adikuasa yang berkunjung ke berbagai Pemda di Indonesia Timur. Sang diplomat yang baru lulus dari kursus diplomatik dinegaranya dan pengetahuannya tentang Indonesia masih “Nol – Putul” (kata anak Surabaya) alias belum tahu apa-apa lalu terkejut karena diplomat muda disambut oleh para pejabat daerah dari Bupati, Walikota dan jajarannya dengan pengalungan bunga dan suguhan tari-tarian di bandara. Seumur-umur dia tidak pernah mengalami hal – hal seperti itu dinegaranya, sampai berteriak ketika menelpon keluarga atau teman-temannya di negaranya “Yeaaah, I am like a celebrity here!!”.
Saya tidak tahu apakah perasaan pelatih Patrick dari Belanda ini sama dengan perasaan diplomat yang masih baru tapi disambut bak bintang film terkenal dunia di negeri ini.
Semoga sambutan yang heboh kepada pelatih dari Belanda itu merupakan bentuk keramahan bangsa Indonesia yang terkenal di dunia dalam menyambut tamu – bukannya bentuk perasaan rendah diri yang dalam bahasanya mas Patrick ini “Minderwaardigheidscomplex” terhadap sesuatu yang berasal dari luar negeri.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Memaknai Kembali ke UUD1945
Habib Umar Alhamid: Yang Tak Inginkan Soeharto Jadi Pahlawan, Sebaiknya Bercermin Dulu !!!
Cara Trump Bernegosiasi: Gertak Dulu Urusan Belakang
Meskes Bilang Rp15 Juta Lebih Sehat & Pintar?, Yahya Zaini: Kesehatan Bukan Hak Eksklusif Orang Kaya
Waspadalah Berteman: Karena temanlah, masa depan akan bahagia atau menderita
Being honorable through benefiting others
Pilu Meliat Perumahan Untuk Eks Pejuang Timor-Timur
Saat Subsidi Rumah Dikebut
Empat Makna Penting Ibadah Haji
Ustadz Bertanya
No Responses