Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
Belantara politik Pilpres dikejutkan aksi Jokowi bergaya rambo berseragam jaket hitam bersama Menhankam dan panglima TNI dengan pesan sangar bahwa presiden dan para mentrinya boleh kampanye, untuk kemenangan capresnya.
Semua sudah terlambat, terkesan songong dan panik justru akan menghancukan reputasinya. Energi api semangat gerakan perubahan akan membesar.
“Point of No Return” adalah sebuah film Amerika Serikat, kisah perjuangan yang dirilis tahun 1993, disutradarai oleh John Badham, memberi alur cerita tentang “titik tidak bisa kembali” (titik dimana sebuah perjuangan sudah tidak ada lagi kesempatan untuk kembali).
Bahkan sekedar menengok ke belakangpun sudah tidak memungkinkan. Pada titik ini sang pejuang harus melanjutkan langkah perjuangannya apapun resikonya, karena tidak mungkin lagi untuk kembali, karena terlalu berbahaya, apalagi membawa misi untuk keselamatan negara.
Pilpres langsung di Indonesia, telah membawa noda hitam dan berbahaya ketika pondasi negara UUD 45 sudah runtuh , Pancasila di gilas tinggal hanya sebagai aksesoris, negara berubah menjadi negara kapitalis, liberalis , dibawah kendali Oligarki.
Nasib keselamatan negara akan ditentukan pada Pilpres mendatang, akan selamat atau hancur berantakan.
Saat bersamaan dengan munculnya semangat perjuangan “Perubahan” untuk mengembalikan kiblat bangsa mendapatkan gempuran maha dahsyat dari penguasa yang telah bersekutu dengan kaum kapitalis penjajah gaya baru.
Presiden Jokowi yang selama ini menyandang gelar dengan stigma presiden boneka, nekad telah mencanangkan politik dinasti yang tidak masuk akal, terus menerabas konstitusi, melakukan perlawanan bahkan boleh berkanpanye semua akan sia sia.
Penguasa dengan slogan _”Point no return”, bagi mereka yang sudah bergelimang hidup hedonis bersama Oligarki dan untuk menyelamatkan politik dinastinya nampaknya tidak mau surut dan bertaubat untuk menyadari kesalahannya bahkan semakin arogan.
Macam macam rekayasa politik, manakut nakuti, membius masyarakat di seret dengan segala fasilitas dan finansial yang menyesatkan
Pembiusan dengan tipuan dan dusta politik, merambah dan akan menelan korban masyarakat yang masih buta politik dan dalam kondisi lapar menjadi mangsa dan sasarannya.
Bahkan terjadi serangan politik hitam oleh para bandar politik sudah menyergap sebagian para dai, ustadz, muballigh, kyai, cendekiawan muslim, yang sudah terkena virus “WAHN” ( takut mati dan cinta dunia ).
Tampaknya Allah SWT telah memberikan cahaya putih untuk para pejuang perubahan bangkit semakin masif, militan, tidak mengenal takut dan tetap Istiqomah dalam momen “point no return” , sudah tidak ada jalan mundur, kemenangan sudah didepan mata.
_”Keselamatan Indonesia dan perubahan kearah perbaikan akan tiba dan muncul tepat pada waktunya. Rekayasa politik Jokowi apapa bentuknya akan hambar dan sia sia. *
EDITOR: REYNA
Related Posts

Kedaulatan Kompor – Martabat Negara: Orkestrasi Bauran Energi Dapur Rakyat: LPG, DME, Jargas & CNGR

Sedikit Catatan Pasca Pemeriksaan di Polda Metro Jaya (PMJ) Kemarin

Operasi Garis Dalam Jokowi: Ketika Kekuasaan Tidak Rela Pensiun

Penasehat Hukum RRT: Penetapan Tersangka Klien Kami Adalah Perkara Politik Dalam Rangka Melindungi Mantan Presiden Dan Wakil Presiden Incumbent

Negeri di Bawah Bayang Ijazah: Ketika Keadilan Diperintah Dari Bayangan Kekuasaan

Novel “Imperium Tiga Samudra” (11) – Dialog Dibawah Menara Asap

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (3-Tamat): Korupsi Migas Sudah Darurat, Presiden Prabowo Harus Bertindak!

Wawancara Eksklusif Dengan Kol (Purn) Sri Radjasa Chandra (2): Dari Godfather ke Grand Strategi Mafia Migas

Wawancara Eksklusif dengan Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra (1): “The Gasoline Godfather” Dan Bayangan di Balik Negara

Republik Sandiwara dan Pemimpin Pura-pura Gila



No Responses